3. Tidak Perlu.

320 63 22
                                    

Awas Typo!

Ramein yukk!!






3. Ketiga

 Ketiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**
Brukk

Mama buru-buru mendekat pada tubuh anaknya yang ambruk ke lantai. Gurat cemas tercipta jelas pada wajah ayunya. "sayang hey!" mama memangku kepala anaknya dengan pelan, sedikit menepuk pipi sang anak.

"papa!" teriak mama kencang.

Papa berlari tergopoh mendekati sang istri yang tengah panik. "kenapa ma?"

"pa bantuin mama cepet!!" seru mama. Papa yang paham maksud sang istri buru-buru menggendong anaknya dan membawanya ke kamar diikuti mama.

"mba urus Captain dulu ya!" perintah mama sebelum benar-benar pergi meninggalkan dapur.

Captain hanya mampu terdiam melihat bagaimana paniknya kedua orangtua itu saat melihat kak Jendral ambruk. Sedangkan dirinya, mama tau kalau alergi Captain tengah kambuh. Namun dia sama sekali tak peduli. Padahalkan bisa jika papa yang merawat kak Jendral dan mama yang mengurus alergi Captain, tapi mama memilih mbak Suci untuk mengurusnya.

Dalam hati Captain bertanya apakah jika dia yang sakit seperti kak Jendral, papa dan mama akan seperduli itu?. Ah, bukankah sekarang ini dia juga sedang sakit, tapi papa dan mama malah cuek.

'pa, ma, anak kalian itu bukan cuma kak Jendral'

"ayok dek, mbak bantu ke kamar. Obatnya masih ada kan?"

"aku bisa sendiri mbak" tolak Captain, melepaskan genggaman tangan mbak Suci pada lengannya. Dengan sedikit terseok, Captain paksakan langkahnya meninggalkan dapur menuju kamarnya.

**

"cepet pa! Telpon dokter!" mama berucap panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"cepet pa! Telpon dokter!" mama berucap panik.

Kak Jendral sudah dibaringkan di atas ranjangnya. Dahi anak itu dipenuhi peluh, mama dengan telaten menghapus peluh itu dan berbisik pelan di samping telinga kak Jendral.

"mama di sini nak, mama di sini" ucap mama lembut. Papa berjalan menuju luar kamar, menelpon dokter pribadi keluarga. Tak lama, papa kembali masuk ke dalam kamar.

MahameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang