Setelah bertanya kepada orang-orang yang berada didekatnya, akhirnya dia mengetahui alasan dibalik pertarungan kedua orang itu, yaitu karena seorang wanita.
Dari informasi yang dia dapatkan, kedua orang yang tengah bertarung itu adalah teman dekat, namun mereka mencintai orang yang sama, teman dekat mereka juga. Karena itu, mereka berdua memutuskan siapa yang berhak mendapatkan sang wanita dengan duel, meskipun duel ini ditolak dengan keras oleh sang wanita. Namun kedua laki-laki itu tetap bersikeras, sehingga terjadilah kondisi sekarang.
Pengguna pedang, kini terpojok. Kekuatannya sudah tak sekuat diawal, pedangnya kini memiliki banyak retakan halus dan mendapat banyak luka gores di seluruh tubuhnya. Dong Fang bahkan ragu jika pengguna pedang itu masih bisa bertahan dalam beberapa serangan lagi.
Berbeda dengan pengguna pedang, pengguna belati hanya mendapat beberapa luka gores yang tidak terlalu parah, dirinya pun masih terlihat memiliki kekuatan yang tersisa untuk memenangkan duel itu.
Seruan-seruan diarena itu terdengar keras, "Bunuh!"
"Bunuh!"
"Akhiri hidupnya!"
Dong Fang hanya menggeleng pelan, tak berkomentar.
Pengguna pedang yang sudah mengetahui dirinya akan kalah, kini pasrah, "Liu, bunuh aku. Aku sudah tak memiliki muka dihadapan orang-orang, aku sudah kalah. Setidaknya aku mati terhormat didalam duel ini."
Pengguna Belati itu ragu, dirinya mengetahui sifat temannya yang keras kepala dan menjunjung tinggi harga diri. Dirinya mengetahui jika temannya tak akan mau menyerah dan lebih memilih mati. Namun dia sendiri tak ingin kalah, dan ingin sang wanita menjadi miliknya.
"Fei, aku tidak ingin membunuhmu, kau teman baikku. Bukankah lebih mudah kau menyerah dan kita hidup seperti biasa lagi?" Liu menghela nafasnya berat, dia kemudian menambahkan, "Bukankah kau masih memiliki tujuan besar lainnya? Membalaskan dendam orang tuamu contohnya. Kau ingin membiarkan orang-orang sok suci itu hidup tenang, hah?! Apa kau ingin membiarkan orang tuamu kecewa kepadamu?"
Perkataan Liu yang persuasif membuat Fei yang sebelumnya lebih memilih mati daripada merasakan malu, kini berubah pikiran, "Kau benar, bodoh sekali diriku ini. Apa yang akan orang tuaku katakan, jika anaknya sebodoh ini." Fei sambil tersenyum tipis, "Aku menyerah." ucapnya sambil melepas pedang dari tangannya.
Sorak-sorak cacian untuk Fei dan Liu kini memenuhi arena pertarungan itu,
"Dimana harga dirimu? Mengapa kau menyerah!"
"Mengapa kau menyerah! Lawan sampai mati!"
"Seharusnya kau bunuh saja pengguna pedang itu! Dia tidak berguna!"
Dong Fang yang mendengar itu, lagi-lagi menggeleng pelan, dirinya mendengar jika pengguna pedang itu memiliki dendam yang berasal dari orang tuanya, "Sekarang aku mengerti, di dunia ini tidak ada yang benar-benar putih dan tidak ada yang benar-benar hitam, semuanya remang-remang. Setiap orang memiliki alasan untuk berbuat salah, melakukan sesuatu yang melukai orang lain..." gumammya pelan, kemudian dirinya perlahan memejamkan mata, dirinya kini menyadari sesuatu.
Dong Fang yang merasa sudah tidak ada lagi yang bisa dilihat, kini keluar dari arena pertarungan itu dan berniat berjalan-jalan kembali, mencari sesuatu yang menarik perhatiannya.
Namun saat dirinya berjalan-jalan sambil melihat sekelilingnya, seseorang menabrak dirinya dari belakang dan sesuatu yang dibawa oleh orang itu pecah, jatuh ketanah.
"Hei! Kau menghalangi jalanku! Sekarang ganti bahan-bahan racun yang sudah kau jatuhkan!" teriak pria berumur 20 tahunan, rambutnya hitam pendek dengan uban-uban yang terlihat banyak di rambutnya, tubuhnya gemuk, jika dilihat seberapa kuat pria itu, Dong Fang bisa mengira-ngira jika pria itu sekuat pendekar level satu.
Wajah marah dari pria itu tak membuat Dong Fang takut, "Bukannya saudara sendiri yang menabrakku? Mengapa jadi aku yang dituduh menjatuhkan?" ucap Dong Fang dengan nada yang tenang.
"Kau yang menghalangi jalanku! Karena itu kau yang menjatuhkan itu." pria berbadan gemuk sambil menunjuk cairan yang kini tercecer di tanah, dia jelas tak mau mengalah.
"Hah? Alasan itu benar-benar tidak masuk akal. Orang bodoh sekalipun tahu, jika kau sendiri yang salah. Apa jangan-jangan kau terlalu bodoh untuk menyadari itu? Jika begitu aku tidak heran." jawab Dong Fang dengan sedikit sindiran. Dirinya masih tetap tenang seperti biasanya.
"Kau!!" pria berbadan gemuk itu menunjuk Dong Fang, "Akan kupastikan kau menyesal karena menghina cucu dari tetua Dan!." teriak Pria berbadan gemuk itu, kemudian dia menyerang Dong Fang.
Anggota-anggota sekte yang berada disekitar sana mulai mengambil jarak dari Dong Fang dan pria berbadan gemuk itu, mereka mulai memperhatikan dari jarak yang luamayan jauh.
"Bukankah itu Dan Rou? Dia sepertinya mencari masalah lagi."
"Kasian sekali anak itu, tiba-tiba mendapat masalah. Meskipun aku tidak peduli, ini akan menjadi drama siang hari yang menghibur."
"Tidak ada yang berani membantah Dan Rou, karena ada Tetua Dan yang ada dibelakangnya, tapi siapa anak itu? Dia berani sekali."
Komentar-komentar anggota sekte terdengar, banyak anggota yang melihat perselisihan antara Dong Fang dan Dan Rou, namun sebagian yang lain lebih memilih jalan aman dengan pergi dari tempat Dong Fang kini.
Dan Rou menyerang Dong Fang dengan ilmu tangan kosong dan tapak. Meskipun badan Dan Rou besar, tapi itu tak terlalu memengaruhi gerakannya, dia tetap bisa bergerak dengan cepat, memperlihatkan seberapa sering latihan yang dijalaninya.
Dan Rou berpikir untuk memberi Dong Fang pelajaran yang tak akan Dong Fang lupakan seumur hidupnya, dia menyerang Dong Fang dengan kekuatan penuhnya diawal, karena ingin dengan cepat mengakhiri Dong Fang.
Namun, Dan Rou memilih lawan yang salah. Meskipun Dong Fang hanya memiliki kekuatan fisik yang setara pendekar kelas dua, dan tak memiliki sedikitpun tenaga dalam didalam tubuhnya. Dengan kecerdasan Dong Fang, dirinya memiliki teknik-teknik ilmu bela diri yang telah dirinya pahami secara mendalam, sehingga teknik-tekniknya terasa tanpa celah.
Dan Rou yang menyerang dengan amarah, tentu saja memperlihatkan banyak celah didalam serangannya, sehingga pukulan dengan kekuatan penuh yang kini mengarah cepat kearah Dong Fang, dapat dengan mudah dirinya baca dan hindari.
Mendapat pukulannya yang dikeluarkan dengan kecepatan dan kekuatan penuhnya tak mengenai Dong Fang, membuat Dan Rou terkejut, namun keterkejutannya terhenti saat sebuah pukulan pengenai Ulu hatinya.
Tak sampai disana, Dong Fang menyerang bagian lain tubuh Dan Rou dengan cepat, dirinya terus menyerang bagian-bagian tubuh yang menurutnya letak kelemahan Dan Rou. Dan Rou yang tak mendapat kesempatan menyerang, kini kehilangan keseimbangannya dan tumbang.
"Kau sudah kalah sebelum kita bertukar serangan, kemarahan membuat kemampuanmu tumpul." Dong Fang menghela nafas pelan, dirinya melihat sorakan-sorakan orang yang mengelilinginya, "Sepertinya aku akan mendapatkan masalah yang lebih besar. Tapi, ya... Sudahlah." ucap Dong Fang pelan.
Dan Rou terlihat sangat marah, dirinya bangkit dari posisi jatuhnya, kemudian mengeluarkan sebuah bubuk yang dibungkus oleh kertas. Dia kemudian menumpahkan bubuk itu ke kedua telapak tangannya, dan mengambil kuda-kuda, "Kau benar-benar membuatku marah, namaku bukan Dan Rou jika tak mengakhiri hidupmu hari ini." Dan Rou dengan nafas yang keras karena marah.
Telapak tangan Dan Rou mulai bercahaya kemerahan setelah memasang kuda-kuda itu dan mulai menyerang Dong Fang dengan kecepatan yang sama seperti sebelumnya.
Dong Fang mendecih, dia ikut memasang kuda-kudanya. Dia kini terlihat serius, meskipun wajahnya tetap tak berekspresi.
"Kau bodoh sekali." ucap Dong Fang sambil menghela nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Pendekar Pedang Abadi
FantasyPerjalanan Pendekar Pedang Abadi mengajarkan kita tentang arti sebenarnya dari keberanian dan tekad. Dong Fang, seorang anak muda yang penuh penyesalan, memulai perjalanannya dengan tujuan yang buruk: membalaskan dendam. Didalam perjalanannya membal...