Zoey Helmer Salvino

2.3K 200 24
                                    

Zoey merasa cukup aneh. Dia senang, tapi heran, sedikit takut, kemudian nyaman.

Itu semua dia rasakan setelah seorang pria dan ketiga anaknya mengambilnya sebagai anak angkat dari panti yang selama 14 tahun ini sudah menjadi rumah singgahnya.

Awalnya dia cukup heran mengapa pria dewasa itu bisa memilihnya mengingat banyak sekali anak-anak lucu yang masih kecil seperti kriteria idaman para orang dewasa umumnya.

'Daddy nggak butuh anak kecil kok, Daddy cuma mau Zoey aja buat Daddy sama kakak kakak kamu, iya nggak boys?' Tapi begitulah jawaban sosok 'Daddy' barunya yang diiyakan oleh ketiga putranya yang lain begitu dia beranikan diri bertanya.





















☁️🌝☁️


















Zoey menunduk sembari memakan sarapan paginya dengan hening.

Biasanya saat sarapan di panti dia akan berceloteh riang saling bersahutan dengan teman teman yang lain sebagai pencair suasana. Tapi sekarang dia tidak ada nyali untuk melakukannya.

Apalagi dengan 4 pasang mata yang terus menatapnya bak mangsa empuk predator kelaparan. Tiga pasang berada di hadapannya persis, dan satu lagi dari belakang kepalanya karena sekarang dia duduk dengan tegang di pangkuan Jendral, Daddy barunya.

"Ambil lagi kalau mau, ambil yang mana aja, makan yang banyak" ujar Jendral sembari menepuk pelan perut si bungsu.

"Engga, udah kok dy...." balasnya lirih, masih malu malu.

Bohong, aslinya dia masih mau mencoba banyak hidangan yang kebetulan belum pernah dia lihat sebelumnya, tapi dia segan.

Untungnya si sulung, Julian, memahami gerak-geriknya. Dengan perhatian putra pertama Jendral itu mengambilkan satu potong schnitzel cordon bleu yang terus di lirik dan menaruhnya di atas piring si bungsu sembari tersenyum tipis.

Membuat Zoey meliriknya sekilas sebelum berucap, "uhh makasih k-kakak..."

"Sama-sama baby"

Itu adalah salah satu keanehan yang Zoey jumpai dari keluarga barunya. Mereka tidak akan segan memanggilnya 'baby' padahal dia bukan bayi lagi, mereka juga selalu memanjakannya bahkan dengan yang paling sepele sekalipun seolah dia tidak bisa melakukan apa apa. Tapi lagi-lagi Zoey hanya diam membiarkan, takut untuk bertanya ini itu.

Keempatnya kembali makan dengan tenang, sesekali Jendral juga makan sarapannya sendiri setelah puas menatap si bungsu yang makan dengan lahap, tangan kirinya juga tak absen mengusap pinggang kecil Zoey agar sang anak lebih santai di pangkuannya.

"Udah?"

Zoey mengangguk, dengan patuh menerima segelas air putih kemudian berhenti ketika di sodorkan satu kapsul bening dengan butiran butiran di dalamnya.
"Ini buat apa? Aku ngga sakit Daddy" Tanyanya dengan alis mengerut.

Jenderal tak bisa menahan dirinya sendiri mendengar celotehan si bungsu yang lengkap dengan ekspresi bingungnya. Dia langsung memajukan wajahnya untuk mencium gemas pipi yang lumayan tirus itu.

"Ini vitamin sayang, bukan obat orang sakit, kamu juga sering minum ini kan di panti?"

"Ndak pernah tuh" Jawabnya lugu.

Jendral terdiam sejenak sebelum kembali menyodorkan kapsul itu.
"Yaudah sekarang di minum, mulai sekarang setelah sarapan pagi kamu harus minum ini terus, paham?"

"Um!"

Setelah berhasil meminum vitamin nya sekali telan Zoey hendak turun dari pangkuan Jendral, tapi berkali-kali dia mencoba berkali-kali pula rencananya digagalkan. Dia mulai kesal.
"Mau turun Daddy!"

The process(REVISI!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang