1. WELCOME TO THE COLLEGE

78 7 1
                                    

Pagi ini adalah hari pertama Avika atau sering disapa Vika memulai kehidupan mahasiswinya. Avika terdaftar sebagai Maba di Aezen University jurusan Manajemen Ekonomi bersama kedua sahabatnya Valdo dan Juna. Sedangkan Aril dan Abay masih berada di kampus yang sama hanya beda jurusan.

"Aril goblok gara-gara lo kita telat ospek anjing." Umpat Abay ke arah Aril.

"Lah kok gue? Mobilnya Valdo noh yang lelet." Aril tidak terima disalahkan.

"TAPI LO YANG PAKE ACARA DANDAN BAWA INI ITU DULU BANGSAT!" Murka Valdo kepada kedua kawannya itu.

"Udah udah ini pikirin caranya kita siasati masuk ke dalem gimana dah? Gue yakin ospeknya udah mulai ini. Ketahuan ga sih tiba tiba kita nyelonong ke barisan gitu." Kata Vika kepada sahabat sahabatnya

"Vik, kalo lo lupa. Noh di depan pintu gerbang sonoh ada abang lo sama temennya yang otot doang itu. Tau sendiri serese apa abang lo itu anjir." Kata Juna yang melebih lebihkan.

Vika menepuk jidatnya sendiri. Dia lupa sejahil apa abangnya itu. Bagi abangnya melihat Vika kesusahan adalah sesuatu kebahagiaan tiada tara.

"Bener juga Mas Haris ga bisa diganggu gugat. Sasaran empuk gue kalo ketahuan dia."

"Tapi Vik, kalo lo ga ada dibarisan pun, dia pasti ngeh ga sih?" Tanya Abay yang sontak mendapatkan tatapan tajam dari keempat sahabatnya.

"ANJING VAL CEPETAN CARI LUBANG ATAU CELAH CELAH KEK." Suruh Vika frustasi ke Valdo

"RIL LO PALING TINGGI BURUAN TENGOK TENGOK KEADAAN." Ucap Juna tidak kalah khawatir

****
Akhirnya kelima sekawan itu menemukan sebuah tembok yang lumayan pendek sehingga mereka berinisiatif menaiki tembok tersebut.

"Aduh Valdo lo turunan dikit anjir gue ga bisa naik ini. Juna bantu gue."

"Ini cewek satu banyak bacot udah lempar aja Val."

Vika pun berhasil naik di atas tembok tersebut. Dia lalu membantu kawan-kawannya untuk naik bersama dirinya. Tanpa mereka berlima sadari, ada 2 pasang mata sedang memperhatikan mereka. Salah satu pasang mata itu hanya tersenyum jahil memandang gadis yang terlihat kesusahan menarik tangan para sahabat cowoknya.

"Haduh perilaku anak jaman sekarang." Rendi yang melihat kelakuan kelima maba itu hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Haha udah gapapa Ren, lo jangan cepu ke panitia lain. Biarin mereka kayak gitu."

"Hmm dasar bucin. Udah lo urusin aja noh degem lo itu." Rendi pun meninggalkan Ardhan sendirian di tempat itu yang masih mempertahankan senyum cerahnya memandang gadis yang terus adu mulut dengan temannya itu.

Setelah dirasa kelima kawan itu sudah berhasil naik ke atas tembok semua, Ardhan pun mendekati mereka. Tepat saat mereka berlima berhasil melompat ke sisi tembok itu, Ardhan berdiri di depan mereka. Mereka berlima menegukkan ludah saat melihat sepasang sepatu berdiri tidak jauh dari Vika.

"Udah manjat manjatnya?" Tanya Ardhan kepada kelima sekawan

"Mampus kita gaes." Gumam Aril pelan yang masih bisa didengar keempatnya

"Mas Ardhan? Mas Ardhan please jangan bilang Mas Haris ya." Pinta Vika dengan wajah ketakutan dan wajah memelasnya.

"Ya kalian kan salah harus tetep dilaporinlah."

"Ayok Vik senyumin dikit bang Ardhannya bentar lagi luluh tuh."
Bisik Aril pelan ke Vika.

Vika tersenyum manis di depan Ardhan sembari mengedip ngedipkan matanya dan bergaya lucu.

"Mas 🥺 " Vika memasang wajah hampir menangis di depan Ardhan, ini pun membuat Ardhan kelabakan.

"Vik, anjir udah udah jangan nangis dong aduh ini gue bisa digorok Haris kalo bikin adeknya nangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vik, anjir udah udah jangan nangis dong aduh ini gue bisa digorok Haris kalo bikin adeknya nangis."

"Mass ijinin kita masuk ya 🥺 sekali aja Mas." Pinta Vika makin memelas. Sedangkan keempat pemuda dibelakang Vika pun hanya menampilkan ekspresi 'gumoh' mereka melihat kelakuan Vika

"Iya iya kalian boleh masuk aduh lemah gue Vik kalo lo gini. Udah cup cup cup ini gue peluk boleh ga sih?"

Sontak pertanyaan Ardhan mendapatkan pelototan tajam dari keempat pemuda dibelakang Vika.

"Elah para bocil berani lo semua ngeliatin gue kayak gitu? Yg boleh masuk cuma Vika, lo semua nanti nyanyi didepan maba lain sebagai hukuman telat."

"ANIIR BANG ELAH MASA VIKA DOANG YANG DIMAAFIN!" Protes Juna yang kemudian diinjak kakinya oleh Valdo mengisyaratkan diam

"Oh berani membantah? Ditambah minta tanda tangan 20 panitia ospek ini. Sore nanti harus serahin ke gue." Ardhan pun membalikkan badannya meninggalkan mereka semua. Vika tersenyum puas sedangkan keempat sahabatnya hanya bisa mengumpat dalam diam.

"Ah ide lo sih Ril pake nyuruh Vika akting gumoh gitu."

"Iya nyesel gue nyuruh dia godain Bang Ardhan, enakan dia lolos dari hukuman anjir."

"Udah yuk para bestai bestai ku kita masuk ke dalam." Vika pun menggandeng tangan Valdo dan Abay mengajak mereka masuk ke diam diam ke dalam barisan.



Hai haaaai aku iseng buat Wattpad yg judul ini. Hahaha kayak curhat aja ini Wattpad. Bedanya di kehidupan asliku TIDAK ADA MANUSIA SETAMPAN ARDHAN ANJERRR (⁠ノ⁠`⁠Д⁠'⁠)⁠ノ⁠彡⁠┻⁠━⁠┻

THE PAWANG'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang