Waktu telah menunjukkan jam 10 pagi.
Para 9 fams yang tengah menginap di rumah Demon nampak belum ada yang bangun dari tidur meski sudah waktunya menjelang siang. Hal itu dikarenakan tadi malam mereka begadang hingga menjelang pagi.
Adrian terbangun dari tidurnya, ia memandangi seisi ruang tengah yang menjadi tempat tidurnya bersama yang lain terkecuali para gadis yang tidur di kamar Demon.
Kemudian Adrian beranjak menuju kamar mandi untuk menggosok gigi serta membasuh wajahnya, lalu berlenggang menuju dapur.
Tiba di sana, rupanya sudah ada Demon yang nangkring di meja makan sedang memakan kue bolu yang dibuatkan oleh ibunya.
"Pergi lagi nyokap lo?" Adrian duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengan Demon sambil mencomot sepotong kue bolu itu.
"Kan emang hobinya," tanggap Demon santai.
"Kerja," ralat Adrian.
Demon terkekeh kecil, kemudian bergumam. "Segitunya."
"Tumben cewek-cewek belum bangun?" Tanya Adrian menyadari rumah nampak sepi tanpa ada keributan yang diciptakan para gadisnya.
"Nggak tau." Demon mengedik.
"Pada ngebo semua?" Adrian mengernyit. "Tapi, yakali si Sopi ikutan?"
Seperkian detik selepas pertanyaan itu terlontar dari bibir Adrian, salah satu dari gadis yang ia maksud menampakkan diri.
"Kusut amat muka lo," ujar Adrian melihat penampilan Nci yang nampak berantakan.
Demon seketika berdiri kala menyadari ada yang tidak beres pada gadis itu. Ia mendekat ke arah Nci, lalu menempelkannya punggung tangannya ke kening gadis itu.
"Anjir, lo sakit?"
Nci mengangguk lemah. "Ada obat demam nggak?" Suaranya terdengar serak.
"Gue beli dulu!" Demon bergegas pergi.
"Om! Urusin Nci dulu!" Teriaknya sebelum benar-benar menghilang dari pandangan.
Nci duduk di kursi tempat Demon duduk sebelumnya, Adrian lantas berpindah di samping gadis itu.
"Panas banget, njir!" Ujar Adrian setelah memeriksa kening Nci. "Mampus 'kan, siapa suruh main hujan-hujanan kemarin?"
"Duhh, jangan ngomel, Om. Pusing."
"Ngeluh 'kan lo, sok-sokan main hujan, sih." Meski begitu, Adrian bangkit dari kursinya untuk mengambilkan segelas air putih untuk Nci.
Kembali duduk di tempatnya, Adrian menyodorkan segelas air itu sembari mengusap-usap kepala Nci.
"Minum," katanya dan Nci mematuhinya.
"Yang lain masih pada tidur?"
"Emh."
"Ck, kesel gue liatnya." Tangan Adrian bergerak merapikan anak rambut Nci yang berantakan menutupi wajah gadis itu.
"Lain kali nggak usah sok-sokan mandi hujan, nggak enak kalau udah sakit."
"Jangan ngomel, om..."
"Biar lo jera."
"Iyaaa, nggak lagi kok."
"Alah, cewek mah gitu, ujung-ujungnya diulangi lagi."
Nci seketika mendelik. "Kayak cowok nggak aja."
"Cowok mah dikasih tau sekali langsung nurut."
"Pret."
Adrian langsung terbahak. Wajah pucat Nci yang terlihat menyeramkan saat mendelik justru nampak lucu di matanya.
YOU ARE READING
9'S HOME
Teen Fiction"Mereka tidak selamanya, tapi mereka abadi." Ini kisah persahabatan antara sembilan remaja ; Aleyra, Oceane, Lyncia, Sofia, Adrian, Ganendra, Gaelano, Demon, dan Rey. [ terdapat beberapa kata kasar, harap bijak dalam membaca ] ...