sekawan

84 9 0
                                    

"Mas bangun, ini sudah lebih dari 5 menit"

"Mas, Mas El"

Agaknya usahaku sedikit sia-sia, walaupun ini masih lumayan lama dari jam kerjanya, tapi tetap saja.

Kita tidak boleh membuang-buang waktu, waktu adalah uang.

Tapi di sisi lain ia takut, takut dimarahi karena membangunkan Mas El dengan "paksa".

"Sudahlah, mungkin 10 menit lagi ia akan bangun, aku cuci baju Nini dulu aja" gumamku sambil melihat wajah Nini yang sedari sudah tidur di gendonganku.

Aku meletakkan Nini perlahan di samping Daddy-nya walaupun sedikit susah. Ia sempat mengeliat sebentar, tapi aku sedikit mem-puk-puknya lagi.

Sekarang tinggal menyingkirkan tangan Mas El yang membandel di pinggang seksiku ini.

Dan yups, akhirnya bisa walaupun ia sedikit terusik sebentar.

Aku segera mencuci baju dengan cepat, takut-takut Nini bangun lagi dan aku tidak sempat untuk mencuci bajunya.

Untuk bajuku dan Mas El sudah aku cuci, aku memisahkan baju kami dan Nini, agar lebih gampang saat dicuci.

Cucianku telah usai, kini saatnya untuk menjemur. Aktivitas menjemur sebenarnya aktivitas yang sedikit tidak aku sukai, lebih baik mencuci baju daripada menjemur.

"Yeza"

Terdengar teriakan menggelegar dari dalam rumah, aku duga dari kamar mandi, karena suaranya sedikit teredam.

Untungnya aku sudah selesai menjemur, jadi aku tidak terlalu buru-buru untuk memikirkan jemuran lagi.

"Iya Mas, ada apa, jangan teriak-teriak. Nini masih tidur" omelku, karena Nini baru tidur jam 4 subuh tadi, ia sempat rewel semalam.

"Dimana handuknya" jawabnya.

Aku mengernyit dengan heran, suaminya bukanlah tipe orang yang lupa membawa handuk, dan aku tidak merasa jika aku sedang mencuci handuknya.

"Handuknya ada di kamar mandi Mas, baru aku ganti semalem ko" jawabku, karena aku memang baru menggantinya kemarin.

"Kamu tidak percaya saya, Yeza?" tanya dengan suara yang aku ketahui terdapat nada kemarahan di dalamnya.

"Iya sebentar Mas, aku ambil dulu"

Aku segera mengambil handuk yang ada di kamar, Nini masih terlihat nyenyak, mungkin saat waktunya bangun, Ia akan langsung menyiapkan makanan Nini.

"Mas, ini handuknya"

Pintu kamar mandi dibuka sedikit oleh Mas El, ia mengulurkan tangannya yang besar, aku pun mengalihkan handuk yang tadinya di tanganku, untuk di tangannya.

Tapi ini di luar prediksi kiamat 29 Juni 2024.

Tiba-tiba Mas El menarik tanganku ke kamar mandi.

Tentu saja aku kaget.

"Akh, Masss" teriakku reflek.

"Diam Yeza, Nini sedang tidur" ucap Mas El sembari menutup mulutku, dengan matanya yang entah sejak kapan memandangi netraku.

"Emm Mmosh leposhkan" ucapku dengan mulut yang masih dibekap olehnya.

Tampaknya Mas El mendengar suaraku, terbukti tangannya tidak lagi singgah di bibir seksiku.

Kini suasana di kamar mandi tiba-tiba panas, apalagi dengan detak jantungku yang tiba-tiba berdetak dengan kencang seperti goyangan belly dance.

"Ma-Mas" gugupku, aku takuttt.

Melihat tatapannya yang senantiasa melihat mataku, bibirku, seluruh wajahku.

Adakah yang salah dengan wajahku?.

"Kau cantik, Yeza" ujar Mas El, dapat ku lihat jempolnya yang kasar beraba bibir merah muda, yang kemudian berpindah ke tengkukku dan mencengkeramnya dengan erat.

"Emhhh, Mmashh emp"

Tapi ciuman itu semakin memanas, tanpa menghiraukan suara yang berusaha aku keluarkan. Tangan Mas El yang mulai meraba dada dan bokongku.

Dan ya, kalian tau, apa yang selanjutnya terjadi.

.

Kegiatan bercocok tanamku dan Mas El kami akhiri dengan mandi bersama, bahkan saat ini kami masih memakai handuk.

Untung Nini tidak terbangun selama kami melakukan hal panas tadi, bayangkan saja, kami sudah melakukan itu selama 4 jam, waktu yang lumayan singkat yang pernah kami coba.

Tapi tunggu, 4 jam??

Mas El terlambat.

oh mai guddd.

"Mas, Mas cepat pakai baju, kamu sudah terlambat" tanpa menghiraukan aku yang belum berganti baju, aku segera menyiapkan bekal Mas El di Tupperware satu-satunya yang aku punya.

Dapat ku lihat dari dapur Mas El masih santai-santai, tapi di sini aku buru-buru.

Apakah ia tidak sadar, jika ia sudah sangat telah. Aku hanya takut ia dipecat, sedangkan ia saja belum gajian.

"Mas, ayo" teriakku lagi.

Lumayan mengesalkan, semua ini gara-gara kegiatan yang mengenakkan tadi, walaupun lubangku harus lecet gara-gara pedang Mas El yang terlalu besar.

"Diam, Yeza. Hari ini aku libur" ucapnya dengan santai.

what the flower!

Ia telah menyiapkan bekal dan suaminya baru bilang jika dirinya libur bekerja.

Sepertinya suaminya ini memang tidak menginginkan jatah lagi ya.

"Oh seperti itu" jawabku datar, sudahlah sia-sia aku menyiapkan ini.

Lebih baik aku berganti pakaian, tapi sebelum itu aku harus memakaikan lubangku salep dulu, lubangku selalu lecet setelah berhubungan badan dengan suamiku.

.

Dari kejauhan Elander melihat istri omeganya itu berjalan dengan tertatih-tatih. Tentu saja itu akibat ulahnya tadi, padahal ia sudah lumayan lembut?.

"Kau sangat sempurna, Yeza" batin Elander saat melihat Yeza yang mengelus rambut anaknya, Nini.

Berbicara tentang Nini, anaknya itu akan mempunyai seorang adik, dan ia yakin, anaknya yang masih dikandung Yeza adalah seorang alpha dominan, seperti dirinya.

Tunggu, anak?.

Sejak kapan hatinya menerima jika itu adalah anaknya, ia pun tak tau, yang ia tau, Yeza sangat menyayangi anak mereka.

Bahkan saat berhubungan panas pun, tangannya melindungi perutnya, seolah takut terluka karena hubungan intim mereka berdua.

Tentu saja Elander merasa tersentuh, tapi hanya sedikit.

Ternyata ia tidak salah menikahi istri seperti Yeza.

.
.
.

6 vote lanjut?

vote ya bebihh, babaiii

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kehidupan Pernikahanku. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang