Jadian

5 1 0
                                    

Setelah melewati berbagai macam, Zona pertemanan dan zona pendekatan kini saatnya mereka masuk kedalam zona yang sesungguhnya yaitu zona dimana salah satu dari mereka akan mengungkapkan isi hatinya. 'Ya disini, malam ini aku akan mengatakan yang sejujurnya. pukul 19:45 keduanya keluar rumah dan berangkat menuju pasar malam.

   Pas banget dilampu merah mereka bertemu disana, lampu merah menyala Nisa dan Senja berjalan menyebrang jalan yang ramai.

  "Gimana Nis????
  "Ayo buruan!

     
Tiba-tiba Nisa menarik tangan Senja memasuki hiruk pikuknya pasar malam. Terlihat jelas dari raut wajahnya, Senja kaget dengan apa yang ia alami, tak disangka wanita yang dicintainya menggandeng lembut pergelangan tangannya memasuki pasar malam. Mereka berjalan melalui gang gang sempit yang dipenuhi dengan lapak-lapak yang menawarkan berbagai barang mulai dari mainan, pernak pernik, jajanan, hingga pakaian. Suasana musik dan riuhnya tawa anak² membuat atmosfer pasar semakin hidup.

 
  ”Apa ini mimpi? Atau hanya kebetulan? Tidak mungkin ini mimpi dan tidak mungkin kebetulan, tangan Nisa menggenggam semakin erat di lengan ku” Gumam Senja disela keramaian senja berhenti dan mengatakan kepada Nisa

”Nis naik bianglala mau?"

”Kamu tau sendiri gua takuttt ketinggian” Nisa gemetar

”Kamu kan jagoan masa takut?”

Dengan terpaksa dan wajah Nisa yang dilengkapi ekspresi panik mau tidak mau Nisa pun memenuhi permintaan Senja untuk naik bianglala, ”Duhh hari apa ini? Kenapa malah seperti tantangan? Jika benar ini tantangan apa di atas sana akan ada jawaban dari ini semua?” akhh tidak tidak aku seharusnya tidak memikirkan hal ini"

"Nis ayo buruan malah bengong”

"Iyaiya ini mau masuk”

"Nja aku ta**

"Kamu takut? Sudah berapa kali aku bilang kamu tuh jagoan”

"Tapi..”

"Udah kan ada aku”

  Bianglala berputar sedikit demi sedikit pelan demi pelan berputarlah Nisa memejamkan mata sembari menggigit tisu yang di pegangnya ketinggian sudah terasa pada Nisa yang dari tadi ingin melawan takutnya berbeda dengan Senja yang malah menikmati ketinggian ini. Senja meraih tangan Nisa erat dan lembut menggenggam.

”Nis udah gausah takut”

Kenapa jantung aku berdetak kencang disaat senja meraih tanganku? Apa senja juga mempunyai rasa yang sama dengan aku? Kalau ini semua benar jadikanlah aku dan senja sebagai orang yang saling mengerti tentang perasaan" gumam Nisa.

"Nis..Nis..kenapa kamu, kamu mau nangis? Takut ya? Udah gapapa semoga saja dengan genggaman tangan ku mampu mengobati rasa takutmu nis”

"Kenapa kamu megang tangan aku nja? Katakan nja”

"Nis percayalah selama ini kita berteman***.”

Belum sempat ngomong petugas sudah duluan menyuruh kita turun karena sudah waktunya kita turun, padahal jika aku segera mengungkapkan ini merupakan hal yang bagus tapi bagaimana aku mau ngomong Nisa yang dari tadi ketakutan.

"Adek silahkan turun.”

"Baik pak.”

"Kita duduk dulu disana aku akan melanjutkan yang tadi Nis”

"Iya baik, sebaiknya kita cari makanan dulu biar asik hehe”

"Kamu lapar? Kasian amat bilang dong wkwkw”

  Hiruk pikuk nya pasar malam semakin malam semakin bertambah ramai bukan kebalikannya, banyaknya wahana dan lapak lapak yang membuat ku bingung ingin membeli yang mana.

"oh ya aku lupa ingin beli boneka buat Nisa, ya walaupun ini bukan sesuatu yang direncanakan dan Nisa pun tidak tau soal ini.”

"Nis kamu silahkan beli makanan dulu, Aku mau cari WC umum dulu”

"Yah sendirian dong, yaudah deh”

"Yesss berhasil. Gumam senja.”

   Nisa keliling mencari makanan yang ingin Nisa beli, senja berkeliling mencari boneka yang ingin senja beli untuk Nisa.

Nisa yang dari tadi mondar mandir bagaikan setrika langkah kakinya berhenti didepan lapak seafood.

"Iya akhirnya aku menemukan makanan favoritku.”

Senja pun berhenti didepan lapak boneka ada banyak sekali boneka disana. Senja melihat boneka yang bagus.

"Ya aku menemukannya, ini bagus buat nisa.”

"Bang boneka yang itu berapa?”

"Oh yang itu(boneka beruang cokelat)

"Iya bang, jawab Senja riang”

"Murah dek cuma 150k aja”

"Bolehlah satu bang.”

"Baik siap dek.”

  Nisa menunggu senja ditempat seafood, Senja kembali menyusul Nisa yang sudah menunggu disana.

Duduk di bangku taman pasar malam bersama seseorang yang selama ini kucintai terasa jauh lebih asik, Walaupun ditengah hiruk pikuknya pasar malam namun bagiku ini merasa berdua saja.

"Hay Nis, Udah beli makanannya?”

"Udah udah kok"

"Kamu bawa apa Nja? Tanya Nisa penasaran”

"Sini duduk Nis, akan ku tunjukkan sebuah benda yang ku bungkus layaknya sebuah misteri ini”

"Emang sebuah benda apaan? Bukanya kamu tadi bilangnya mau cari WC umum ya?”

Senja terkekeh mendengar pertanyaan Nisa, Haduh Nisa polos amat sih hehehe. Senja pun mengajak duduk dan meminta Nisa untuk memejamkan mata Nisa beberapa detik dan senja membuka bungkusan kardus itu.

Kenapa Mencintai seseorang harus ada alasan? Padahal aku mencintai Nisa tanpa ada alasan.”

Next Slide berikutnya.

     

NAMA YANG TAK DIRINDUKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang