tésseris

156 16 0
                                    

"RAFA CEPET DONG. ANAK PERJAKA LAMA BANGET DANDANNYA." Teriak sang ibunda karena terlalu kesal menunggu anak lelakinya yang tengah bersiap.

"Iyaa Buna iyaa. Jangan teriak gitu dong nanti cepet tua."

"Apa kamu?!"

"Engga Bun hehe Buna cantik banget hari ini. Udah yuk kita ke pasar takut keburu siang." Ucapnya mengalihkan perhatian. Karena kalau tidak, bisa-bisa dia terkena amukan macan betina.

Akhirnya mereka pun melaju ke salah satu pasar tradisional yang sering didatangi Navya dengan menggunakan sepeda motor mang Jaka, satpam di rumah mereka.

Bukan mereka tidak punya motor. Motor kepunyaan mereka, maksudnya kepunyaan anak-anak mereka itu motor sport semua sedangkan punya mang Jaka itu motor Mio. Setidaknya mereka tidak akan menjadi pusat perhatian kalau menggunakan motor milik mang Jaka.

"Mau beli apa Bun?" Tanya Rafa saat sudah sampai di tempat tujuan.

"Buna juga bingung hari ini mau beli apa. Kita keliling aja dulu kalau ada yang kamu mau bilang biar Buna beli dan buatin." Jawabnya.

Alamat keliling pasar lebih lama ini kalau Buna belum punya tujuan.

Sudah hampir 2 jam mereka berkeliling pasar dan sudah penuh juga barang bawaan di kedua tangan Rafa. Namun Buna Navya masih belum berhenti berkeliling.

"Bun ini udah banyak lohh. Mau beli apa lagi?" Tanyanya. Sungguh ini lelah sekali, mana panas tidak ada AC lalu berdesakan lagi.

"Masih sedikit itu. Masih banyak list di kepala Buna."

"Loh tadi katanya gatau mau beli apa. Ini tiba-tiba banyak list." Gumam Rafa keheranan.

Akhirnya penyiksaan yang dialami Rafa akan segera berakhir karena mereka sudah beres berbelanja. Tidak, lebih tepatnya Buna sudah selesai berbelanja. (Aku panggil aja langsung Buna biar ga bingung ya)

Namun ketika akan keluar dari pasar mereka dihadang oleh seorang anak kecil yang tingginya sepinggang Rafa.

"Maaf om Tante. Butuh bantuan untuk bawa belanjaannya ngga ya? El bisa bantu kok tapi nanti bayal El ya." Ucap El dengan mata memohon berbinar-binar seperti mata puppy. Ya betul, anak kecil itu El.

Mata mereka bertubrukan, membuat mereka membeku dan merasakan debaran hangat di hati. Apalagi Buna, beliau merasakan perasaan rindu, sedih, dan perasaan lainnya yang tidak bisa digambarkan. Apalagi dengan mata itu. Mata anak bungsunya.

"Kamu bisa bantu bawa belanja yang ini nak? Kita bareng-bareng kedepannya ya." Ucap Buna pertama kali yang tersadar dari lamunan tersebut. Buna memberikan satu kantong yang paling ringan untuk dibawa oleh El.

"Baik Tante! Lesgo!" Ucap El dengan semangat membuat Buna dan Rafa terkikik geli.

"Namamu siapa nak?" Tanya Buna.

"Nama El, Eleazal Tante."

Deg

Nama itu. Nama adik dan anak bungsu mereka. Nama yang masih sampai saat ini membekas di hati mereka. Dan muka ini, muka yang hampir sama dengan adik dan anak bungsu mereka. Hanya berbeda di beberapa bagian saja, seperti pipi anak ini tirus sedangkan Eleazar mereka memiliki pipi yang gembul. Lalu tinggi Eleazar mereka pasti lebih tinggi dari anak ini.

"Eleazar kepanjangannya apa sayang?"

"Ugh. El tidak tau kepanjangan nama El apa. El hanya tau nama El itu eleazal." Ucap El tanpa beban meski didalam hatinya merutuk kenapa dia sampai lupa nama kepanjangannya sih? Kan kalau ingat dia pasti bisa nemuin keluarga aslinya.

Bodoh banget emang. Harusnya aku tau kepanjangannya. Yakin sih nenek lampir ini bukan ibu kandungku kaya di wattpad dan cerita lainnya. Pasti aku anak pungut terus nanti jadi anak kandung keluarga kaya raya. Hohohoho.

"Rumah kamu dimana dek?" Kali ini Rafa yang bertanya.

"Ugh, lumah El nggak jauh dali sini sih om." Ucap nya dengan polos.

Bentar .. bentar kaya ada yang salah.

"Muka kakak tua banget ya sampe disebut om?" Tanya Rafa lagi dengan nada yang begitu lirih. Dia tidak setua itu btw.

"Loh El kila om eh kakak ini suami nya Tante. Soalnya Tante keliatan cantik banget masih muda gitu." Jawab El polos.

"Hahaha lucu sekali kamu. Ini anak Tante yang kedua bukan suami Tante." Timpal Buna membuat pipi El memerah karena malu.

Ya tuhan lucu sekali anak ini. Jerit Buna dan Rafa bersamaan.

"Kita ke tempat es kelapa itu dulu yuk. Tante haus nih nanti kamu Tante bayarin deh." Ucap Buna. Jujur saja dia masih ingin bersama anak ini. Sehingga ketika dia melihat penjual es kelapa dia berinisiatif untuk kesana.

"Wah boleh tuh. El juga haus apalagi glatis gak akan El tolak hehhee." Tentu saja, siapa yang akan menolak gratisan? El bukan orang bodoh dan sok sok menolak padahal ingin.

Buna dan El berjalan terlebih dahulu menuju penjual es kelapa tersebut. Sedangkan Rafa berjalan menuju parkiran dimana motor mereka berada. Ia ingin menyimpan belanjaan sang Buna. Karena sungguh, tangannya sudah pegal sekali. Bahkan sudah memerah.

-_-_-_-_-_-_-_-_-_

Ding Dong!!!

Lama banget ternyata ya ini book ga disentuh sampe berdebu ಥ⁠‿⁠ಥ

Sampe kangen sama El si bocah cadel. Semoga aja otak aku lancar biar El bisa kabur dari nenek lampir (⁠っ⁠˘̩⁠╭⁠╮⁠˘̩⁠)⁠っ

metanástefsiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang