Gun mengemas barang-barangnya dan bergegas menuju ke tempat kerjanya. Jalanan sore terlihat lebih padat dari biasanya, yang Gun tahu jika nanti malam akan ada kunjungan dari pengusaha besar dipusat kota.
Sebenarnya sudah beberapa hari yang lalu Gun mengetahui kabar itu tapi dia baru menyadarinya pagi tadi. Karena padatnya kendaraan, bus yang Gun tumpangi menjadi terlambat mengantar Gun ke rumah Tin untuk bekerja.
Saat Gun melamun, panas matahari begitu menyengat di luaran sana. Suara bising dari motor dan suara orang-orang yang tengah menggerutu semakin menenggelamkan suara ponsel Gun yang berbunyi.
Pukul 17.36
Gun baru saja memasuki gerbang rumah besar itu, dilihat sekitar rumah itu sangat sepi, Gun mulai terbiasa dengan keadaan seperti ini. Sepi, Sunyi dan tidak ada suara-suara yang menganggu sama sekali.
“Paman Mike, kenapa mobil Tuan Racha ada dirumah? Apa dia tidak pernah bekerja?” tanya Gun ketika melihat satpam--Paman Mike-- yang sedang membaca koran di ruang kerjanya.
“Tuan Racha akan ada kunjungan malam ini, Kau anak muda, pergilah mandi dan buat makan malam. ” begitu Paman Mike menyuruh Gun bergegas, Gun tersenyum simpul dan meninggalkan tempat itu. Begitu masuk lewat pintu belakang, Gun bertemu dengan Tin yang sudah berdiri menunggu kedatangan Gun.
“Kenapa kamu disini?" Tanya Gun, sesaat kemudian Gun tersadar. Dia mengambil note disakunya dan menuliskan pertanyaan yang sama.
Tin membaca sekilas, tangan yang dimasukkan ke dalam saku, kini sudah bersandar dibahu Gun. Tin memberikan isyarat kepada Gun untuk mendengarkan suara-suara bising dari dalam ruang tengah.
Gun mengerti mengapa Tin berdiri disini sendiri, Gun mencoba memahami keadaan untuk tidak membuat kecerobohan. Begitu dia masuk kedalam dapur, Gun bertemu Nyonya Nicha yang sedang memasak dengan wajah bersungut.
“Permisi bu, maaf Gun terlambat.” Nyonya Nicha melihat Gun sekilas, mencuci tangannya dan meninggalkan Gun begitu saja. Gun menunduk diam, begitu Mama Tin sudah pergi, Gun segera menyelesaikan pekerjaannya.
Tin mengikuti Gun dari belakang, kakinya berjalan ragu untuk mendekati Gun. Walaupun Tin tidak bisa mendengar suara-suara disekitarnya, namun saat rumah yang biasanya sunyi dan sekarang dihuni oleh banyak orang, Tin dapat merasakan rasa yang tidak nyaman.
'Apa kamu baik-baik saja?' Tin menyodorkan Note kepada Gun. Note itu diterima, Gun tersenyum simpul dan mengangguk. Tin membalas senyum simpul itu.
Beberapa saat kemudian, semua masakan sudah Gun selesaikan, begitu menoleh, Gun mendapati Tin yang berdiri begitu lama menemaninya memasak.
“Apa kamu tidak lelah? Astaga, aku masih melupakan itu.” Gun mengambil note dan memberikannya pada Tin, dia menggeleng. Tin mencoba berbicara dengan Gun menggunakan bahasa isyarat, Gun yang harus berpikir keras, membuat Tin menghentikan geraknya.
Tin mengambil note dan memberikan pasa Gun, 'Bisakah kamu membantuku untuk kembali ke atas? Aku sangat tidak nyaman.' Gun tersenyum dan mengangguk, dia membawa Tin melewati tangga khusus pembantu.
Begitu sampai dikamar, Tin menatap Gun yang masih berdiri disampingnya, Gun masih menggunakan seragam sekolahnya yang sudah kotor. Tin memberikan isyarat kepada Gun untuk mengganti baju.
“Tidak perlu, aku akan segera kembali jam 10 nanti.” balas Gun dengan gesture tubuh yang dia buat semudah mungkin, Tin mengangguk paham. Dengan begitu Gun segera kembali ke dapur, namun tangan Gun ditahan oleh Tin.
Gun yang baru saja berbalik, segera menoleh dah mendapati Tin yang tersenyum dengan getir. Gun membuat isyarat untuk Tin, 'kenapa?' tangan Gun digenggam oleh Tin. Tubuh mereka sedikit berjarak, membuat Tin berjalan mendekati Gun. Tangan itu masih dalam genggaman Tin, wajah mereka juga semakin dekat.
Tiba-tiba, Tin menjatuhkan kepalanya di bahu Gun. Mata Gun membulat, dia melirik Tin yang terlihat begitu lelah. Gun memeluk tubuh Tin dan mengusap punggungnya dengan pelan. Mata Tin terlihat memerah, Gun tidak mengerti apa yang terjadi, dia hanya bisa mengusap punggung Tin dengan pelan.
Gun memejamkan matanya sejenak, dia mencoba mencari jawabannya, padahal Tin tidak pernah menjadi seperti ini. Gun menghela napas panjang, dia meminta Tin untuk berdiri dengan benar. Setelahnya, Gun membawa Tin menuju kamarnya.
Begitu selesai, Gun keluar, didepan kamar Tin dia bertemu dengan Nyonya Nicha. Wajah itu sangatlah menjengkelkan, “Kau pulang terlambat ya, jaga anak itu selagi saya dan suami saya pergi. Jika saya tidak kembali sampai tengah malam nanti, kau menginap saja disini.”
-TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon [TinGun]
FanfictionKetika reinkarnasi sudah bukan hal tabu didunia ini, terlebih kenyataan yang semakin membuat reinkarnasi adalah hal biasa dalam kehidupan. Membersihkan jiwa yang sempat menjadi dosa dan membenarkan jiwa yang tak sempat merasakan kebahagiaan dunia. ...