Bagian 4

9 1 1
                                    

Brian dengan tergesa-gesa melangkah kaki menuju UGD, setelah sampai diruang yang menjadi tujuan, tangannya langsung memegang hendel pintu, hendak masuk.

"Satu langkah saja kakimu menapak di ruangan ini, nyawanya akan menghilang dari tubuhnya sekarang juga" ujar seseorang dengan kopi cup ditangan kirinya dan tangan kanannya didalam saku celananya.

"Brianno malley besar juga nyalimu ya" ujarnya lagi sinis sambil menyesap kopinya, Brian mengeraskan rahangnya, matanya menatap nanar orang yang ada dalam ruangan sana. Dengan kepala dililit perban, wajahnya terdapat bekas tamparan dan tangan diinfus.

Tadinya memang dia tidak berniat untuk menemui Nanda, ya.  Nandalah yang berbaring dalam ruangan itu dan yang barusan berbicara dengan Brian itu adalah james-suaminya Nanda. Tak lama setelah sambungan telepon tadi terputus, ada pesan yang masuk ke ponsel Brian. Brian mengeceknya ternyata itu adalah pesan foto, dalam foto tersebut Nanda terbaring lemah dilantai dengan pelipisnya mengalir darah.

0812*****
Bagaimana? Cantik kan? Kuperingatkan jangan menemuinya kalau kau masih ingin dia hidup!!.

"Brengsek!" Maki Brian, lalu meninjuk wajah James dengan sekuat tenaganya.

James tidak membalasnya, malah tertawa dan mengusap wajahnya yang barusan kena tinjuk Brian.

"Dimana hati nuranimu? Hah! Itu istrimu sendiri bajingan!" Brian mencekik leher James.

"Kalau kau benar benar jantan, harusnya pandai memilih lawan. Jangan beraninya perempuan yang kau serang."

"Aku suaminya dan aku berhak melakukan apapun padanya, kau tidak usah ikut cam--" belum selesai James menyelesaikan ucapannya, satpam yang kebetulan berkeliling melerai mereka. Menarik paksa Brian untuk keluar dari rumah sakit.

***

Untuk menenangkan pikirannya Brian ke apartemen Fino. Setelah menyerahkan ponselnya kefino memberitahu sesuatu yang tak lain foto Nanda yang dikirimkan suaminya tadi. Fino berkomentar tak percaya.

"Aku ga percaya! Ini pasti editan, ga mungkin dia Setega itu. Tidak mungkin." Fino menggelengkan kepalanya. menurut nya itu mustahil, suami gila mana yang tega melakukan kekerasan dengan istrinya apalagi dalam foto itu nampak seperti Selfi. Dalam foto itu James tersenyum sambil menunjukkan Nanda.

"Aku melihatnya sendiri Fino! Nanda terbaring dibrangkar rumah sakit, barusan aku dari sana" Brian meraup wajahnya kasar.

"Biadab!" Maki Fino dan menyentakan ponsel yang ada ditangannya keatas meja.

"Setelah ini apa rencanamu?" Tanya Fino.

"Jangan pernah terbesit dalam pikiran mu untuk kembali dengannya Brian, ingat ada Janetha sekarang dalam hidupmu. Jika kamu ingin menyelamatkan dari lingkaran pernikahan bak neraka itu, aku mendukungmu bahkan aku akan ikut membantu" Nasehat Fino.

"Aku tak menyalahkan hubungan kalian sebelumnya, kamu tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dan kurasa Nanda mencari ketenangan hidupnya. Seandainya saja kamu belum menikah, aku takkan menahanmu merebut Nanda dari james," lanjut fino.

***

"Kamu ini kenapa sih Jan?segitu bencinya kamu sama dia, sejauh pernikahan kalian ini, dia udah pernah nyakitin kamu?" Janetha menggeleng kepalanya.

Game Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang