Bab 4. Shiro

8 3 1
                                    

Putri mendekati Anna perlahan, ia tidak tahu bahwa Anna sedang tersenyum memegangi pisau. Setelah mendekat, Putri melihat kelinci dengan tubuh yang terpotong-potong dan pisau yang dilumuri darah di genggaman Anna. 

“Anna?” Putri memegang pundak Anna perlahan.

Anna terkejut dan langsung menepis tangan Putri, ia terlihat sangat marah.

“Apa yang kau lakukan di sini, jalang?” seru Anna.

“Apa k—kau yang melakukannya?” Putri berusaha menutupi kegugupannya dengan senyuman.

“Oh maksudmu ini?” Anna menggenggam tubuh kelinci yang terpotong dan memperlihatkannya di depan wajah Putri.

“Kenapa kau melakukan itu?” tanya Putri dengan wajah yang sedih.

“Aku tidak perlu menjawab pertanyaan wanita lemah, kan?” Anna langsung pergi meninggalkan Putri dengan tubuh kelinci yang terpotong-potong itu di sana.

“Apa dia juga psikopat seperti kakaknya ya? Mereka semua aneh,” ucap Putri dalam hati.

Putri pun kembali ke kamarnya dan berbaring termenung di kasurnya. Ia terpikirkan masa lalunya yang sederhana namun bahagia, hidup seperti sekarang ini tidak membuat Putri bahagia. Tapi setidaknya hidupnya yang sekarang tidak dipenuhi kebohongan, wajahnya tampak sedih, perlahan ia pun mulai menutup kedua matanya.

“Putri!”

“Hah? Ada apa?” Putri tampak kaget dan kebingungan dengan wajah yang masih mengantuk.

Setelah Putri sadar, ternyata Kuro yang memanggilnya.

“Ayo kita pergi!” ujar Kuro.

“Astaga! Tidak bisakah kau membiarkanku beristirahat?” Putri kesal, ia menarik Kuro keluar kamarnya dan mengusirnya.

Tanpa basa-basi, Kuro langsung menggendong Putri dan membawanya menuju ruang makan.

Setelah berada di dekat ruang makan, Kuro pun menurunkan Putri.

“Apa yang kau lakukan dasar mesum?” seru Putri.

“Ayo ikut aku!” Kuro menarik tangan Putri dan berjalan masuk ke ruang makan.

Ternyata di ruang makan sudah dipenuhi keluarga Kuro dan makanan yang sangat banyak, banyak hiasan dan dekorasi yang memenuhi ruang makan. Tentu saja Putri terkejut dan kebingungan melihat hal ini, tiba-tiba Kuro menarik tangan kiri Putri dan memasangkan cincin pada jari manisnya (jari keempat).

“T—tunggu Kuro! A—apa maksudnya ini?”

“Kita menikah,” jawab Kuro.

“M—menikah?” Putri terlihat masih tidak mempercayai apa yang ia lihat.

Ethan mendekat dan langsung memeluk Kuro dan Putri, air matanya tidak berhenti mengalir. Kevin dan Anna juga ikut bergabung.

“Huuaaa … anakku sudah besar sekarang! Padahal baru kemarin rasanya dia masih sebesar boneka beruang.” Ethan tak berhenti menangis bahagia.

“Sudahlah, Pah. Tenanglah!” Kuro menepuk-nepuk punggung Ethan sembari tersenyum.

“Ugh … ia terlihat seperti bocah yang menangis karena kehilangan mainannya,” ucap Anna.

“Bukannya Paman akan menyampaikan itu pada istri Kuro?” tanya Kevin.

“Ahh kau benar,” jawab Ethan.

“Menyampaikan apa?” Putri kebingungan.

“Papa punya nama baru untukmu, tentu saja ini hanya sebuah panggilan baru. Kau berhak menolaknya jika kau tidak suka,”

LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang