BAB III

38 8 1
                                    

──────────༻𖹭༺─────────

Bel istirahat telah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, namun suasana kantin sekolah saat ini masih dipenuhi para murid yang tengah memberi makan cacing-cacing diperutnya termasuk Alice seorang gadis berlesung pipi yang tampak tengah memakan makanannya dengan sedikit lesu.

Helen sepertinya masih marah padanya, terbukti sahabatnya itu yang mencoba menghindar darinya. Entahlah, apa yang harus ia lakukan?

Saat tengah asik berkutat dengan pikirannya, tiba-tiba saja bangku kosong diseberang nya ditarik oleh seseorang yang kemudian diduduki.

Alice ingin protes karena merasa terganggu akan kehadirannya namun saat melihat siapa pelakunya ia langsung mengurungkan niatnya itu.

"Ternyata benar kau. Tumben sekali sendirian, dimana temanmu itu? Biasanya kalian selalu menempel seperti lintah." Ucap seseorang yang tangannya kini bertumpu diatas meja, menatap lurus kearah gadis yang tengah asik menguyah makanannya seolah tidak memperdulikan kehadirannya.

Alice menghentikan kegiatan makannya, kemudian meletakkan sendoknya. Ia menatap balik seorang laki-laki berkulit putih dengan rambut pirangnya yang sedikit mencolok. Dia Zephire.

"Entahlah, sepertinya dia sedang merajuk padaku." ucap Alice lesu.

"Apa kau telah membuat suatu kesalahan padanya? Tidak mungkin dia merajuk tanpa alasan."

"Sepertinya begitu...apa yang harus aku lakukan Zeph?"

"Aku mungkin tidak tahu permasalahan kalian itu apa, tapi aku memberi saran sebaiknya kalian bisa bicarakan masalah itu baik baik."

Sejenak gadis itu terdiam selama beberapa saat kemudian menghela nafasnya.

"Hmm baiklah Zeph nanti akan kulakukan, terimakasih atas saranmu." Laki-laki itu pun tersenyum tipis dan mengangguk.

"Oh ya apa kau menyukaiku potongan rambut baruku?" Tanya Zephire tersenyum percaya diri dengan tangan yang mengusap rambutnya.

Alice menatap rambut pirang milik laki-laki dihadapannya kemudian menaikkan sebelah alisnya seolah sedang menilai.
"Itu buruk."

Seperti ada pecahan kaca yang kini menancap dihatinya, sakit sekali.

"Tidak bisakah kau berbohong untuk kali ini saja?" Ucap Zephire dengan ekspresi sedih yang dibuat-buatnya.

"Memangnya aku harus mengatakan apa?" Ucap Alice sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Mungkin kau bisa memujiku dengan berkata-kau sangat tampan dengan rambut barumu itu Zeph, aku menyukainya!" Ucap Zephire mengubah ekspresi diwajahnya menjadi ceria.

"Haruskah aku mengucapkan hal itu padamu? Itu terdengar menggelikan Zephire." Ucap Alice sedikit terkekeh.

"Jadi kau tidak mau? Padahal aku berharap bisa menjadi lebih bersemangat setelah mendengar pujian darimu." Ucap Zephire yang kali ini dengan ekspresi sedih sungguhan.

"Ah baiklah-baiklah akan ku lakukan." dengan sedikit keterpaksaan Alice pun melakukan keinginan aneh teman laki-lakinya itu.

"Kau sangat tam-"

"Apa yang sedang kalian berdua lakukan disini!?"

Ucapan Alice terpotong oleh suara berat yang sangat ia kenali. Gadis itu langsung menoleh kesamping kiri nya dan kemudian matanya langsung bertubrukan dengan si pemilik mata hitam yang kini menatapnya tajam.

"Sean?"

"Kau mencoba mengkhianati ku?" Ucap Sean tenang namun menusuk.

"T-tidak, apa maksudmu Sean? Ini tidak seperti yang kau pikirkan." Alice bangkit dari duduknya dan mencoba meraih lengan milik kekasih nya namun laki-laki itu menghindar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Engraved Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang