Nightmare

24 6 2
                                    

Pada akhirnya, memalsukan senyum itu terasa

lebih mudah, ketimbang harus menjelaskan

alasan kenapa sedang sedih

-Bait Semusim-

***

author's note

(1) Kesamaan nama tokoh, tempat, dan kejadian adalah murni kebetulan

(2) Written in bahasa with harsh word & broken english

(3) Kindly gives love & feedback juseyo ^^

(4) Enjoy :)

***

"Jihan?"

Itu Arsha, sepupu Arka yang menyapanya saat Jihan berdiri di depan unit apartemen milik Arka.

"Hai, Sha."

"Tumben. Ada apaan?"

"Gue mau ngembaliin ini. Bukunya Arka. Lupa gue kembaliin soalnya."

"Oh.. Ok. Ada lagi? Kebetulan Arka lagi keluar. COD-an sama gofood."

"Nggak. Gue pamit dulu—"

Mendadak Arsha menarik lengan Jihan, membawa gadis itu masuk ke dalam. Pintu apartemen itu tertutup rapat. Beberapa saat kemudian, seseorang mendadak menggedor pintu itu.

"Arsha! Mama tau kamu di dalam! Buka!"

"Nyokap lu?" Tanya Jihan dengan kedua mata yang melebar.

"Ssst."

Alih-alih membuka pintu, Arsha justru memberi isyarat agar Jihan diam dan tidak bertanya lebih lanjut.

"Arsha! Kamu mau jadi anak durhaka hah?!"

"Tante Runa?" Suara laki-laki itu terdengar familiar di telinga Jihan maupun Arsha.

PLAK!

Tamparan itu begitu keras hingga suaranya mampu menembus pintu apartemen milik Arka. Diam-diam kedua remaja di dalam mengintip melalui lubang pintu untuk melihat apa yang terjadi di luar sana.

"Arsha mana?"

"Tante.. tenang dulu.."

"ARSHA MANA?!" Suara wanita itu meninggi. "Itu anak udah tau nilainya belum bagus, malah berani-beraninya bolos bimbel. Pasti kamu kan yang pengaruhin anak saya?!"

"Tante.."

"Kamu dan ibu kamu tuh sama aja. Nggak cukup apa ibu kamu yang udah mati itu ngerusak hidup saya? Sekarang, kamu sebagai anaknya mau ngerusak hidup anak saya juga?!"

"Tante!"

Nada suara laki-laki itu meninggi. Tangannya mengepal erat seakan menahan amarah.

"Tante boleh ngehina saya. Tapi jangan pernah ngehina ibu!"

Tangan wanita itu terayun ke udara, siap menampar Arka.

"Kamu itu cuma anak haram yang lahir dari rahim pelacur kaya—"

"Cukup, Ma!"

Kalimat wanita itu belum sempat terselesaikan karena pintu apartemen terbuka, menampilkan sosok Arsha dan Jihan yang masih berbalut seragam SMA Akasia. Baik Jihan maupun Arka menatap pemandangan di hadapannya dengan mata terbelalak.

"Ka, masuk aja. Gue pulang duluan."

Arsha langsung keluar, menarik tangan ibunya, kemudian membawa wanita itu pergi dari sana.

In Between [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang