Pagi-pagi sekali Naraya sudah rapih, dengan setelan kemeja putih serta celana panjang berwarna hitam hitam, gadis itu terlihat begitu cantik dengan rambut hitam panjang yang di biarkan terurai, ia mengambil sebuah map berwarna biru yang berisi kertas lamaran pekerjaan, mulai hari ini Naraya akan mencoba mencari pekerjaan karena jika hanya mengandalkan uang dari hasil menulis online itu tidak akan cukup, Naraya harus mencari pekerjaan lain agar bisa memenuhi kebutuhannya dan membayar uang sewa kamar kosnya.
Naraya memasukan barang-barang yang sekiranya ia perlukan, namun pandangannya teralihkan pada buku yang kemarin ia temukan Naraya mengambil buku itu, dirinya berniat memberikan buku itu pada ibu pemilik kos. Sebelum pergi Naraya berdiri di depan sebuah cerita yang cukup besar, cermin itu sudah ada saat Naraya pertama kali memasuki tempat ini, Naraya menatap pantulan dirinya sendiri, gadis itu menutupi separuh wajahnya dengan rambut, bukan tanpa alasan Naraya melakukan itu, ia menutupi sebagian wajahnya karena terdapat luka bakar yang cukup besar di mata kirinya hal itu juga mengakibatkan mata kirinya tidak lagi berfungsi, seluruh bola mata bagian kirinya memutih dan itu cukup menyeramkan untuk dilihat, jadi agar orang-orang tidak ketakutan saat melihatnya, Naraya memutuskan untuk menutupi separuh wajahnya dengan rambut panjangnya, terkesan aneh namun itu lebih baik dari pada dirinya memperlihatkan lukanya yang pastinya akan menjadi bahan pembicaraan orang-orang.
Setelah di rasa cukup Naraya mulai melangkahkan kedua kakinya. ini pasti sangat sulit baginya terlebih dengan kondisi fisiknya yang seperti sekarang, mencari pekerjaan akan sangat sulit, mereka pasti takkan mau mempekerjakan gadis buruk rupa seperti dirinya, namun Naraya akan tetap mencobanya, setidaknya ia sudah berusahalah untuk hasilnya Naraya serahkan itu pada sang kuasa, dirinya harus bisa hidup mandiri, ia harus mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain, dirinya tak ingin hidupnya hanya menjadi beban bagi orang-orang di sekitarnya.
Naraya terus melangkah tak memperdulikan tatapan aneh orang-orang terhadap dirinya, namun langkahnya sempat terhenti saat ia mendengar sekelompok ibu-ibu berbicara mengenai dirinya."Saya dengar kamar kos angker itu sudah ada yang isi??" Ucap seorang wanita bertubuh gemuk.
"Iya, katanya sih orang yang ngisi kamar kos itu aneh" timpal yang lain.
"Aneh gimana??" Tanya seorang wanita berambut ikal.
Mendadak keadaan menjadi senyap, tidak ada satu pun dari mereka yang berbicara saat Naraya melewati mereka, gadis itu berlalu tanpa sepatah katapun melewati para ibu-ibu itu, ia sudah terbiasa menghadapi orang-orang yang membicarakannya dan dirinya hanya perlu berpura-pura tidak mendengarnya.
"Kau lihat, gadis itu menutupi sebagian wajahnya dengan rambut panjangnya, apa itu tidak aneh"
"Wah benar, apa dia juga bisu"
"Entah atau mungkin dia tidak tau sopan santun"
"ora ana apa-apa, wis esuk-esuk wis ngomong karo wong liya"(gak ada kerjaan kalian ini, pagi-pagi sudah ngomongin orang), ujar pakdhe Darmo dengan bahasa jawanya yang kental, ia adalah seorang penjaga keamanan di wilayah sini, sudah menjadi kebiasaannya berpatroli pagi dan dirinya sudah tak heran melihat para ibu-ibu yang berkumpul di pos ronda, mereka pasti tengah bergosip.
"Kerjaan kita mah udah beres pakdhe" sahut bu Yuni, wanita bertubuh gemuk itu memang sangat gemar menyebarkan gosip jadi tak heran jika ia diberikan gelar si ratu gosip.
"Bu kaos kaki Budi di mana" teriak seorang anak laki-laki pada ibunya.
"Ada di situ, di dalam sepatumu" sahut bu Yuni pada anak semata wayangnya.
"Saya duluan" pamit Bu Yuni kebetulan rumahnya tak jauh dari pos ronda, ia pun segera pergi meninggalkan ibu-ibu yang lain dan pakdhe Darmo.
"Aja ngomong wong liya iku ora apik, luwih becik kowe ngurusi keluargamu" (jangan ngomongin orang lain itu tidak baik, lebih baik kalian urus keluarga kalian), nasihat pakdhe Darmo, mereka pun hanya bisa tertunduk mendengarkan petuah dari pakdhe Darmo.
"Sampeyan saiki bali menyang omahe dhewe-dhewe" (sekarang kalian pulang ke rumah masing-masing), usir pakdhe Darmo, para ibu-ibu itu pun dengan patuh bubar dan pulang ke rumah mereka masing-masing.
Sedangkan pakdhe Darmo hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka, pakdhe Darmo yakin besok pagi mereka akan kembali untuk bergosip, ini bukan sekali dua kali pakdhe Darmo menasihati mereka, tapi mereka seperti ABG labil yang tidak mengenal kata jera, meski pakdhe Darmo sudah menegur mereka, mereka akan tetap mengulangi kesalahan yang sama.
Pakdhe Darmo menatap rumah kos yang berdiri kokoh tak jauh dari tempat dia berdiri, ada guratan kesedihan dari wajah pria paruh baya itu, cukup lama pakdhe Darmo menatap rumah kos itu hingga akhirnya ia pergi untuk kembali berpatroli.Sesuai rencananya Naraya akan mengembalikan buku yang ia temukan dari kamar kosnya pada ibu pemilik kos, Naraya mengetuk pintu di depannya dan tak lama seorang wanita paruh baya membukakan pintu, wanita itu menatap heran Naraya yang pagi-pagi sudah datang ke rumahnya.
"Mau apa kamu ke sini?" Tanya wanita itu culas.
"Maaf saya mengganggu waktunya bu, saya cuman mau memberikan ini" ucap Naraya sembari memberikan buku yang ia temukan pada ibu pemilik kos.
"Kemarin saat saya bersih-bersih saya menemuka buku ini"
"Terus ngapain kamu ngasih buku itu sama saya" belum sempat Naraya selesai berbicara ibu pemilik kos itu sudah memotong ucapannya dengan begitu arogan.
"Kamu pikir saya mau menerima buku kumuh itu, buat apa itu hanya akan mengotori rumah saya" ucap Bu Lastri sang pemilik kos dengan begitu pedas, Naraya hanya bisa menundukkan kepalanya, ia merasa menyesal menginjakkan kakinya di rumah ini.
"Sudah kamu buang saja buku itu, kalau kamu mau buku itu kamu simpan saja, saya tidak peduli" ujar Bu Lastri sembari menutup pintu rumahnya, Naraya pun segera pergi dari rumah itu.
Waktu berlalu dengan begitu cepat, tak terasa hari sudah sore, Naraya berdiri di tepi jalan, kakinya terasa sangat pegal, ia sudah berkeliling seharian ini untuk mencari pekerjaan tapi hasilnya nihil, dari semua tempat yang ia kunjungi tak satupun yang mau mempekerjakannya. Sudah hampir lima belas menit menunggu angkutan umum lewat, namun tak ada satu pun angkutan umum yang melintas.
Hingga kedua mata Naraya berbinar, saat ia melihat seorang wanita paruh baya yang begitu familiar di matanya berdiri di sebrang jalan, kedua sudut bibir Naraya terangkat membentuk sebuah kurva indah saat wanita paruh baya itu melambaikan tangan ke arahnya, Naraya mengedipkan matanya beberapa kali, ia tak salah lihat wanita di sebrang jalan itu adalah wanita yang sangat ia rindukan. Wanita itu tersenyum ke arah Naraya seolah meminta gadis itu untuk segera menghampirinya.
"Ibu" tanpa pikir panjang Naraya langsung menyebrang jalan dan naasnya sebuah sepeda motor melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya hingga ...
Brugg
Naraya merasa kepalanya sangat pusing, darah segar mengalir dari pelipisnya mengotori kemeja putih yang ia kenakan, Naraya berusaha untuk bangkit tetapi seluruh tubuhnya sulit untuk di gerakan, Naraya mencoba berteriak memanggil sosok wanita yang ia yakini adalah ibunya, namun wanita itu pergi meninggalkan Naraya, dengan sekuat tenaga Naraya berteriak memangil sosok itu tapi wanita itu tidak menghiraukan teriakan Naraya, langkah wanita itu semakin jauh dan kesadaran Naraya pun semakin menipis hingga akhirnya kegelapan pun mengambil alih.
___________________________
Mentari ku telah pergi,
Menyisakan sepi,
Kegelapan merajai
Hati ku terasa mati
KAMU SEDANG MEMBACA
evil heart
Mystery / ThrillerNaraya, seorang gadis biasa yang mencoba lari dari permasalahan hidupnya, gadis itu merasa selama ini ia hanya menjadi beban bagi keluarganya, hingga ia pun memutuskan untuk hidup mandiri dengan cara tingal jauh dari keluarganya, ia pikir semua akan...