02

542 50 0
                                    

"Kamu sudah membaik?"

"Aku dimana?"

"Di rumah sakit, Junkyu yang menemukan kamu pingsan di toilet sekolah"

Haruto mengernyitkan dahinya, rasa pusing masih ada di kepalanya

"Ayo minum dulu"

Haruto menatap Jeongwoo yang sedang menatapnya juga, menyodorkan segelas air padanya. Dia tidak menerima gelas itu, melainkan menarik Jeongwoo untuk dipeluk. Jeongwoo yang tentu terkejut dengan perlakuan Haruto yang tiba-tiba, dengan sigap menaruh gelas di nakas samping brankar kemudian membalas pelukan Haruto.

"Maafin haru, haru udah ingat semuanya hiks"

Jeongwoo terdiam, tidak mengerti apa yang dibicarakan Haruto. Tangannya dibawa untuk mengelus-elus surai Haruto tanpa melukainya sedikitpun.

Haruto melanjutkan perkataannya

"Kenapa kakak ga bilang aja sih? Kalau kakak itu dulunya emang teman dekat haru"

Ini begitu mengejutkan bagi Jeongwoo, ingatan Haruto sudah pulih sepenuhnya

"Kamu benar-benar sudah mengingat saya?"

Haruto mendongak dan mengangguk mantap

"Kamu jewu, teman masa kecil haru juga selain Junkyu... Dan kamu yang selalu ada di samping haru"

Terbayang seperti apa rasa senang yang dialami Jeongwoo sekarang? Sangat senang. Dia sudah menunggu lama Haruto mengigat dirinya. Akhirnya masa yang dinanti-nantikan olehnya telah terkabul sekarang.

"Jewu?"

Perkataan Haruto membuat Jeongwoo mengalihkan atensinya pada si manis

"Iya?"

"Maafin haru, jewu maukan maafin haru?"

Jeongwoo tersenyum kemudian mengangguk dan mengecup pucuk kepala Haruto

"Iya"

Haruto menunjukan senyum termanisnya

"Terima kasih kak, maaf ya udah terlalu kasar kemarin-kemarin"

"Iya, tidak apa-apa Haruto. Yang penting keadaan kamu baik-baik saja, kamu sempat membuat saya khawatir karena Junkyu mengabari saya ketika menemukanmu tergeletak tak sadarkan diri di lantai toilet sekolah. Sebenarnya kamu sedang melakukan apa?"

Haruto mencoba mengingat-ingat kembali kejadian ketika dirinya ke toilet, kemudian ia menggeleng pelan

"Haru cuman mau pipis doang terus habis pipis, haru ngaca sebentar. Eh rasanya kepala haru sakit banget"

Jeongwoo mengangguk mengerti

"Alright, saya mengerti. Sudah jangan dijelaskan lagi"

***

"Pulang dari rumah sakit, bukannya istirahat. Malah main sama Junkyu!"

Haruto diam tak berkutik, yang mengomelinya saat ini adalah mamanya sendiri

"Hadeh, kamu ini. Mana ga ada izin sama Jeongwoo lagi! Gimana mama ga khawatir coba"

"Mama, coba jujur sama haru. Alasan mama khawatir selama ini karena ingatan haru kan?"

Mama Haruto terdiam mendengar pertanyaan dari anaknya

Haruto melanjutkan ucapannya karena tidak mendapat jawaban satu katapun

"Haru hilang ingatan, tapi yang ga haru ingat kenapa harus kak jewu?"

"Kenapa cuman dia ma? Kenapa..."

"Biasanya orang hilang ingatan itu, semuanya dia tak ingat"

"Haruto, cukup. Mama tidak ingin membahas itu denganmu"

Mama Haruto pergi meninggalkan Haruto yang belum menyelesaikan ucapannya

Bibir Haruto maju beberapa senti, menandakan ia bete, ngambek, kesel

***

Pagi baru tiba, Haruto sedang bersiap-siap untuk ke sekolah. Betapa kaget dirinya ketika ingin keluar kamar dan Jeongwoo sudah ada telat di hadapannya saat ini

"Kamu ngagetin!"

Jeongwoo hanya terkekeh kemudian mengusap poni Haruto yang menghalangi matanya

"Sudah siap? Ayok!" Ajaknya dengan menggandeng tangan Haruto tanpa ragu

Haruto mengangguk dan tersenyum kemudian membalas gandengan tangan Jeongwoo

"Hem! Ayok"

Mereka berdua kini sibuk masing-masing, Jeongwoo yang fokus kepada jalanan sementara Haruto yang sibuk memperhatikan Jeongwoo

Sebetulnya Jeongwoo tahu bahwa dirinya sedang diperhatikan

"Kenapa? Kamu perlu sesuatu?" Tanyanya tanpa menoleh sedikitpun

Haruto menggeleng namun masih terus menatap Jeongwoo dengan kedua matanya itu

"Saat haru ingatan kenapa Jeongwoo tidak datang?"

Jeongwoo yang mendengar pertanyaan Haruto pun memberhentikan mobil, membuat Haruto bingung

"Lalu kenapa kita berhenti? Bukankah sekolah masih jauh jaraknya?"

"Jeongwoo? Kok diam?"

"Halooo"

Haruto melambaikan tangannya kepada wajah Jeongwoo bertujuan agar sang empu sadar dari lamunan

Jeongwoo mulai sadar dan menoleh, menatap kedua manik mata indah Haruto dengan tatapan yang penuh arti

"Maaf."

"Kok minta maaf?"

"Maaf sudah membuat hidupmu menjadi berantakan"

"Bukan itu jawaban yang haru pengen :("

Haruto melengkungkan bibirnya ke bawah, berharap Jeongwoo mengerti

Jeongwoo terkekeh pelan kemudian memegang kedua belah pipi Haruto yang terkesan gembul

"Jangan cemberut begitu, jelek"

"Kamu nyebelin"

"Aku nyebelin, tapi kamu sayangkan?"

"Hem, iya!"

Haruto menyinggung kan senyumannya, kemudian memegang tangan Jeongwoo yang masih setia menangkup pipinya, mengelusnya perlahan dan tatapan lembut itu ia berikan pada Jeongwoo

"Aku menyayangi kak Jeongwoo"

Jeongwoo sangat bahagia hari ini! Pokoknya sangat. Ia sangat bahagia karena harutonya telah kembali sepenuhnya. Haruto yang ia kenal sangat sopan, manja dan menggemaskan padanya itu telah kembali!

***

Kakak Pengasuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang