Bagian 6 (The Wedding Day)

13.3K 1.4K 127
                                    

"Mulai hari ini, kau harus belajar untuk tidak egois pada dirimu sendiri!" - Julian

_________________________

Demi hidup sialanku!

Hari ini benar-benar terjadi dan aku tak bisa berhenti untuk tidak meremas-remas gaun putih tulang dengan model lipatan-lipatan sederhana di bagian tengah yang kini membungkus tubuhku. Gaun berat tanpa lengan ini membuatku semakin ingin menjerit kalau saja tidak ada seorang perias yang sendari tadi mengulung rambutku dengan beberapa akar tanaman. Dia adalah Anna Hackson, gadis berambut coklat gelap yang memperkenalkan dirinya sebagai penata riasku.

Aku mendesah pelan sembari menatap pantulan wajahku di cermin. Aku merasa gadis yang ada di depanku bukanlah diriku, dia lebih terlihat seperti seorang gadis putus asa yang dikendalikan oleh takdir.

"Apakah masih lama?" tanyaku saat menyadari, aku sudah duduk selama hampir tiga jam.

Anna melirikku lewat kaca dan tersenyum sejenak sambil menggulung bagian rambut yang lain. "Apakah kau sudah tidak sabar dengan acara pernikahanmu, Putri?" tanyanya sedikit menggodaku.

Aku memutar bola mata. "Aku malah tak yakin dengan semua ini. Apa kau tidak bisa membantuku kabur, mungkin?" pertanyaan bodoh itu spontan keluar dari mulutku.

Kali ini Anna malah tertawa. "Kau begitu lucu, Putri. Bagaimana bisa? Ini adalah pesta besar, ini adalah pesta pernikahan sekaligus pengenalan dirimu pada seluruh rakyat," ia mengingkat gulungan terakhir rambutku dengan berhati-hati. "Jadi, sudah tugasku untuk membuatmu terlihat sempurna, Tuan Putri," sambungnya sambil menghembuskan nafas lega dan meletakkan tangannya di kedua bahuku, dia masih menatapku lewat cermin seolah puas dengan hasil riasannya.

Dan diam-diam aku juga mengagumi hasil kerja tangannya, aku masih terkejut memandangi diriku sendiri yang jauh terlihat lebih dewasa, aku seperti bukan Sychelles tujuh belas tahun, aku seperti seorang putri dari zaman Victoria.

Saat sedang menatapi diriku di cermin, tiba-tiba suara terompet dengan nada yang cukup panjang terdengar menggema di telingaku. Aku sedikit terkejut dan spontan menoleh ke belakang, mendapati Anna yang buru-buru berjalan menuju meja lain dan membuka sebuah kotak, dia mengambil isi dari kotak itu dan berjalan kembali ke padaku.

Sebuah mahkota bermotif mirip seperti lingkaran petir dengan diamond biru tua di bagian tengah itu tiba-tiba saja terpasang di atas kepalaku. Aku tak berkedip saat Anna selesai memakaian benda cantik itu. "Oh, sempurna," ucapnya sambil bertepuk tangan sendiri.

"Untuk apa ini?" tanyaku sambil meraba-raba mahkota itu.

"Itu adalah mahkota untukmu, melambangkan bahwa kau adalah seorang Putri dari kerajaan ini. Aku bangga bisa memaikaikan itu padamu, Tuan Putri." Anna tidak pernah berhenti tersenyum membuatku merasa jahat jika tak membalas senyumnya.

"Mari, sudah waktunya sang pengantin untuk turun," ucapannya membuat pertanyaanku tentang arti dari bunyi terompet tadi terjawab. Dia membantuku berdiri karena gaun ini begitu lebar, sementara aku malu karena tanganku kini memproduksi keringat lebih banyak. Semakin kesini aku semakin gugup.

Saat aku baru berhasil berdiri, tiba-tiba pintu kamarku terbuka lebar dan Jarvis muncul dari sana.

"KENAPA LAMA SEKAL—! Astaga Sychelles! Kau cantik sekali! Apa itu benar-benar kau!?" Aku dan Anna sama-sama terkejut melihat Jarvis yang juga terkejut, tidak, lebih tepatnya Jarvis terlihat takjub.

Anna maju mendekati Jarvis. "Apa yang kau lakukan disini, pria tidak boleh masuk!" ucapnya sambil bertolak pinggang.

Jarvis tersenyum seolah tidak risih dengan omelan Anna. "Bidadariku, jangan cemburu, aku kesini bukan untuk memuji calon pengantin, tapi aku ditugaskan untuk menyuruh kalian agar cepat turun." Aku melihat Jarvis mengulurkan tangannya menyentuh dagu Anna. Benar-benar genit!

The Last SaverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang