Bab 5. First Impression

1 1 0
                                    


"Bi, bangun! Udah waktunya sholat subuh." Aku menepuk pipi Abi yang kini bergantian tidur bersandar pada pundakku.

Beberapa saat yang lalu, aku terbangun karena pergerakan Abi yang tak nyaman dengan tidurnya. Dan aku memutuskan untuk mengganti posisi tidur kami.

"Hem.. Udah pagi ya?" Abi mengusap wajah dengan satu tangannya.

Begitulah Abi, dia adalah kebalikanku. Dengan menepuk pelan pipinya saja dia bisa langsung bangun.

"Udah adzan tuh."

"Ya Udah, sholat dulu yuk!"

Karena kami baru akan tiba di tujuan sekitar pukul tujuh pagi, kami memutuskan untuk melakukan sholat subuh di dalam kereta.

Sayang, pagi ini sepertinya matahari enggan untuk menampakkan dirinya.

"Nanti ada yang jemput kita? Atau naik trans Jogja?"

"Ada Kevin sama Rifki yang mau jemput. Kita ke tempat temen gue dulu buat kumpul sama yang lain."

"Pelanggan yang kami hormati, sesaat lagi kita akan sampai di stasiun tujuan akhir, stasiun Lempuyang Jogjakarta,  kami persilakan anda untuk mempersiapkan diri. Periksa dan teliti kembali barang bawaan anda, pastikan tidak ada yang tertinggal maupun tertukar. Untuk keselamatan anda, tetaplah berada di tempat duduk sampai kereta berhenti. Terimakasih untuk kepercayaan anda menggunakan layanan PT. Kereta Api Indonesia. Sampai jumpa pada perjalanan berikutnya."

Angin semilir dan udara segar menyambut kedatangan kami. Kota pelajar yang selalu menjadi candu, dan seolah mengajak kaki ini untuk menjelajahi setiap inci keindahannya.

"Kevin sama Rifki masih dijalan. Mau sarapan dulu?" tawar Abi.

"Boleh, sarapan dimana?"

"Kita cari yang deket sini aja. Mau makan apa?"

"Apa aja, lah."

Setelah keluar dari pintu stasiun, aku dan Abi mulai menjelajahi penjaja makanan di sepanjang jalan. Dan pilihan kami jatuh pada warung sederhana yang menyajikan berbagai makanan tradisional.

"Lo mau makan sama apa?"

"Oseng mercon sama brongkos. Tapi dikit aja brongkosnya."

"Pagi-pagi sarapan oseng mercon? yakin itu perutnya?"

"Iya, udah nggak papa."

Abi segera memesan makanan untuk kami berdua, belum sampai kami melahap sarapan, aku melihat dua orang lelaki sepantaran dengan Abi memarkirkan motornya di depan warung.

"Hai, bro! Apa kabar?" sapa seorang diantara mereka.

"Hai, baik-baik. Lo berdua gimana?" Abi menyalami mereka satu persatu.

"Kayak yang Lo lihat," jawab seseorang lagi yang lain.

"Oh ya, kenalin, ini Calista," Abi memperkenalkanku kepada keduanya.

Aku tersenyum ramah mengulurkan tangan ke arah mereka.

"Hai, aku Rifki."

"Hai, Calista."

"Kevin."

"Calista, sarapan sekalian yuk," ajakku kepada keduanya.

"Kita udah sarapan tadi. Loh kamu sarapan sama oseng mercon? yakin kuat itu perutnya?" Rifki melontarkan pertanyaan yang sama dengan Abi.

"Aman." aku tersenyum ke arah Rifki.

Sementara aku dan Abi menikmati sarapan kami, Rifki dan Kevin hanya memesan minum dan beberapa makanan ringan.

[RWM] Calista : Zya El ZaayanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang