016 - Elvano dan Curhatannya

1 1 0
                                    

Ini hari kedua ujian dan hari ini berjalan dengan lancar seperti biasanya. Jaz masih bisa mengirimkan pesan singkat pada Elvano sebagai bentuk kepedulian, pesan-pesan menyemangati dan bertanya-tanya bagaimana ujiannya.

Seperti hari ini, ketika ujian selesai, bukannya pulang, si gadis justru masih menunggu kedatangan Elvano dari pinggiran lapangan basket bersama Viola. Keduanya duduk di bagian yang cukup teduh sembari menatap satu persatu kakak kelas yang datang.

"Kok Ilyas belum juga datang ya?" tanya Viola sembari menatap satu persatu.

"Kau seperti tidak tahu dia saja, bukankah Ilyas itu tipe orang yang sedikit nakal? Maksudku dia tipe siswa yang datang terlambat agar tidak perlu menunggu lebih lama di kelas."

Viola mengangguk. "Ah, iya juga."

Si gadis menghela napas panjang, area sekitar mulai sepi, beberapa menit lagi mungkin ujian juga akan dimulai. "Hampir jam 1, tapi Elvano belum juga tiba di sekolah. Apa dia tidak masuk?" tanya si gadis sembari menatap ponselnya. "Aku ingin bertanya, tapi dia offline."

"Mungkin di perjalanan," ucap gadis berseragam jurusan itu.

"Atau jangan-jangan kita tidak tahu kalau dia datang? Bisa jadi kedatangannya tidak terlihat."

"Itu kemungkinan juga, jadi bagaimana? Pulang atau di sini?" tanya gadis berambut hitam yang selalu tergerai bebas itu.

Jaz diam sejenak sebelum mengambil keputusan, ia sebenarnya tak ingin berlama-lama di sana, karena Jaz sediri mulai bosan dan ingin cepat pulang. Tapi di sisi lain, dia masih ingin melihat Elvano, walaupun itu hanya sebentar. "Pulang, aku lelah juga."

"Oke, kau dijemput atau ... bersama teman PPLG mu itu?" tanya Viola dengan senyum jahilnya.

"Eh? Aku menolak tawarannya tadi, ya karena aku ingin menunggu Elvano di sini." Gadis dengan rambut di kepang dua itu hanya tersenyum kecil dan bangkit.

"Jahat juga gadis satu ini, kau selalu mengeluh ingin punya pacar, tapi tingkahmu sendiri seperti ini, Jaz." Viola memutar bola matanya malas, seperti tak habis pikir dengan cara gadis itu memperlakukan pemuda yang berusaha mendekatinya.

Jaz tertawa kecil. "Kenapa? Perasaan tidak bisa dipaksa, aku tidak bisa suka ke dia, karena dia aku anggap teman baikku, Vi."

"Oke, oke terserah kau saja."

Keduanya berjalan bersama menuju ke arah gerbang utama, dan otomatis keduanya harus melewati lapangan utama tempat motor siswa-siswi di parkirkan. Jaz menatap sekitar, berharap jika ia menemukan Elvano atau teman-temannya.

Nyatanya yang Jaz harap tidak ada. Justru ketika ia tidak berharap lebih, sosok itu tiba-tiba datang dengan motornya, memasuki area sekolah dan melewati kedua gadis itu. Jaz mengenali seragam jurusan itu, mengenali postur tubuh dan juga wajah di balik helm yang dipakai sosok itu.

"Elvano? Loh, itu dia."

Viola menoleh kala Jaz mengguncang bahunya. "Kenapa sih, Jaz?"

"Itu dia, itu yang baru saja lewat Kak Vano."

"Benarkah? Aku tidak melihatnya, maaf. Ya baguslah, akhirnya yang kau nantikan datang kan?"

Jaz menatap tak percaya apa yang baru saja ia lihat, pemuda yang ia kagumi itu datang bersama motornya dan seragam hitam yang selalu cocok jika Elvano pakai. "Dia benar-benar keren hari ini, Vi!"

"Ya, itu sebuah topik, kau bisa tanyakan kenapa dia datang setelat ini. Lihat, jam menunjukkan pukul 1 pas, padahal ujian dimulai pukul 1."

Jaz hanya bisa cengengesan. "Iya iya, dia mungkin ada kendala sedikit," ucap gadis itu sembari melambaikan tangan pada Viola sebagai tanda berpisah.

CrescendoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang