Bab 2. Keluarga Kuro

8 4 1
                                    

“Ayah?”

“Anakku, kenapa kau ada di sini?” tanya Rudi.

“Jangan panggil aku Anakmu!” jawab Putri.

Kuro tiba-tiba datang membawa beberapa buah-buahan sehabis belanja. “Siapa Pak tua ini?”

Rudi tersenyum dan menjawab. “Kamu harus lebih sopan terhadap orang yang lebih tua, Nak.”

“Oh maafkan aku, Pak tua.” jawab Kuro dengan senyuman.

“Dasar anak muda zaman sekarang.” ujar Rudi sambil menghela nafas.

“Jangan bandingkan aku dengan orang-orang di zamanmu, Pak tua. aku jauh lebih baik dibanding mereka,”

“Hahaha … usia muda memang waktu-waktu menyombongkan diri ya,”

“Tidak ada gunanya berbicara denganmu, hanya membuang waktuku.” Kuro menarik tangan Putri.

“Hey, jauhkan tanganmu dari Anakku!” ujar Rudi. Dia langsung memegang lengan Kuro.

“Anak?”

“Ya … dia adalah Anakku, dan siapa kau anak muda?”

“Oh kebetulan sekali, ikut lah denganku!” Kuro langsung menarik lengan Rudi, dan membawa mereka berdua pergi.

Setelah cukup jauh membawa mereka berdua pergi dari pasar, mereka berhenti di tengah jalan sepi dan melanjutkan percakapan di sana.

“U–untuk apa kau membawa kami kemari?” tanya Rudi.

“Restui aku!” ujar Kuro.

“Apa maksudmu?”

“Bukankah kau Ayahnya?” tanya Kuro sembari menunjuk ke arah Putri.

“Tunggu sebentar! Kau ingin melamar anakku?”

“Memangnya apalagi? Gunakan otakmu, Pak tua!”

“Tidak, aku tidak akan memberikan anakku pada sembarangan orang,”

Putri langsung menjawab. ”Benarkah? Apakah Tuan Irfan bukan termasuk dalam kategori orang sembaranganmu?”

“Maafkan Ayah, Nak. Kau harus mengerti Ayah.” Rudi memegang tangan Putri.

Dengan cepat Putri menepis tangan Ayahnya itu dan langsung lari menjauh, ketika hendak mengejar anak gadisnya itu, tiba-tiba Rudi dihentikan oleh Kuro. Kuro mengeluarkan pedangnya dan menghunuskannya di depan wajah Rudi dan membuatnya takut.

“Apa kau sebegitunya ingin mati, Pak tua?” tanya Kuro dengan tatapan mematikan.

“T–tenanglah anak muda, aku adalah Ayahnya,”

“Lalu?”

Rudi melihat mata Kuro yang terlihat sangat gelap, ia terlihat seperti orang mati yang masih hidup. Insting Rudi merasakan bahaya, instingnya seperti menyuruhnya untuk pergi dari situ secepatnya, kalau tidak dia akan mati. Dan tubuhnya langsung merespon perintah tersebut, Rudi pun lari terbirit-birit. Setelah melihat itu, Kuro memasukkan kembali pedangnya dan mulai mencari Putri.

“Apa aku adalah orang yang tidak berguna? Orang-orang tidak pernah benar-benar peduli padaku.” Putri berbicara dengan dirinya sendiri, ia duduk sendirian di bawah Pohon sambil memeluk lututnya.

“Berarti aku belum pernah merasakan rasanya dicintai ya?” Putri langsung menundukkan kepalanya dan mulai menangis.

Dan ternyata Kuro mendengarkan semua itu, dia ada di balik pohon itu tanpa disadari Putri. Setelah beberapa jam berlalu, Putri kembali ke tengah jalan tempat mereka mengobrol tadi.

LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang