02.00

326 9 2
                                    

Pagi hari dengan seulas senyum terukir di wajah Syana, tas mungil di tangannya menjadi atensi sang teman di sebelahnya. Kedua gadis kecil itu nampak tersenyum di hadapan rumah seseorang.

" Psstt.. habis ini lari, jangan kasih muka!" Ajak Raya, gadis bertubuh tinggi dengan body goals nya. Mendengar itu, Syana terkikik geli. Tangan kecilnya mengetuk pintu rumah bewarna marron.

Ketika mendengar suara langkah kaki mendekat, Raya dan Syana berlari, bersembunyi di balik tembok dekat rerumputan yang rimbun.

" Siapa?!"

Gadis dewasa dengan rambut di gulung itu menoleh, mencari sosok yang bertamu di rumahnya. Wajah nya nampak memerah marah karena merasa di permainkan. Ketika ingin kembali masuk, tiba-tiba suara gertakan dari belakang membuat nya menoleh dengan spontan.

" HYAA! ANAK KURANG AJAR! KALO MAU BERTAMU YANG BENER!" pekik nya kencang.

Raya tertawa nyaring, dengan Syana yang kini berjongkok untuk menetralkan tawanya yang kian seperti setan. Wajah Keisha-kakak Raya, sangat konyol saat terkejut.

" Maaf maaf, galak banget! Ini di bawain buah! Aldo sakit kan?"

Keisha menyeringit, menatap wajah kedua gadis tengil dihadapannya dengan bingung. "Siapa yang bilang?" Tanya gadis dewasa itu.

Syana celingukan, mencari sosok cowok bertubuh jangkung dengan rambut berponi itu, namun nihil, cowok itu tak terlihat. Berbeda dengan Raya, gadis itu sudah memasang wajah garam tak terima.

" Jangan bilang- ALDO SEPTIAWAN! KURANG AJAR, MANA TUH ANAK!" Gertaknya sadis. Keisha tertawa nyaring, mempersilahkan Raya masuk untuk mencakar wajah adiknya yang seperti babi itu.

Keisha terkekeh, menatap Syana dengan menggoda. "Hayoo, ke sini mau ngapain?"

" Hehehehe numpang makan, ayo! Buna milo masak apa?" Tanya Syana dengan santai, memasuki area dapur dan menemukan Mila, ibu Aldo tengah mencincang sesuatu. Keisha mendengus sabar, memang Syana dan Raya itu seperti bukan seorang anak gadis.

" Ehh, Syana. Sini sayang, kenapa? Mau main? Tuh Aldo lagi ps-an di kamarnya. Dia bilang kamu mau ke sini, ternyata beneran." Ujar Mila dengan tersenyum.

Syana mencebikan bibirnya, meraih garpu dan menusuk setusuk bakso goreng di piring. Wajahnya masam sembari memakan makanan buatan ibu mila yang cantik itu.

" Aldo boong tau bun, masa dia bilang sama Syana dia sakit. Padahal sebenernya lagi ps an di kamar! Syana sama Raya sampe patungan buat beli buah, hwaaaa."

Mila terkejut, wajahnya menatap Syana dengan tawa meledak. "Ya Tuhan, hih! Memang itu anak nakalnya minta ampun. Habis berapa sayang beli buahnya?"

" Dua ratus lima puluh ribu, buat beliin Aldo boneka Barbie juga."

" Uhuk! Apa kamu bilang? B- boneka Barbie?"

Mila tersedak sup ayam yang ia cicipi, wajahnya menatap tak percaya Syana yang mengangguk semangat. Senyum gadis itu teukir begitu jelas seperti tidak ada rasa bersalah sama sekali.

" Astaga... Anak siapa sih ini. Pusing buna sama kamu, Raya, Aldo. Udah kaya anak kembar."

" Kenapa? Kok gitu?"

" SAMA!"

•|•

" Na, ponsel kamu berdering terus dari tadi. Angkat sana! Ganggu telinga tau ga?" Bisik Aldo dengan lirih, berharap Syana tak mendengar, namun sebuah pukulan kecil mengenai tepat di kepala cowok itu. Syana mendengus kesal.

"Aldo babi!" Pekiknya.

" Enak aja! Lo tuh babi!"

Syana membola tak percaya, matanya mendelik marah. "BUNAA MILOOO, ALDO 'LO GUE AN' SAMA SYANA!"

Aldo tersenyum tipis, bersiap mendengar ibunya mengomel dengan cubitan maut di lengannya. Cowok itu menatap sinis wajah Syana yang terlihat kemayu dengan ponsel di tangan gadis itu.

" hua hua, Aldooo, Syanaa haruss pulang."

" Pulang sana, ganggu orang ps-an aja lo."

" BUNAAA! ALDO NAKAL!"

Mila mencebikan bibirnya lucu, wanita beranak dua itu menatap sedih Syana yang terlihat bersemangat pulang dari rumahnya.

" Kenapa buru-buru sih? buna kan masih kangen!"

" Ya elah bun, orang cebol aja di kangenin." Sambar Aldo dengan senyum miring. Wajahnya terlihat seperti babi yang siap untuk di bunuh dan di jadikan babi guling.

Syana mendengus kesal. Menatap Aldo dengan dendam. Lalu beralih menatap Mila dengan senyum manis semanis manisnya. "Syana ada les, buna. Hari ini."

" Yaudah, semangat sayang! Matematika nya jangan bodo mulu." Ujar Mila sembari mencium kening Syana.

Aldo tertawa mendengarnya, menatap wajah Syana yang terlihat masam. Gadis itu mencubit perut Aldo dengan keras, tak main-main. Membuat anak kedua dari Mila itu berguling dengan rintihan.

" Kalian ini! Berantem terus!"

•|•

Syana tersenyum merekah, kakinya berlari semangat memasuki area lapangan yang kian sepi. Saat masuk, tampaklah cowok bertelanjang dada dengan bola basket di tangannya. Syana berlari, memeluk tubuh Keenan dengan erat. Merasa tak ada siapapun selain dia di sini, Syana mencium bibir Keenan dengan manja. Gadis itu bergelayut dengan bibir yang mencebik.

" Keenan basket ga bilang-bilang!"

Keenan terkekeh, mengecup bibir gadisnya dengan lembut. Netranya menatap Syana dengan satu tangan yang setia melingkar di pinggang gadis itu. "Kenapa hm? Marah?"

" Gak usah sok kenal!"

" Oke." Balas Keenan tanpa rasa bersalah.

Syana mendelik tak terima, tangan kecilnya memukul lengan Keenan dengan gemas. Wajahnya nampak seperti singa. "Nyebelin! Kangennn."

Keenan tertawa kecil, membawa Syana kedalam gendongannya. Bibirnya mengecup seluruh wajah gadis mungil di gendongan nya. Syana tersenyum, otaknya yang nakal kian memikirkan hal kotor, dan tersenyum, membayangkan ia melakukan itu kepada kekasihnya besarnya ini.

" Keenan.. coba sini. Hadep dede."

Cowok itu menurut, melihat Syana dengan alisnya yang terangkat, bertanya-tanya. Syana tersenyum geli, membisikan sesuatu di telinga cowok itu. Hingga keduanya terdiam, dengan Keenan yang kian meledak.

" Syana!" 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Under my control Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang