1

199 36 21
                                    

Pagi hari yang cerah ini di ruang kamar minimalis dengan tembok yang bercat coklat muda, seorang gadis disibukkan dengan tugas kuliahnya dikarenakan dosen pengajar sedang mengikuti pelatihan di kota lain.

Clara namanya, pemuda berusia 22 tahun yang sudah memasuki semester 5. Gadis yang terbilang introvert namun berwajah cantik, tidak membatasi ia untuk bergaul. Layaknya pemuda lainnya, Clara bergaul dengan teman-temannya tapi hanya sedikit saja yang berarti teman sesungguhnya.

"Astaga... masih pagi udah ada tugas aja." keluh Clara di atas ranjangnya yang empuk.

Dengan keadaan tengkurap di atas ranjang dan laptop bermerek logo apel tergigit itu, Clara mengerjakan tugasnya dengan mulut yang terus mengoceh karena mengeluh.

Sesering apapun Clara mengeluh, namun dia tetap mengerjakannya dengan konsisten. Itulah dirinya yang membuatnya mendapatkan IPK lumayan tinggi, namun tetap kalah dengan temannya.

Dia bukan tipe gadis yang pandai dan rajin dalam akademik, tapi bukan juga berprestasi dalam non akademik. Intinya Clara hanya seorang gadis biasa-biasa saja yang selalu mengerjakan tugas kuliahnya.

"Males banget mandiiii..." keluhnya lagi yang sudah selesai dengan tugasnya.

Rambutnya yang masih acak-acakan khas bangun tidur tak menutupi kecantikannya. Clara bangun dari ranjang kesayangannya dan membereskan buku-buku dan alat tulis yang berserakan diatas tempat tidurnya.

Menata buku-bukunya di rak pojokan ruang kamar tidurnya dan memasukkan yang diperlukan untuk kelas hari ini kedalam tas punggungnya.

Ia berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan ritual yang sangat Clara malas lakukan, yaitu mandi. Meskipun tidak memerlukan waktu yang lama, entah kenapa alasan dia sangat malas mandi. Mungkin hanya seorang Clara Danelia yang tahu.

Sekitar 15 menit kemudian, dia keluar dengan handuk yang melilit tubuhnya dan terlihat segar. Kaki jenjangnya yang mulus melangkah menuju walk in closet untuk memilih pakaian yang akan ia kenakan.

Atasan outer berwarna coklat susu dipadukan dengan mini skirt warna senada yang memperlihatkan kakinya yang jenjang, itu yang Clara pilih untuk outfit ke kampus hari ini.

Ditambah riasan sederhana yang tidak menor khas ala seorang Clara Danelia. Meskipun ia kaya, namun Clara hanya berpenampilan biasa. Dibalik pakaian yang biasa, tentunya semua itu bermerek dengan harga jutaan hanya untuk satu buah baju. Membuat orang-orang yang melihatnya terkecoh karena modelnya yang sederhanya.

Tidak lupa untuk menyemprotkan wewangian atau yang biasa disebut parfum ke bagian-bagian tertentu, seperti ketiak, leher, siku dan juga pergelangan tangan dalam.

Rambut pendek diatas bahu berwarna coklat yang menambah kesan cute seorang Clara. Gadis itu memadukan pakaiannya hari ini dengan sepatu bertali berwarna putih tulang.

Clara keluar dari kamarnya yang sudang menggendong tas punggung untuk makan pagi. Menuruni tangga yang juga minimalis, menghantarkan dia ke ruang makan. Terlihat menu sarapan yang sederhana, hanya ada nasi goreng, ayam goreng dan juga sayuran sebagai lalapan. Dia duduk disalah satu kursi kosong dan mengambil piring beserta menyendokkan nasi ke piringnya.

"Udah ayah buatin makanan kesukaanmu." Kata pria tua yang duduk disebelah Clara.

Clara tersenyum manis kepada pria tua yang ia sebut sebagai ayah sambil menampilkan gigi-giginya yang putih dan rata.

"Makasih yah." katanya lembut.

Dengan satu sendok penuh nasi goreng, ia suapkan ke mulutnya. Ia menikmati rasa dari makanan tersebut dengan mata terpejam dan geleng-geleng kepala.

"Enak banget yah, seperti biasa." ucap Clara dengan mulut penuh makanan dan pipi mengembung dengan antusias.

"Enak?" Ucap Beni dengan lembut menatap putri semata wayangnya yang makan dengan lahap.

Selesai dengan ritual makan paginya, Clara beranjak membawa piring kotor yang telah dia gunakan. Membawanya ke wastafel untuk ia cuci dengan bersih.

"Ayah aku berangkat dulu ya?" pamit Clara saat didepan ayahnya.

"Hati-hati di jalan." kata Beni.

Clara mencium punggung tangan milik Beni, kemudian ia keluar dari rumah menuju garasi mobil. Disana terdapat dua buah mobil yang merupakan milik Beni dan Clara. Warna mobil cokelat muda merupakan milik Clara, ia sudah memodifikasi sedemikian rupa sesuai mobil impiannya sejak dulu. Dan satunya berwarna abu-abu yang tentunya milik ayahnya, Beni.

Mobil yang ditumpanginnya membelah jalanan yang sudah lumayan ramai, secara hari ini adalah weekday. Banyak kendaraan roda dua maupun roda empat yang memenuhi jalanan menyebabkan macet panjang.

Ada yang memakai seragam sekolah dan juga seragam khas kantoran yang ingin pergi ke tujuannya masing-masing saat ini juga. Dengan menghela nafas panjang, Clara mencoba sabar sesekali ia juga berdecak kesal.

"Selalu aja macet." gumamnya.

Kurang lebih sekitar empat puluh menit lamanya, ia sampai juga diparkiran kampus. Universitas swasta satu-satunya di kota besar ini adalah tempat Clara menimba ilmu. Ia sempat ditolak oleh universitas terkemuka dan juga elit karena terbatasnya kemampuan Clara saat melewati tes masuk perguruan tinggi. Hingga lah ia hanya mampu masuk perguruan tinggi swasta ini.

Bukan masalah besar bagi Clara untuk menimba ilmu di perguruan tinggi mana saja. Karena yang terpenting bagi seorang Clara Danelia adalah bisa melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sebab tidak semua orang bisa merasakan itu semua.

Dengan anggun, Clara keluar dari mobil kesayangannya dan memakai kacamata hitam bermereknya. Semua mata tertuju pada dirinya, melihatnya dalam diam dan terkadang terdapat beberapa mahasiswa ataupun mahasiswi yang berbisik-bisik.

Namun Clara tetap tenang dan mencoba berjalan biasa saja, meskipun dalam dirinya merasa salah tingkah dan gugup. Meskipun sudah sering ia di tatap banyak orang, tetap saja terdapat rasa malu atau gugup yang merasuki jiwa Clara.

Ia melihat sekitaran di luar ruang kelas yang akan ia gunakan hari ini, mencoba mencari keberadaan teman-teman Clara. Matanya terpaku pada gerombolan mahasiswi yang duduk dikursi taman tidak jauh dari tempatnya ia berdiri sekarang.

Kakinya melangkat menuju sana, namun tiba-tiba...

***

See u on next part
jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknyaaaaa...

Our Secret | by : elizatzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang