5. Pertemuan Kedua

10 0 0
                                    

Begitu mereka sampai rumah, tidak lama hujan deras pun turun. Esme merasa beruntung mereka sudah sampai rumah, dirinya termasuk orang yang mudah terkena flu jika kehujanan. Dia paling malas meminum obat karena menurutnya sangat pahit. Esme dan Callia memutuskan untuk duduk di ruang keluarga sembari meminum teh hangat dan berbincang. Esme dulu sangat berharap Callia akan menjadi kakak iparnya, Callia yang baik dan pengertian sangat cocok dengan kakaknya yang kaku. Namun, Eros begitu cuek sampai saat Callia meninggalkan Indonesia Eros hanya menatapnya tanpa ekpresi apapun yang membuatnya tidak bisa membaca raut wajahnya.

"Menurut ka Callia, ka Eros itu bagaimana?" Tanya Esme, memulai aksinya mendekatkan kakaknya dengan Callia.

"Eros? Dia baik hanya saja dia sangat kaku. Kau tahu, saat aku jalan berdua dengannya aku merasa sedang bersama bodyguard bukan teman lelaki." ungkapnya dengan tawa Callia yang diikuti Esme. Kakaknya itu memang sangat cuek dan kaku, bahkan bundanya sering mengeluh dan hanya dijadikan tempat untuk membawa barang-barangnya. Namun, Eros tidak pernah mengeluh.

"Oh ya, kapan ka Eros ke Singapura?" tanya Esme.

"Lusa." jawabnya dan tersenyum saat pelayan membawa bolu pandan kesukaannya.

"Kukira besok, kenapa tidak besok saja sih hari minggu." keluhnya. Callia tertawa mendengarnya, Eros baru bisa ke Singapura dikarenakan hari minggu ayahnya meminta Eros untuk meninjau proyek yang berada di cabang lain. Lalu esoknya baru dia akan berangkat menuju Singapura dan istirahat sejenak sebelum malamnya bertemu dengan klien. "Apa Eros tidak menghubungimu?" Tanya Callia.

"Tidak, nanti aku akan menghubunginya." Jawab Esme tidak lama Handphonenya berbunyi menandakan panggilan masuk, "Aku ke ruang kerja dulu ya." Ujar Callia sebelum Esme mengangkat teleponnya. Esme mengangguk dan mengangkat telepon dari sahabatnya, Yasmin.

"Halo, ada apa? Apa ada masalah di kantor?" Tanya Esme.

'Bukan, aku hanya ingin memberitahumu tentang mantan brengsekmu itu dan pengkhianat itu.'

Esme terdiam, kalau bisa dia tidak ingin mendengar apapun tentang mereka lagi. Baginya, cerita mereka hanya akan membuat dirinya hancur. Menghela nafas panjang untuk menenangkan diri, "Memangnya ada apa dengan mereka? Apa mereka akan menikah dalam waktu dekat?" Tepatnya.

'Bingo! Bagaimana kau tahu itu?'

"Cindy hamil, tentu saja mereka harus mempercepat pernikahan mereka." Jawab Esme namun tersengar suara pekikan dari dua suara membuat Esme mengernyit bingung. Apa ada Kyra juga?

Kau tidak mengatakan apapun soal ini. Dasar perempuan kegatelan, kalau dia ada di depanku sudah ku cabik-cabik wajahnya.' Terdengar suara Kyra yang terus mengumpati Cindy dan jangan lupa Keenan yang ikut dia maki-maki. Esme hanya menggelengkan kepalanya maklum. Dia lelah, jika harus memaki kedua orang itu jika mereka saja cuek dan bahagia dengan memposting hubungan mereka di media sosial masing-masing. Esme tidak sengaja melihatnya saat membuka media sosial miliknya, dirinya sangat membenci itu hingga memblokir akun dua orang itu.

'Dan katanya, pernikahan mereka akan di selenggarakan secara mewah. Aku yakin, wanita gatal itu merengek pada pengkhianat itu. Sungguh menggelikan!' Kyra terdengar sangat emosi.

Dia datang ke butik kita dan membawakan kartu undangan dengan gaya sombongnya, mengatakan setelah menikah mereka akan bulan madu keliling eropa. Karena kesal, aku membuang kartu undangan itu di depan mukanya dan mengatakan tentang dia yang merusak hubungan orang. Aku melihat ada yang merekam, biarkan saja.' Cuek Yasmin.

Esme hanya diam mendengarkan, dia termenung. Cindy pernah cerita keinginannya setelah menikah adalah bulan madu keliling Eropa, keakraban mereka membuat mereka saling bertukar cerita dan tawa. Esme mendengus sinis, Cindy yang manja dan Keenan yang tidak begitu menyukai wanita manja. Entah bagaimana kehidupan pernikahan mereka nanti, Esme sudah tidak peduli lagi.

Second LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang