Bab 5. Malam yang indah

3 2 0
                                    

“Tuan, salah satu bangsawan bernama Irfan ditemukan tewas. Sejauh ini baru diketahui bahwa dia mati digorok oleh pembunuh bayaran,”

“Digorok, ya. Pembunuhnya hanya menggunakan senjata tajam dan sejenisnya?”

“Ya benar, Tuan. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pelaku menggunakan senapan atau sejenisnya,”

“Itu sudah cukup, cari tau siapa dia!”

“Baik,”

Siapakah dua pria misterius itu?

Dua hari kemudian, Shiro dan Kuro berpamitan pada keluarga Kuro, mereka berkumpul di depan gerbang sebelum berpisah.

“Kurooo, Shirooo … huuaaaa!” Ethan menangis dengan sangat kencang.

“Sudah kuduga kalo Kakak Kuro bakal pergi selamanya.” Kevin terlihat sangat sedih.

“Tenanglah Kevin! Kak Kuro tidak akan pergi selamanya, Kakak akan pulang kapan-kapan.” Kuro mengelus kepala Kevin sambil tersenyum.

“A—anna, maaf sudah merepotkan selama di sini hehe.” Shiro memegang tangan Anna dengan tertawa kecil.

“Oh … kau bisa sadar diri juga ternyata.” Anna menatap Shiro dengan senyuman dan tatapan remeh.

“Dia masih saja menjengkelkan,” batin Shiro.

“Baiklah, kurasa sampai di sini saja perpisahannya, jaga diri kalian!” ujar Kuro.

“Terima kasih semuanya, aku sangat senang bertemu dengan kalian semua.” Putri tersenyum lebar.

Kuro dan Shiro pun menaiki mobil dan berangkat. Setelah jalan beberapa meter, terdengar teriakan Ethan.

“Kembalilah secepatnyaaaa!” Teriaknya sembari melampaikan tangan.

Shiro pun mengeluarkan setengah badannya melalui jendela dan melambaikan tangannya sembari tersenyum lebar.

“Hey, apa yang kau lakukan bego?” Kuro menarik Shiro masuk ke dalam.

“Apa? Memangnya aku tidak boleh memberikan perpisahan terakhirku?” tanya Shiro.

“Dan bagaimana kalau kau terjatuh atau tertabrak sesuatu?”

“Wah … kau sangat perhatian, aku jadi semakin menyukaimu.” Shiro memeluk lengan Kuro.

“Cih, kutarik kata-kataku.” Kuro membuang muka.

“Aaaa suamiku menggemaskan sekali.” Shiro semakin memeluk lengan Kuro dengan erat.

“Singkirkan tanganmu dariku!”

“Tidaakkk!”

Perjalanan mereka pun dimulai, setelah menempuh perjalanan berjam-jam akhirnya mereka sampai di penginapan Kota. Saat ini mereka berada di Kota Kabut, sesuai dengan namanya kota ini diselimuti kabut pada saat matahari terbenam hingga terbit.

Kuro dan Shiro berbaring di atas kasur yang embuk, beristirahat.

“Hey Kuro! Apa yang akan kita lakukan besok?” tanya Shiro.

“Kau di sini saja, biar aku yang pergi sendiri,” jawab Kuro.

“Kau melakukan pekerjaanmu itu lagi ya?”

“Ya,”

“Kalau kau ingin membalaskan kematian mamamu, kenapa kau menjadi pembunuh bayaran? Apa hubungannya?”

“Tidurlah!” Kuro melempar bantal ke wajah Shiro.

“Tidak adil, kau harusnya menjawabnya!” Shiro memasang wajah cemberut.

LOVE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang