"Mas, tolong jaga Nini sebentar, karena aku akan memasak" dengan sigap Mas El langsung mengambil Nini yang sudah selesai minum asi dari pangkuan.
Setelah selesai merapikan bajuku, aku segera menuju dapur untuk memasak sarapan.
Ah, aku lupa untuk meperkenalkan diriku. Diriku adalah omega yang bernama Yeza Aditama, sedangkan suamiku adalah seorang alpha bernama Biantara Elander Zervanco.
Didunia terdiri dari 1 gender, yakni omega yang bergender ladyboy, kemudian alpha dan beta yang bergender laki-laki.
Bahkan omega di dunia ini sudah seperti perempuan, berpakaian feminim, bisa mengandung, bisa hamil, bisa menyusui. Persis seperti wanita.
Melupakan itu, mari kita bahas pernikahanku dengan Mas El.
Aku dan dirinya di jodohkan oleh kakeknya. Alasannya karena ia tidak ingin cucunya kesepian, apalagi cucunya tidak ada yang memberinya nutrisi asi.
Aku yang pada saat itu sebatang karang tentu saja mau, toh Nini sangat lucu dan Mas El sangat tampan. Dan juga pekerjaan Mas El tetap, jadi kehidupannya terjamin.
Dan untuk asi, aku memang ke dokter untuk menyuntik hormon dan mengeluarkan asi. Awalnya aku tidak setuju, karena aku ingin asi pertamaku untuk anakku, tapi jika di pikir-pikir kasian juga Nini yang tidak pernah merasakan asi ibu kandungnya.
Karena ibu kandungnya bercerai dengan Mas El, maka dari itulah Mas El menjadi duda.
.
Setelah selesai memasak, aku bergegas menuju kamar kami untuk memanggil Mas El sarapan, sesampainya aku didepan kamar aku bisa mendengarnya gelak tawa Nini yang menggelegar.
Lantas aku tersenyum, walaupun sikap Mas El dingin tapi ia dapat sedikit hangat untuk Nini.
"Mas, waktunya sarapan" Mas Elander langsung berhenti bercanda ketika aku berkata seperti itu.
Mas El langsung menggendong Nini, dan aku langsung mengintil di belakang Mas El.
"Mas, hari ini tetap kerja?" tanyaku, meskipun hari ini hari minggu, terkadang Mas El tetap bekerja menyesuaikan jadwal para karyawan.
"Hm"
Aku dan Mas El pun langsung duduk di lantai ruang tamu yang mendadak menjadi ruang makan, menjalankan kewajiban istri aku pun menyiapkan makanan Mas El, dan aku langsung mengambil alih Nini. Agar Mas El makan dengan tenang.
"Atutu, anak Bupa cantik sekali"
"Emm, bau acem nak" ujarku sembari mengendus-endus ketiak Nini, yang sontak saja langsung mengundang tawa Nini.
Tawa Nini pun bercampur dengan suara dentingan sendok dan piring Mas El.
Hingga Mas El pun selesai makan.
"Kemarikan Nini" dengan hati-hati aku memindahkan Nini ke pangkuan Mas El.
Sekarang berganti aku yang makan, dengan sesekali memperhatikan Mas El yang bercanda dengan Nini, walaupun wajah datarnya masih ada.
"Mas, bisakah tetap disini, aku mempunyai sesuatu untukmu" Mas El pun mengangguk.
Tak ingin memperpanjang waktu, aku segera membereskan alat makan yang telah kami gunakan.
Setelah selesai, aku kembali lagi ke ruang tamu dengan membawa sesuatu di kantong bajuku.
"Apa yang ingin kau berikan?"
Huftt, setelah menghela nafas panjang, aku mengambil sesuatu dari kantong bajuku, kemudian memberinya kepada Mas El.
Sejenak ia mematung.
Sepertinya aku sudah tau jawabannya.
"Kau hamil?" tanyanya memastikan, aku pun mengangguk.
"Iya Mas, tapi tenang saja, aku akan merawatnya sendiri" ucapku getir.
"Baguslah jika kamu paham" jawabnya santai. Kemudian ia langsung melengos pergi dengan Nini.
Jangan tanya diriku, aku sudah lemas dengan tangis yang pelan.
Aku sudah menduga itu, Mas El pasti tidak semudah itu menerima anak yang sedang ku kandung. Apalagi ia masih mencintai istrinya dulu.
"Tak apa ya nak, masih ada Bupa disini" dengan sayang aku mengelus perutku yang rata.
Aku berharap ia mengerti akan apa yang di alami Bupa-nya.
.
.
.Vote itu baik loh