DUGAAN

694 76 16
                                    




Shikamaru masih melamun menatap televisi di depannya. Sebuah siaran yang menampilkan opera sabun yang dimainkan oleh para aktor amatiran.
Pikirannya masih melayang pada kejadian semalam. Pada pertemuannya dengan Sakura.

Ia tak menyangka setelah beberapa tahun tidak bertemu, wanita itu bertambah cantik, dewasa, dan matang. Paras wanita itu bertambah ayu dengan kulit putih mulusnya. Badan Sakura tampak lebih sedikit berisi dari terakhir ia terlihat. Payudara wanita itu juga terlihat bertambah besar. Sempurna. Shikamaru harus menelan ludahnya untuk menahan hasratnya pada wanita itu.

Namun yang membuatnya terkejut bukan main adalah keberadaan bocah kecil berjenis kelamin laki-laki yang ternyata anak dari Sakura. Dan penuturan wanita itu pula yang membuatnya bertambah membeku. Sakura telah menikah. Dan terlihat dari segala gerak gerik Sakura bahwa mereka hidup berumah tangga dengan sangat harmonis dan bahagia.

Masih teringat jelas di benaknya bagaimana Sakura membanggakan suaminya. Wanita itu terlihat bahagia dengan sorot mata yang bercahaya. Entahlah. Shikamaru merasa tidak suka akan kenyataan itu. Belum lagi anak dari Sakura, bocah lelaki yang lucu dan sehat. Berambut gelap dan bola mata yang mirip dengannya. Sungguh membuat siapa saja yang melihat menjadi gemas.


Dulu.... ya dulu ia menyia-nyiakan cinta wanita itu. Cinta yang begitu besar untuknya. Sakura tidak hanya mencintainya namun juga ibunya. Berbeda dengan wanita lain yang hanya peduli dan mengejarnya dan tidak memperdulikan ibunya. Sakura berbeda. Sayangnya rasa cinta yang besar itu membuat Shikamaru terganggu dan risih. Ia tak merasakan cinta pada Sakura. Hingga sebuah ide dari Kiba membuatnya menyakiti gadis itu.


Shikamaru bukan lelaki yang bodoh. Ia tahu, Sakura pergi karena ulahnya. Shikamaru menyesal setelahnya. Apalagi semua karena ulah Temari. Rasa cemburu buta pada Sakura membuat Temari berhasil menghasutnya hingga membuatnya menyakiti Sakura. Kini setelah beberapa tahun berlalu Sakura kembali. Membuat semua memori itu kembali.



" Sampai kapan kau akan melamun Shika." Sebuah suara dari Yoshino membuyarkan lamunannya.


" Ah...Ibu. Hanya masalah pekerjaan."



" Benarkah?."


Shikamaru mengangguk.



" Shika kun, apa kau melihat Sakura di pesta Ino semalam?."


Shikamaru mengangguk.
" Ya...aku bertemu dengannya."


" Ada yang ingin ibu tanyakan padamu. Kuharap kau jujur pada ibu."



" Ada apa bu?" Kening Shikamaru berkerut heran.



" Kau lihat anak Sakura?. Entah mengapa ibu merasa kalo....."



" Kalo apa bu?".


" Bocah itu mirip sekali denganmu ketika kau kecil."


" APA????!!! beo Shikamaru.



" Aku pun kaget paa awalnya. Sungguh ibu melihat anak Sakura mirip sekali denganmu." Kata Yoshino sambil menyodorkan album foto kenangan sewaktu Shikamaru masih kecil.



Mata Shikamaru membulat tak percaya.
" Ini...ini ....ibu".


" Bagaimana menurutmu Shika kun?."



" Kau benar bu. Anak Sakura mirip sekali denganku. Wajahnya memang seperti wajahku."



" Satu hal lagi Shika kun. Dari dulu keluarga kita pasti ada tanda lahir di belakang telinga sebelah kiri. Dan ibu telah memeriksanya kemarin malam. Dan anak itu ....terdapat tahi lalat di belakang telinga kirinya."



BENCI DAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang