6. Rencana Pulang

8 0 0
                                    

Setelah sampai rumah mereka langsung memasuki kamar masing-masing untuk membersihkan diri.

Esme melepas handuk yang terpasang di kepalanya dan membiarkan rambutnya setengah basah agar dia bisa memberi vitamin pada rambutnya. Sembari menunggu dirinya memutuskan untuk menghubungi kakaknya, ingin menanyakan jadwal kakaknya selama di Singapura.

'Merindukanku?' Esme berdecih sinis.

"Tidak, kau bahkan tidak menghubungiku selama aku disini dan kau juga tidak memberitahuku kalau akan ke Singapura." Protesnya kesal dan terdengar suara tawa dari seberang sana.

'Sekarang kau tahu kan kalau aku akan kesana besok.'

"Jika ka Callia tidak mengatakannya aku tidak akan tahu." Lagi-lagi Eros tertawa mendengarnya.

"Jam berapa besok?"

'Siang, Jangan menjemputku di bandara. Nanti sore aku akan ke rumah Callia, biar nanti malam aku akan berangkat dari sana bertemu dengan klien.'

"Baiklah, terserah kau saja. Kakak sampai kapan di Singapura?"

'Tidak lama, dua hari . Karena proyek ini akan di bangun di Singapura.'

"Wahh, kakak jadi akan sering ke Singapura dong. Ketemu terus sama ka Callia." Goda Esme.

'...'

"Ck, aku tahu kakak menyukai ka Callia. Kakak itu kurang usaha mendekati ka Callia." decak Esme.

'Sudahlah, aku tutup dulu. Sampai bertemu besok.'

Esme mengerucutkan bibirnya kesal, dia belum selesai tapi kakak tampannya itu langsung mematikan sambungan telepon. Di pegangnya rambut panjangnya yang sudah setengah kering lalu di pakainya vitamin.  Setelah selesai Esme memutuskan untuk keluar dari kamar, menghampiri Callia yang mungkin saja sudah keluar dari kamar.

Benar saja, dilihatnya Callia yang sedang bermain ponsel. Mendengar suara langkah, Callia mendongak dan tersenyum melihat Esme yang berjalan ke arahnya. "Kau sudah lapar? Kebetulan aku minta di masakkan pedas. Kau suka tidak? Atau mau menu lain?" tawar Callia, tiba-tiba saja dirinya menginginkan masakan indonesia. Rendang ayam dan capcay.

"Tidak usah, ka. Aku juga suka makanan pedas kok." Esme memang sangat menyukai masakan pedas, dirinya menjadi sangat lapar.

"Aku tadi menghubungi ka Eros, katanya kita tidak usah menjemputnya karena nanti sore ka Eros akan kemari. Oh ya, ka Eros tahu alamat rumah kakak?" Tanya Esme baru menyadarinya. Callia mengangguk, "sekali, itu juga karena Eros ada urusan bisnis jadi mengajakku bertemu dan mampir ke rumah bertemu orang tuaku. Apa dia tidak cerita?" Tanya Callia yang di jawab gelengan kepala Esme.

'Sudah bertemu tapi lambat dalam hal percintaan.' Rutuk Esme dalam hatinya. Namun, Esme teringat dengan wanita cantik bernama Helena yang di temuinya pagi tadi. 

"Ka, kalau wanita yang tadi pagi itu. Benar mantan ka Eros?" tanya Esme penasaran.

"Helena? Ya, mereka sempat berpacaran saat kuliah. Tapi, entah kenapa mereka putus. Padahal mereka sudah berhubungan selama setahun, sayang sekali." cerita Callia mengenang cinta jaman kuliah kedua sahabatnya itu.

"Ka Eros tidak pernah menceritakan apapun tentang kisah asramanya, bahkan membawanya ke rumah pun tidak." ungkap Esme.

Callia mengangkat kedua bahunya tidak tahu, pembicaraan mereka terhenti karena pelayan yang memberitahu jika makan siang sudah tersedia. Dengan semangat Esme beranjak dari duduknya menuju ruang makan mengikuti Callia yang sudah berjalan terlebih dahulu.

***

Esoknya, Eros sudah menghubungi Esme dan mengatakan jika dia sudah berada di hotel dan baru bisa ke rumah Callia sore nanti. Callia yang sudah berangkat kerja dari pagi membuat Esme sendirian di rumah, walau ada pelayan di rumah tapi mereka sibuk membersihkan rumah dan mempersiapkan lain hal. Apalagi orang tua Callia beberapa hari lagi akan pulang.

Esme memutuskan untuk memeriksa e-mail yang di kirim oleh Yasmin, ada yang memesan baju untuk bridesmaid dress untuk 10 orang. Simple namun elegan, itu yang diinginkan konsumen karena itu sang pembeli memesan di tempatnya. Padahal butik miliknya dan Yasmin lebih mengarah pada fashion masa kini.

Namun, melihat sketsa desain yang di buat Yasmin di setujui oleh konsumen. Membuat Yasmin mengirim e-mail tersebut pada Esme agar berkontribusi dalam sketsa desain dan merancang dress tersebut. Ide-ide mulai bermunculan dalam benaknya, sepertinya dirinya memang harus pulang. Sudah cukup dirinya meratapi nasib kisah asmaranya yang gagal, mungkin dia akan pulang bersama Eros.

Esme langsung menghubungi Yasmin dan mengatakan akan pulang sekitar dua hari lagi lagi. Mendengar persetujuan dari Yasmin, Esme memutuskan sambungan telepon dan mengambil kertas yang dia bawa untuk membuat sketsa dress yang sudah terancang dalam pikirannya.

Entah sampai jam berapa, saat ada yang mengetuk pintu pun Esme tidak menyadarinya hingga orang yang mengetuk pintu pun memutuskan untuk membuka pintunya. Eros, lelaki itu memasuki kamar yang saat ini di tempati adiknya. Dilihatnya sang adik yang sedang sibuk dengan pensil dan kertas yang berada di depannya.

"Disini pun kau tetap sibuk dengan pensil dan kertas itu." Suara Eros mengagetkan Esme yang masih berkutat dengan desainnya.  "Kapan kakak datang?" Tanya Esme masih dengan raut terkejutnya, diliriknya jam dinding yang menunjukkan pukul enam sore waktu Singapura.

"Ka Callia sepertinya sudah pulang juga, ya?" Esme membereskan kertas-kertas yang berserakan, dikumpulkannya dengan rapi dan disimpan diujung meja. "Callia pulang bersamaku, tadi aku menjemputnya dikantor." ujar Eros dan merebahkan dirinya di kasur.

"Wah, kenapa kalian tidak pacaran saja, sih?" tanya Esme menggoda kakaknya.

"Berhenti menggodaku, kebetulan saja hotel tempat yang ku tempati tidak jauh dari perusahaan Callia. Jadi sekalian aku jemput." Jelas Eros. Namun, Esme hanya diam. Dalam benaknya teringat dengan wanita bernama Helena yang ingin dia tanyakan pada kakaknya itu.

"Ka, aku boleh tanya?"

"Sejak kapan kau ijin dulu jika ingin bertanya?" Esme tertawa mendengarnya. Ya, sejak kapan dirinya harus ijin seperti tadi?

"Kakak dulu pernah pacaran sama wanita yang bernama Helena?" tanya Esme to the point.

Eros langsung bangun dari rebahannya dan menatap Esme dengan selidik, "Tahu darimana kamu tentang dia?" tanya Eros balik. "Kemarin aku bertemu dengannya, dia terlihat akrab dengan ka Callia." jawab Esme.  "Mereka bersahabat." ucap Eros yang hanya di jawab 'Oh' oleh Esme, "kakak belum menjawab pertanyaanku."

"Pernah, tapi ..." Eros ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Tapiii~" Esme mengulang ucapan Eros dan menunggu. Namun, apa yang ingin dia dengar tidak dia dapatkan dan malah mendapatkan wajahnya yang diusap secara kasar oleh kakak tampannya itu. Esme menjerit tidak suka dan menatap kakaknya kesal.

"Nanti saja aku ceritakan. Aku yakin dengan kau menggambar sketsa tadi, pasti kau akan ikut pulang denganku kan!" Itu bukan pertanyaan tapi pernyataan, Esme tersenyum dengan menunjukkan giginya.

"Kakak tahu saja, nanti aku ikut pulang ya. Kakak dua hari lagi, kan?" tanya Esme yang di jawab anggukkan kepala Eros.

"Ya sudah, lebih baik kita turun." Eros mengajak adiknya untuk keluar kamar. Jika tidak, dia yakin adiknya pasti akan meneruskan membuat sketsa hingga melupakan makan malam.

Tbc

Halo, di Fizzo sudah update bab 78. Terima kasih

Second LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang