BAB II

58 12 13
                                    

──────────༻𖹭༺─────────

Sepanjang perjalanan pulang dari acara ulangtahun sepupu Sean, Alice hanya duduk terdiam. Terkadang Sean melontarkan beberapa pertanyaan yang sesekali Alice jawab seadanya.

Alice masih memikirkan ucapan Olla tadi. Gadis yang berusia satu tahun lebih tua darinya itu menyuruh nya untuk berhati-hati dengan kekasihnya.

"Tapi Alice, aku paling tahu watak sepupuku itu. Aku hanya mengingatkanmu untuk berhati-hati dengannya."

Alice melirik Sean yang tengah fokus mengemudi, kemudian ia menghela nafas pelan dan mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Sean sedikit peka dengan gerak gerik gadis itu.

"Tidak ada."

"Kau yakin?" Alice hanya mengangguk sebagai balasan.

Selanjutnya hening kembali menyelimuti mereka berdua.

Alice membuka seat belt nya usai mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan rumahnya.

Saat akan membuka pintu mobil, terdapat sebuah tangan kekar yang tiba-tiba menahannya. Alice menoleh kesamping melihat pelaku yang sedang menahan tangannya.

"Apakah sepupu ku ada mengatakan sesuatu hal yang aneh tentang ku padamu tadi?" Tanya Sean menatap lekat kedua manik mata cantik milik gadis itu.

"Eh t-tidak ada" entah mengapa Alice merasa gugup dengan tatapan yang diberikan Sean padanya.

Sean menyipitkan matanya seolah mencari titik kebohongan dimatanya.

"Kau tak pandai berbohong Alice."

Tubuh gadis itu mendadak terasa kaku. Apa yang harus dirinya katakan? Haruskah ia berkata jujur atau sebaliknya?

"Sebenarnya Olla berkata padaku bahwa aku harus hati-hati denganmu" ucap Alice seperti bergumam namun masih dapat terdengar oleh Sean. Benar kata laki-laki itu, Alice tak pandai berbohong.

"Mengapa kau harus berhati-hati denganku? Memangnya aku ini seorang psikopat?" Tanya Sean dengan menaikan sebelah alisnya.

"Olla mengatakan bahwa kau selalu menggoda banyak perempuan dan aku salah satu yang tergoda olehmu" ucap gadis itu pelan dan sedikit ragu-ragu.

Alice menunggu reaksi apa yang akan diberikan oleh Sean, namun laki-laki hanya terdiam selama beberapa saat hingga tanpa diduga tiba-tiba saja laki-laki itu tertawa terbahak-bahak. Apanya yang lucu? Pikir Alice.

"Lalu kau percaya begitu saja dengan semua ucapan konyol gadis itu?" Ucap Sean setelah menghentikan tawanya kemudian menatap serius Alice.

"Aku tidak tahu." Ucap Alice lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Kau lebih lama mengenalku daripada sepupuku yang baru saja kau temui itu bukan? Jadi apa kau akan meragukan kepercayaanku?" Tanya Sean seraya menarik pelan dagu gadis itu agar kembali menatap kearahnya.

"Tidak Sean, aku percaya padamu." Sean tersenyum akan hal itu.

"Gadis pintar"

Alice melepaskan tangan besar itu dari dagunya lalu mulai membuka
pintu mobil itu untuk keluar. Namun Sean lagi-lagi kembali menahannya.

Alice menoleh seolah bertanya ada apa?

Alice refleks sedikit mundur saat melihat Sean yang perlahan mendekat kearahnya, jantungnya tiba-tiba saja berdegup sangat cepat. Apa yang akan dia lakukan?

Saat Sean sudah semakin mengikis jarak dengannya, Alice langsung menutup matanya.

Cup

Alice langsung membuka matanya dan langsung disuguhkan dengan pemandangan wajah mesum Sean yang baru saja mengecup keningnya.

Alice menyembunyikan pipinya yang kembali merona lalu cepat-cepat membuka pintu mobil itu dan keluar dari sana, kali ini Sean membiarkannya.

Setelah keluar dari sana, Alice menatap Sean yang menurunkan kaca jendela mobil yang berada dihadapannya, lalu menampilkan wajah laki-laki itu dari dalam.

"Besok pagi aku akan menjemputmu." Ucap Sean dari dalam. Melihat Alice yang hanya mengangguk sebagai jawaban, ia pun kembali membuka suara.

"Terimakasih untuk hari ini. Selamat beristirahat dan mimpi yang indah nona manis. Jangan berpikir lagi bahwa aku akan mengkhianatimu, itu sama sekali tidak pernah terlintas di benakku."

"Hmm baiklah aku percaya padamu..sampai jumpa besok, hati-hati Sean!"

***

Suasa kelas pagi ini masih terlihat cukup sepi, hanya beberapa murid saja yang baru tiba termasuk dirinya.

"Tadi kau berangkat bersama si brengsek itu lagi?" Tanya Helen—sahabat Alice yang melontarkan pertanyaan tiba-tiba kepada Alice yang baru masuk kedalam kelas.

"Helen berhenti memanggilnya dengan sebutan itu, dia mempunyai nama!" Alice menyimpan tasnya diatas meja miliknya dengan helen.

"Aku tidak peduli dengan namanya yang jelas kenapa akhir-akhir ini kalian malah semakin dekat huh!?" gerutu Helen, Alice dan Helen sudah berteman lama, hingga saat ini mereka selalu bersama.

Dari awal sahabat nya itu memang tidak menyetujui hubungannya dengan Sean, dan selalu menghasut dirinya dengan perkataan buruknya mengenai Sean. Tetapi aku selalu menutup telinga karena merasa apa yang diucapkan oleh sahabatnya itu sama sekali tidak benar. 

Justru Sean selalu bersikap baik padanya, dan berbanding terbalik dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya itu.

"Kapan kau percaya padaku Alice? Dia itu tidak baik untukmu!"

Kata itu sudah tidak asing di telinganya. Alice hanya menatap sekilas sahabatnya yang terlihat sedang gusar itu, kemudian dengan santai ia mengambil ponselnya saat mendengar suara notifikasi.

Helen menatap tak percaya kepada Alice yang tidak menanggapi ucapannya dan dengan santainya malah memainkan ponsel, dan sesekali gadis itu tersenyum aneh menatap ponselnya yang sedang menampilkan room chatnya dengan seseorang.

Hah itu pasti kekasih brengseknya!

"Hey apa yang kau lakukan!? Kembalikan ponselku!" Kesal Alice saat tiba-tiba Helen merebut ponsel miliknya.

Helen menatap datar kearah layar ponsel milik Alice yang berada di genggamannya menampilkan beberapa percakapan mesra keduanya yang membuatnya merasa mual.

"Kau tidak menjawab ucapanku tadi Alice! Dan malah asik bermain dengan ponselmu!"

"Helen kau ini kenapa sih!? Memangnya kau punya bukti apa atas semua ucapanmu mengenai kekasihku itu?" Ucap Alice yang membuat Helen bungkam.

"Kenapa diam? Tidak punya kan? Jadi berhenti berkata yang tidak-tidak tentangnya lagi!" Ucap Alice lagi saat melihat Helen yang hanya terdiam.

"Lihatlah baru sebulan kau berhubungan dengan si brengsek itu dan sekarang sifatmu langsung berubah drastis. Baiklah, aku sudah memperingatkan mu berkali-kali kuharap setelah ini kau tidak akan menyesal." Helen pun mengembalikan ponsel milik Alice dengan menaruhnya sedikit kasar diatas mejanya, ia kemudian melangkah kan kakinya keluar dari ruangan kelas meninggalkan Alice yang masih mematung oleh perkataan yang keluar dari mulut sahabatnya barusan.

──────────༻𖹭༺─────────

~Oh hallo🌷

Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga baik-baik sajaa.

Sebelumnya terimakasih sudah membaca cerita ku sampai bab ini, aku akan bersemangat bila kalian mendukung karya ku ini dengan cara memberikan vote & komen di setiap bab nya hehe, terimakasih untuk sebelumnya!

Sampai jumpa di bab selanjutnya💕

Engraved Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang