1. Pengkhianatan

19 0 0
                                    

Esme membalik halaman buku novel yang sedang dibacanya ditemani minuman kesukaannya, Iced Lemon Tea. Minuman menyegarkan yang sangat disukainya di saat cuaca panas seperti ini. Diliriknya jam tangan sebelum kembali meminum minumannya sembari menggerutu, “Lama sekali dia? Kemana dulu sih?” ujarnya kesal menutup buku novel dan menyimpannya didalam tas.

Tidak lama sang tunangan pun datang, namun Esme mengangkat alisnya bingung saat melihat sahabatnya, Cindy. Datang bersama tunangannya, Keenan. Karena yang dia tunggu hanya Keenan tidak dengan Cindy, tiba-tiba Esme merasa gelisah apalagi sebelum mereka memasuki café Esme melihat tautan tangan mereka setelah turun dari mobil dan akhirnya terlepas saat akan memasuki pintu café.

“Maaf telat, ada urusan di kantor yang mendesak.” ucap Keenan menatap Esme sekilas dan langsung duduk diikuti dengan Cindy. Esme hanya mengangguk, tatapannya beralih menatap Cindy yang terus tersenyum senang. “Kenapa Cindy bisa ikut kamu?” tanya Esme bingung. “Wajarkan, Cindy sekretarisku. Lagipula setelah ini aku dan Cindy harus pergi bertemu Client.” jawab Keenan santai.

Esme terdiam, dalam hati merasa janggal dengan tunangannya dan sahabatnya itu. Memilih abai dia pun mengalihkan tatapannya pada Keenan, “Kau ingin memesan sesuatu, sayang?” tanya Esme lembut. “Tidak, karena aku hanya sebentar.” jawab Keenan datar dan menegakkan tubuhnya menatap Esme serius. “Esme, ada yang harus aku katakan padamu.” ucap Keenan yang tidak ingin berbasa-basi.

Kening Esme mengerut, apalagi diliriknya Cindy yang masih dengan tersenyum. Keenan yang menyadari tatapan Esme yang mengarah pada Cindy pun paham, “Ini ada kaitannya dengan Cindy… dan aku.” Esme gelisah, merasa tidak nyaman dengan situasi saat ini. Seolah aka nada badai yang akan menghampirinya, semakin kuat saat tatapannya beralih pada tangan Keenan dan Cindy yang kembali saling bertautan persis seperti saat mereka berjalan menuju café.

“Aku akan menikahi Cindy!”

Esme terdiam kaku, merasa pendengarannya bermasalah. “Apa katamu? Kau akan apa?” tanya Esme memastikan, rasanya ia ingin menangis berharap ini hanya tipuan belaka. “Aku dan Cindy saling mencintai, dan kami sepakat untuk menikah. Karena itu aku ingin kita mengakhiri pertunangan kita.” jawab Keenan melirik Cindy dan saling melempar senyum. “Sejak kapan?” tanya Esme pelan. “Sejak kapan kalian selingkuh di belakangku?” Esme berusha meredam emosi yang mulai memuncak.

“Lima bulan.” kali ini Cindy yang bersuara, akhirnya suara yang ditunggu-tunggu oleh Esme keluar juga. Esme tertawa, merasa miris pada kehidupan asmaranya seperti ini. “Ternyata perjalanan cinta selama dua tahun dikalahkan dengan hubungan yang baru berjalan lima bulan.” Esme menatap Cindy mencemooh, merasa dikhiniati oleh dua orang yang selama ini dia percayai dan sayangi.

“Kini aku menyadari maksud dari kata ‘teman makan teman’. Apa ini balasan terima kasihmu padaku, Cindy?” Sindir Esme membuat senyum Cindy luntur dan menatap Esme bingung. “Apa maksudmu? Kalau maksudmu dengan memasukkan aku bekerja di kantor mas Keenan, itu tidak ada sangkut pautnya denganmu. Karena aku berhasil masuk dengan kemampuanku sendiri.” balas Cindy marah.

Esme mengangkat alis, merasa lucu dengan perkataan Cindy. “Apa kau tidak mengatakan padanya kalau aku yang meminta manajer di divisimu untuk memasukkan sahabat terbaikku ini?” Tanya Esme menatap Keenan yang hanya terdiam. “Ya.” jawabnya membuat Cindy menoleh terkejut. “Tapi itu bukan berarti aku harus berbalas budi kan? Lagipula dari dulu aku selalu menuruti apa katamu, anggap saja itu ucapan terima kasihku.” belanya.

“Bisakah kalian berhenti? Aku hanya ingin urusan cepat selesai, kuharap kau mengerti karena aku sudah tidak mencintaimu. Aku merasa bosan dengan prinsip kamu dalam berhubungan, bersama Cindy aku bisa merasa nyaman dan bebas.” tegas Keenan yang merasa lelah dengan pertengkaran mereka, sebentar lagi ia dan Cindy akan bertemu klien penting.

Second LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang