6 : 𝐖𝐚𝐫

241 45 5
                                    

- ,, Bachira Meguru.Pov ・━━ ❜

Aku tidak menyangka bahwa Eleftheria adalah tentara. Aku jujur. Memang aku membenci tentara. Itu karna ibuku meninggal ditembak tepat di depanku dengan mata kepalaku sendiri. Fakta sedihnya, ia meninggal oleh tentara negeri sendiri. Ibu berhutang... demi sekolahku.

Kebetulan ibu berhutang dengan seorang wanita blasteran. Sialnya suaminya adalah seorang tentara perang. Seharusnya ibu tahu saat itu bahwa keluarga mereka adalah orang yang keras. Saat negara cekcok kembali. Ya... disaat itu juga ibuku ditembak.

Ibu sekarat. Aku berlari sembari menggendongnya dan meminta pertolongan. Aku teriak sampai leherku sakit. Tangisku tidak pernah reda. Aku sampai terpental karna bom. Sampai di tenda pengungsian. Ibu meninggal. Maafin Meguru... gara-gara aku kepengen sekolah kayak teman-teman yang lain ibu jadi meninggal. Saat itu aku dendam pada tentara. Rumahku di hancurkan. Dia dekatkan ajal ibuku padahal belum waktunya.

Ibuku akhirnya menyatu dengan tanah. Dia pergi meninggalkanku selamanya. Sampai kapanpun. Dimanapun, tidak akan pernah ada sebelum aku sendiri yang akan menyusul kesana.

Aku benci dunia ini dan seisinya. Hancurkan saja terus rumahku serta malaikatku. Aku hanya mau bermimpi seperti burung yang terbang setinggi langit. Kalau saja aku lebih kuat dari realita aku tak mungkin serapuh dan semenyedihkan ini.

Aku hampir tidak pernah berada di rumah besar bu Anri. Aku selalu menginap di kantor. "Ra, nginep lagi disini?", tanya Reo melihatku sedang menenggelamkan wajah di meja.

"Iya", jawabku singkat. Jawaban yang tidak enak di dengar.

Seolah tau aku sedang badmood. Dia duduk di sebelahku. " Gapapa, Ra? Kalau mau cerita. Cerita sini, ku dengerin. Keluarin semua unek-unek kamu", ucapnya. Malah ditanya begini... dipikirnya kokoro ku tidak tersentil? IYA.

"Re... benci. Banget. Sama tentara. Mereka hancurin rumah yang udah dibangun pakai hati dan kenangan. Ada malaikat yang bikin suasana makin adem. Ibuku kebunuh sama tentara negeri sendiri..... kenapa? Ini sebenarnya aku yang terlalu lemah atau aku yang salah? Ibu meninggal gara-gara hutang buat biaya sekolahku cuman karna aku pengen sekolah kayak anak-anak yang lain...", tuturku. Chira jangan nangis plis. Cemen banget diriku ini.

Reo menghela nafas. "Kamu ga salah, Ra. Itu mimpimu pengen sekolah. Ibumu cuman mau merealisasikan mimpi mu doang. Hanya saja karna desakan perang yang bikin ekonomi krisis. Mau ga mau ibumu hutang ke orang lain. Biar kamu tetep sekolah kayak anak-anak yang lain", jelasnya.

Iya. Ibu cuman mau realisasikan mimpiku doang. Tetapi berujung jemput ajal. "Aku gapapa putus sekolah, Re. Yang penting ibu bisa hidup", ucapku.

"Tetep aja. Rencana tuhan lebih baik. Mau kamu ke a ataupun z akhirnya pasti begitu. Tuhan tau masa depanmu... ibarat kayak lagi nyari emas di hutan mau pakai jalur apapun ujungnya pasti disana", ujar Reo.

"Supaya kamu ketemu sama rencana tuhan yang lebih baik itu makanya harus lewatin jalan susah terlebih dahulu", tambahnya.

Meja basah. Karna air mataku. "Memangnya rencana baiknya apaan?", tanyaku.

"Gaada yang tau. Itu semua ada di tanganmu sendiri", jawabnya.

Aku tau, Re. Memang harus sesakit ini buat mendapatkan ending terbaik. Aku cuman kesepian karna ga ada ibu yang bakal bikin masakan buatan dia ataupun mengatakan hal penenang lainnya. "Meguru tidak aneh kok. Meguru hebat. Hebat banget! Dimata ibu kamu gaada kurangnya. Kamu hebat dimata ibu". Tapi aku kurang hebat bu dimata orang lain... aku banyak kurangnya, kan?

"Re... aku takut", lirihku. Tiba-tiba kepalaku diusap kasar olehnya.

"Apa yang ditakutin, sih? Ada temen-temenmu disini", ucapnya. Aku menatapnya ketika air mataku masih mengalir.

𝐄𝐥𝐞𝐟𝐭𝐡𝐞𝐫𝐢𝐚 [ Kaiser Michael ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang