4. Pertemuan Pertama

11 0 0
                                    

Esok paginya, Esme sudah bersiap dengan pakaiannya. Cardigan rajut lengan panjang berwarna hitam dengan celana jeans berwarna biru. Diambilnya tas putih kecil dan berjalan keluar kamar. Saat turun, dilihatnya Callia yang sudah siap dengan pakaian formalnya. Callia terlihat sedang menelepon seseorang dan sempat meliriknya sebentar, ‘Eros.’ gumam Callia tanpa suara. Esme mengangguk mengerti, dirinya semalam sudah menghubungi kakaknya.

Callia mematikan sambungannya dan menatap Esme, “Dia tidak mau berbicara denganmu.” canda Callia membuat Esme mencebik kesal. “Semalam aku sudah memberitahunya kalau kita akan jalan-jalan, dia pasti meminta kakak menjagaku karena aku terakhir kali pergi malah tersesat.” Callia tertawa mendengarnya, Eros memang memintanya menjaga Esme ksrena khawatir adiknya hilang.

“Katanya dia akan ke Singapura.” cerita Callia sembari melangkahkan kakinya menuju ruang makan diikuti Esme disampingnya. “Hah? Ngapain?” Esme terkejut mendengarnya, karena semalam kakaknya tidak mengatakan kalau dia akan ke Singapura. “Kerjaan. Katanya sudah memesan tiket pesawat dan hotel.” jelasnya. Esme berdecak mendengarrnya, hal seperti itu saja dirinya tidak diberi tahu.

“Sudah, kita sarapan dulu baru berangkat.” Callia mengambil roti panggang dan mengolesnya dengan selai cokelat, begitu pula dengan Esme yang mengolesinya dengan selai strawberry. “Bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya Callia yang baru mengingat jika adik temannya itu sudah memiliki pekerjaan. “Lancar, saat ini sahabatku yang mengurus semuanya. Lagipula ini usaha kami berdua.” Esme tersenyum menjawabnya membuat Callia tertawa.

“Usaha apa?”

“Fashion dan kosmetik. Karena kami berdua suka merias dan style adalah nomor satu.”

“Yasmin atau Kyra?”

“Yasmin.”

Callia meneguk cappuccino favoritenya sebelum mengangguk mengerti, “Lalu Kyra? Sedang sibuk apa sekarang?” tanyanya lagi. “Kyra meneruskan usaha ibunya di bidang kuliner, kalau kakak ke Indonesia hubungi aku ya. Kita makan-makan disana, lumayan dapat diskon.” Ucapan terakhir Esme membuat keduanya tertawa.

***

Menikmati perjalanan dengan berkeliling sebentar sebelum akhirnya mereka sampai di Gardens by the bay. Esme tampak kagum dengan tanaman dan bunga yang ada di sana, area yang pertama mereka tuju adalah Succulent Garden hingga keliling Flower Dome. Sempat membeli beberapa souvenir yang membuat mata Esme berbinar senang. Callia yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya, langkahnya terhenti saat ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. “Aku angkat telepon dulu sebentar, jangan pergi terlalu jauh. Oke?” Esme mengangguk memaklumi.

Kembali memandang tanaman yang membuatnya tenang hingga suara khas kamera pocket membuatnya menoleh ke asal suara. Dilihatnya seorang lelaki yang mengarahkan lensa kamera seperti ke arahnya, namun dia tepis. Bisa saja dia memotret pemandangan bukan dirinya. Dilihatnya Callia yang berjalan menghampirinya “Kebetulan klien yang ingin bertemu mengganti lokasinya disini.” ujar Callia dan menunjuk kedai kopi yang tidak jauh dari mereka.

“Mau makan siang dulu?” tawar Callia yang dijawab gelengan oleh Esme.

“Aku masih ingin keliling, ka.”

“Baiklah, tapi setelahnya kita makan siang dulu sebelum aku tinggal sebentar.”

Esme mengangguk senang dan menggandeng lengan Callia lalu melangkahkan kakinya menuju area lain. Esme sempat melirik lelaki yang membawa kamera yang ternyata sedari tadi memperhatikannya dan tersenyum tipis saat pandangan mereka bertemu, Esme langsung memutus pandangan mereka. Berusaha melupakan lelaki itu dengan berkeliling sebantar sebelum akhirnya mereka berhenti di restoran junk food untuk makan siang.

Selesai makan siang, Callia meninggalkan Esme di restoran tersebut menuju kedai kopi yang tidak jauh dari restoran tersebut. Esme memesan Ice Cream favoritenya sembari menunggu Callia selesai. Namun, suapan itu berhenti saat seorang lelaki yang tiba-tiba duduk di depannya. Di tatapnya orang itu dan terkejut saat melihat laki-laki yang membawa kamera tadi.

“Hai, boleh kenalan?” tanya lelaki itu to the point.

“Sorry, I’m …”

“Aku tahu kau orang Indonesia, aku sempat mendengar kau berbicara dengan teman perempuanmu.” Lelaki itu memotong ucapan Esme yang ingin berpura-pura tidak bisa bicara bahasa Indonesia, berdehem sebentar sebelum menatap lelaki itu dengan berani.  “Apa maumu?” tanya Esme. Takut jika lelaki ini ingin berbuat jahat padanya, melihat sekeliling yang ramai dia bisa sedikit tenang.

“Aku tidak ada niat jahat, hanya ingin berkenalan.” ucap lelaki itu sembari tertawa karena menyadari tatapan wanita di depannya yang terlihat waspada.

“Namaku Zio, kau?”

“Esme.” Jawabnya singkat dan kembali memakan Ice Creamnya.

“Liburan atau kerja di sini?” tanya lelaki itu lagi.

“Liburan.” Lagi, Esme menjawab dengan singkat membuat lelaki di depannya merasa tertantang untuk mendekati wanita di depannya ini. Dari awal melihat, Zio merasakan perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan lagi. gadis Cantik, periang dan lembut. Melihatnya tersenyum senang dan mata yang berbinar melihat pemandangan membuat jantungnya berdebar. Perasaan ini membuat Zio tanpa pikir panjang langsung mengajaknya berkenalan, kapan lagi mereka bisa bertemu di hari berikutnya.

“Kau tinggal di penginapan ma-”

“Esme.. ayo, pulang. Sepertinya akan turun hujan.” Callia datang sembari melihat jendela restoran dan melirik jam tangannya. Esme bernapas lega melihat kedatangan Callia, dia yakin lelaki di depannya ini ingin menanyakan alamat dia tinggal saat ini. Jika lelaki ini tahu, bisa bahaya. Bisa saja lelaki ini akan mendatanginya dan melakukan hal yang tidak dia inginkan, walau tampan tetap saja ia harus waspada. Diliriknya lelaki yang duduk di depannya ini hanya menatapnya dalam diam.

"Ups, apa aku mengganggu?" terlihat Callia yang menatap Esme dengan senyum menggoda, Esme hanya menggeleng membantah. "Dia hanya bertanya tempat yang aku tidak tahu dimana." Bohongnya yang membuat lelaki yang mengaku bernama Zio itu mengangkat alisnya heran, tidak lama dia tersenyum dan berdiri dari duduknya.

"Kalau begitu aku permisi." Zio paham maksud Esme dan lebih memilih mengalah. dalam hati bertekad, jika mereka bertemu kembali. Dia tidak akan melewatkan kesempatan itu, janji Zio.

"Aku bisa membantumu mencari alamat." ujar Callia mencoba membantu. siapa tahu saja lelaki ini memang membutuhkan bantuan, dia bisa membantu lewat aplikasi.

"Tidak perlu, kurasa aku bisa menghubungi temanku, permisi." Sebelum pergi, Zio tersenyum tipis menatap Esme kemudian pergi meninggalkan Callia yang bingung dan Esme mendesah lega walaupun jantungnya sempat berdegup kencang melihat senyuman itu.

"Apa dia mengganggumu?" Tanya Callia penasaran melihat gelagat tidak nyaman Esme dan lelaki itu yang terus menatap Esme.

"Sedikit. Sudahlah, ayo kita pulang." ajak Esme sembari berdiri dari duduknya. "Aku baru sadar, dia orang Indonesia?" Tanya Callia yang dijawab dengan anggukkan kepala Esme, enggan membahas lebih tentang lelaki itu. Baginya, lelaki itu hanya orang iseng walau lelaki itu tampan malah lebih tampan dari mantan tunangan brengseknya itu tapi tetap saja, seperti yang ia khawatirkan, harus tetap waspada. Akhirnya, mereka pun pergi meninggalkan wisata Gardens by the Bay menuju rumah Callia.

Tbc

Semoga suka yaaa.. kalau punya aplikasi Fizzo bisa baca lanjutannya demgan judul "Second Love by Qratu_1112" di sana sudah bab 71, terima kasih.

Second LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang