7. Keinginan sederhana.

353 66 19
                                    

Awas Typo!

7. Ketujuh

**Captain kerap kali berkelahi dengan pikirannya sendiri, tentang masa depan yang entah bagaimana ujungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**
Captain kerap kali berkelahi dengan pikirannya sendiri, tentang masa depan yang entah bagaimana ujungnya. Melihat air mata mama Rere barusan membuat hati Captain tercubit sakit. Dia yang inginkan senyum indah dari wajah ayu mama justru menimbulkan tangis getir di wajah mama. Captain akui dia memang bodoh, tak menguasai banyak mata pelajaran apalagi yang bersangkutan dengan angka.

Sedang, kak Jendral si manusia sempurna yang mampu menguasai banyak mata pelajaran. Bohong jika Captain tak iri dengan otak cerdas kak Jendral. Papa adalah seorang lelaki yang pandai dalam bermain angka, tak heran jika dia bisa mengembakngkan perusahaan. Begitupun dengan mama yang sukses dengan usaha kos juga loundrynya. Kedua orang tuanya sungguh hebat, begitupun dengan kakaknya.

Tangis dan tawa hadir bersamaan, lelehan liquid bening menetes membasahi lembakran buku yang terbuka. Mengenai masa depan juga harapannya bisa membanggakan kedua orangtua, semoga Tuhan berbaik hati membantu Captain.

Hangat angin berhembus, berasal dari jendela kamar yang sengaja Captain buka. Hembusan angin malam itu menemani Captain sampai pukul satu lebih tigabelas menit, tepat ketika Captain menolehkan kepala, sapuan angin mengenai rambutnya. Pemuda itu kemudian memutuskan untuk menutup jendela dan segera beranjak tidur. Besok dia harus sekolah, Captain tak mau bangun terlambat dan kena omel lagi.

Jam di atas nakas bergetar, meminta Captain untuk segera bangun dari tidur. Tak perduli walau Captain baru tidur beberapa jam. Pemuda itu melenguh, membuka selimutnya dan berjalan menuju kamar mandi.

**

"nanti berangkatnya diantar papa ya"

Jendral mengangguk antusias, papa Sakha tersenyum senang melihat ekspresi girang anak sulungnya. "hati-hati pa kalau bawa mobil. Papa bawa anak kesayangan mama soalnya" mama ikut dalam obrolan sembari menaruh piring berisi sayur bayam.

"siap ratu!" papa menjawab sambil berpose ala tentara yang sedang hormat pada bendera. Dengan tubuh tegap yang menjulang di samping mama, melihat itu mama memukul pelan lengan papa.

"udah ah! Jangan bikin malu!"

Dua lelaki di sana tertawa melihat wajah mama. Pipi wanita cantik itu bersemu merah. Ketiganya kemudian mulai menyantap makan pagi, tak lama Captain datang sambil menenteng tasnya.

"terlambat lagi!" cibir mama Rere.

Captain sudah siap sedari tadi, tetapi alih-alih turun dan bergabung bersama keluarganya. Captain memilih untuk diam di ujung anak tangga paling atas. Ia tak mau hilangkah wajah bahagia mama pagi ini.

"nanti berangkat sama papa ya dek!" kak Jendral berucap yang hanya diangguki oleh Captain.

**

Jendral Leo Mahameru tengah sibuk mempelajari materi bersama guru pembimbing. Beberapa hari lalu, Jendral beritahukan kepada kedua orangtuanya kalau dia ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam lomba antar sekolah sekabupaten. Kebetulan Jendral ikut serta dalam lomba matematika. Bersama beberapa teman sekolahnya yang juga dipilih lomba, dia tengah fokus di ruang laboratorium komputer 4.

MahameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang