،، 4٪ ⋮ Permainan Peran

18 0 0
                                    

Hubungannya dengan Evangeline berjalan mulus, sebagai teman.

Sangat menyebalkan juga dan disatu sisi sangat menyenangkan bisa menghabiskan waktu belajarnya dengan Evangeline yang sangat berisik dan suka mengeluh, ditambah dengan ocehannya dan kekhawatirannya dengan minat-bakat yang masih tidak ia ketahui. Bisa bayangkan tidak, gadis berusia tujuh belas tahun benar-benar tidak mempunyai cita-cita yanng realistis.

Mungkin dulu sebelum perjalanan waktunya yang menyebalkan ini, dirinya sering mendengar perkataan seperti, "Ngapain belajar! maunya nikah sama karakter fiksi."  Nah, kurang lebih Evangeline Rosemarrie 'Marrie' Hauston juga seperti itu. Keinginannya  berganti gender untuk menghindari pemakaian korset dan pemegar gaun. Dirinya bisa saja menjelaskan sebuah kenyataan kalau perempuan dimasa depan bahkan menggunakan jas dan celana layaknya laki-laki. 

Tapi, waktu itu sangat rentan, bukan? 

"Jadi, kamu ingin menjadi laki-laki?" Tanya Dereck.

Evangeline yang bahkan melepas ikatan rambutnya untuk membenahi rambutnya yang cokelat kepirangan itu kini menatapnya sambil mengangguk kuat-kuat, membuat dirinya yang sudah menyiapkan ide gila ini melempar tas yang ia bawa.

"Pakai saja." 

Evangeline membuka tas, melihat sepasang setelan pakaian laki-laki membuat gadis itu merasa senang alih-alih marah karena Dereck terkesan tidak sopan. Ingin sekali Dereck lama-lama membacakan peraturan yang ada dizaman ini untuk gadis dihadapannya. 

"Tunggu apalagi?" 

Rambutnya yang bergelombang itu masih terurai, dan netra berwarna biru itu masih menatapnya dengan berbinar seakan ingin menyemburkan atu pertanyaan menyebalkannya lagi. "Apa didalamnya ada pakaian dalam?"

Mata Dereck membelak dengan sempurna, tangannya yang menggenggam sebuah buku kini mendarat dengan mulus di  kepala Evangeline, membuat gadis itu meringis sambil mengusap-usap kepalanya yang sakit. 

Seharusnya, Dereck tahu kalau ini benar-benar ide yang jelek. 

"Eva, kamu sudah cocok sekali menjadi laki-laki."

Matanya masih berbinar kearahnya sambil mendekatkan wajahnya, bahkan senyumnya yang lebar kini semakin lebar. Membuat Dereck semakin ngeri membayangkan bagaimana bibir gadis itu akan robek seperti hantu yang pernah ia dengar sebelum dirinya disini. Tanpa ragu juga Dereck mendorong wajah gadis itu dengan telapak tangannya agar menjauh dari pandangannya. 

"Dibagian mesumnya." Tambah Dereck.

Gadis itu berdiri dengan percaya dirinya, meninggalkan pita ungunya di rumput. "Bagus, sekarang giliran kaummu merasakan rasanya dilecehkan." Balasnya lalu berjalan menjauh untuk berganti pakaian.

Menurut Dereck, mustahil gadis itu bisa menyamar menjadi laki-laki. Langkahnya sudah sangat pas menjadi perempuan, perilaku dan wajahnya yang terkesan lembut itu tidak cocok menjadi lawan jenisnya. Evangeline memang sudah ditakdirkan menjadi perempuan, Tuhan tidak salah menempatkannya menjadi kaum hawa--Dereck berani bertaruh dengan itu. Hanya saja perilakunya yang agak berlebihan dan energi yang kesannya tidak pernah habis kadang sangat menganggu.

Beruntung juga kalau Evangeline menjadi seorang gadis, karena dirinya bisa kapan saja jatuh kepada Evangeline tanpa takut dirajam batu karena Evangeline bukan seorang laki-laki--sebagai antisipasi saja, mimpi buruk juga kalau dirinya bisa berakhir dengan gadis yang seperti mengidap hiperaktifitas. 

Tidak perlu membutuhkan waktu yang lama, Evangeline kembali dengan kemeja linen putih dengan setengah lengan, baju kemejanya yang sengaja dibuat berantakan dan celana bahan berwarna cokelat bergaris serta ikat pinggang tidak lupa dengan sepatu yang ia kenakan--sebenarnya tidak ada yang berubah, tapi dirinya bisa melihat dengan jelas sepatu yang dikenakan gadis itu, sebuah high heels berwarna putih yang bertahtakan bunga disana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[3] NETHERLAND : EVERMORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang