Tepat pukul 05.20. Matahari pun menampakkan wujudnya. Rasa hangat kini menyelimuti dunia. Awan putih cerah menghiasi langit dengan indahnya. Suara kicauan burung pun menjadi pelengkap di pagi ini.
Gadis cantik kini tengah sibuk dengan kegiatannya. Setiap pagi ia selalu menyibukkan diri. Mulai dari Bagun tidur, sholat subuh, mandi, memasak untuk sarapan pagi, bersih-bersih rumah, dan setelah itu barulah ia berangkat ke sekolah.
Khumaira kini telah selesai masak untuk ayahnya. Dan ia masih berada dikamar untuk bersiap berangkat ke sekolah. Sembari menunggu ayahnya yang belum pulang dari TPQ, ia pun menyapu halaman depan rumahnya.
"Hei anak pembawa sial!! Tumben rajin banget kamu?!" Teriak salah satu ibu-ibu yang lewat depan rumahnya.
"Astaghfirullah hal adzim..." Gumamnya.
"Assalamu'alaikum Aira sayang".
"Eh ayah, waalaikumsalam warohmah" jawab Khumaira dan mencium punggung tangan ayahnya.
Aira. Panggilan yang sangat manis diberikan oleh ayahnya. Tidak ada yang boleh memanggil kata Aira selain ayahnya. Karena baginya nama Aira adalah panggilan khusus ayahnya untuk dirinya.
"Ayah, sarapan dulu ya.. tadi Aira udah buatin nasi goreng kesukaan ayah" ucapnya dengan semangat.
"Ya udah ayo makan, ayah juga udah laper nih" jawab ayahnya sembari menunjukkan perutnya.
Selang beberapa menit setelah makan. Khumaira pun berangkat sekolah dengan jalan kaki, karena bisa dibilang sekolahnya tidak jauh dari rumahnya. Hanya butuh waktu 15 menit jalan kaki untuk sampai disekolah.
Kriiiiingggg... Bel masuk jam kedua pun telah berbunyi. Kini semua siswa maupun siswi terburu-buru untuk masuk kembali ke kelas sebelum guru mapel nya datang.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barokatuh. Oke, jadi di pelajaran IPA kali ini ibu hanya memberi tugas kelompok ke kalian semua. Dan masing-masing kelompok sudah ibu tentukan ya. Dan kalian semua harus menerimanya, nggak ada yang boleh minta tukeran, oke?!..." Jelas Bu guru tersebut.
"Aduh, kira-kira aku sekelompok sama kamu nggak ya?, Bu indah sih... pakek ditentukan sendiri lagi. Kalo ditentukan sama kita kan enak" Semua anak yang berada di dalam kelas itu pun saling berbisik-bisik dengan teman sebangkunya.
"Jadi, masing-masing kelompok berisi 5 sampai 6 anggota ya. Tenang aja tugas nya gampang kok, nggak susah" ucap Bu indah dengan santainya.
Selang beberapa menit, Bu indah telah usai menjelaskan tugas yang diberikannya kepada anak-anak. Kini Khumaira berada di kelompok no 2 yang berisi hanya 5 orang.
"Oke, dimulai dari sekarang ya, nanti sampai bel pulang berbunyi. Kalau belum selesai bisa dilanjutkan di hari berikutnya" lanjut Bu indah, dan kemudian duduk di kursinya.
Semua anak pun memulai untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh Bu indah. Sebagian masih ada yang bermusyawarah dengan anggota kelompok nya. Dan sebagian lainnya sudah memulai mengerjakan.
"Eh Khumaira, kamu bantu pegangin aku dong. Biar ini nggak jatuh" bentak salah satu anak dari kelompok 2, yang menyuruh Khumaira untuk membantu merancang kabel.
"Ternyata emang bener ya kata ibu aku, kamu tuh anak pembawa sial. Sukanya bikin pekerjaan nggak selesai-selesai. Malah nyusahin orang aja" sindir salah satu anak di dalam kelas tersebut.
"Huuuu...huuu" sorakan serentak dari teman sekelasnya.
Degg. Serasa ada anak panah yang menusuk hati Khumaira. "Ya Allah, astaghfirullah.. sabar Aira, kamu anak kuat kok"bisik hati Khumaira.
"Heh, ada apa ini... Kalian itu ibu suruh ngerjain tugas bukan ngejekin Khumaira. Udah diam" teriak Bu indah yang seketika membuat sorakan anak-anak terhenti.
"Khumaira kamu lanjutin ya" sambung Bu indah.
Khumaira pun menganggukkan kepalanya dengan sopan dan melanjutkan kerja sama dengan kelompoknya.
***
Pukul dua siang. Jam sekolah Khumaira pun telah usai. "Assalamu'alaikum ayah, Aira pulang" ucap Khumaira sembari mencium punggung tangan ayahnya.
"Waalaikumsalam warohmah, anak cantik ayah. Gimana sekolah nya tadi? Jawab ayahnya dengan membelai halus kepala Khumaira yang terlapisi oleh kerudungnya.
"Seperti biasanya yah, tadi Aira dapet tugas kelompok dari Bu indah, terus Aira ngerjainnya sama kelompok Aira" cerita Khumaira layaknya anak masih TK.
"Ayah, tau nggak. Tadi ada teman Aira yang bilang, kalau Aira anak pembawa sial. Aira hanya bisa ngerusak pekerjaan orang lain. Kenapa sih, semua orang bilang kalau Aira anak pembawa sial?" Mata Khumaira pun tak kuasa menahan bendungan air matanya.
Ayahnya pun merangkul kepala Khumaira dan menjatuhkan di pundak ayahnya. "Aira harus buktikan sama mereka, Aira anak hebat. Ayah yakin Aira pasti bisa" jawab ayahnya dengan lembut.
***
Oke sampai sini kelanjutannya...
Jangan lupa vote and comen nya ya...
Salam manis dari author
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyumku Hanyalah Ayah
Teen Fiction⚠️ Hanya cerita fiksi, bukan cerita asli dari pemerannya Bagaimana rasanya jika semua sudah tak berpihak dengan dirinya?. Dikala hujan mengguyur tak ada payung untuk dibuatnya berteduh. Dikala panas menyelimuti tak ada tempat untuknya bersembunyi. D...