02

11 5 0
                                    

Hari ini cukup dingin , pukul sembilan pagi, langit seoul terlihat masih redup. Aku berdiri di halaman, dibawah kanopi dengan Yuan di dalam gendongan ku.

"Ibu aku bisa berjalan sendiri." ujarnya melihatku.

"Tidak apa-apa. Ibu hanya ingin lebih dekat denganmu." jelas ku sembari mendaratkan satu kecupan di pipi kurusnya.

Tidak lama mobil Taehyung datang. Pria itu keluar dari mobil dan membuka pintu penumpang belakang untuk kami.

Aku tidak memahami konsep berpikir Taehyung. Ada dua kursi penumpang, belakang dan depan, dan dari keduanya, dia benar-benar memberiku pintu belakang seperti seorang majikan, alih-alih menemaninya dengan harmonis.

Sebelum Taehyung bisa mengucapkan satu patah kata pun, aku pergi ke sisi pintu depan dan membuka nya secara pribadi. "Aku dan Yuan akan duduk di sini." kataku menjejalkan tubuh kami kedalam mobil. Aku melihat pantulan tertegun Taehyung dari spion mobil di sisi ku. Mata besar nya berkedip beberapa kali dan mengerjap saat dia kembali ke kesadaran.

Setelah dia masuk kedalam mobil, Taehyung berusaha mengenakan sabuk pengamanan  dengan grogi. Kesalahan demi kesalahan dia lakukan, seperti menjerat tangannya sendiri atau menjepit hingga sedikit lecet.

"Biar aku membantumu." kataku menawarkan diri.

Aku tidak memberinya kesempatan untuk menolak. Segera ku raih sabuk pengamanan dan memasang nya dengan lancar. "Oke! Ayo kita berangkat."

Saat mengatakan hal itu, aku Sekilas mengintip kearahnya Dan ya tuhan dia sangat menggemaskan. Wajahnya memerah, bibirnya terbuka polos. Siapapun bergetar untuk menggoda keluguan itu. Jika Yuan tidak duduk di pangkuanku, demi tuhan aku akan bermain trik dan mulai mencium bibir pria ini tetapi, situasi benar-benar tidak tepat.

Aku menghela nafas pasrah.

"Ada apa, ibu?" tanya Yuan mengejutkan ku.

Aku melihat Taehyung dan yuan secara bergantian, khawatir jika Taehyung akan menangkap gelagatku yang konyol. "Tidak.. Ibu hanya.. Hanya gugup, karena sudah lama ibu tidak melihat nenek mu."

"Bukankah kamu bertemu dengan Nyonya Park tiga hari yang lalu?"

Taehyung melihatku tanpa emosi apapun, dia hanya melihatku dengan alami. "Benarkah?!"

"Ya! Tuan dan Nyonya..."

"Kim Taehyung!"Sela ku dengan nada tinggi Yang membuat Yuan juga Taehyung terkejut. Mereka seketika membeku. " Tidak ada Nyonya atau tuan Park! Dia ayahmu, ibumu! Berhenti memberi jarak dengan keluarga ku."

Matanya mengerjap beberapa kali dan berkata, "tapi kamu yang menyuruh ku melakukannya."

Bunuh dirimu sendiri Kim Sujin! "Tidak lagi. Panggil mereka ayah dan ibu. Dan Jinny, dia adikmu juga. Perlakuan dia seperti adikmu sendiri."

Dia menelan ludah kasar. "Kenapa? Kamu tidak melakukannya?"

Taehyung menganggukkan kepalanya ribut. "Anak pintar, jika aku masih mendengar hal-hal ini, aku akan menendang pantat mu sampai mati!" ancamku memelototinya.

Secara alami Yuan yang melihat ketegasan ku langsung terseret dengan reaksi Taehyung. Mereka menganggukkan kepalanya bersamaan.
.
.
.
.
.
Rumah sakit tempat dimana ibuku di rawat berada di pusat kota, tidak jauh dari tempat parkir ada kios bunga kecil. Aku melihat tempat itu beberapa kali di kehidupan ku sebelumnya. Toko itu milik sepasang lansia, toko kuno yang di pertahankan karena memiliki nilai sejarah tersendiri untuk keduanya.

"Ayo kita beli bunga di toko, di sana." tunjuk ku keras toko. Taehyung mengikuti arah tunjuk ku dan kemudian memarkirkan mobil tidak jauh dari sana.

Semula aku berniat membuka sendiri pintu mobil tetapi pria tempat disana (Taehyung) memintaku untuk diam.
.
.
.
.
Toko bunga sangat kecil, bunga yang di tawarkan  tidak sepenuhnya kaya. Hanya ada kaktus, mawar, lilin, krisan, dan beberapa jenis yang aku sangat asing. Kami berkeliling satu kali, melihat apa yang akan kami ambil.

Tuan Kim! Aku mencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang