01.00

14 4 0
                                    

" Yura Keanna?"

Gadis kecil dengan seragam biru putih itu menolehkan kepalanya, menatap guru bahasa Inggris yang terlihat membawa selembar kertas ulangan di tangannya. Yura tersenyum canggung, menatap Rean yang hanya terkekeh geli.

" Nilai kamu, 89. Kenapa mendadak turun? Bukan apa-apa, tapi sebelumnya nilai kamu 98. Dan itu nilai tertinggi." Kata miss julia, wanita paruh baya itu menghembuskan nafasnya pelan, menyerahkan kertas ulangan itu kepada Yura. Rean menatap wajah Yura yang nampak murung, namun tangan kecilnya tak henti meremas rok birunya yang kian kusut.

" Tapi berhubung ini baru pertama kalinya nilai bahasa Inggris kamu turun, kamu bisa belajar lagi. Fokus, Yura."

Yura mengangguk kecil, tangan nya meraih keras ulangan nya. Matanya menatap angka 89 yang tertera pada kertas tersebut. Rean meraih tangan kecil gadis pendek disebelahnya, mengelus lembut dengan bisikan menenangkan. "Kenapa hm? Gapapa, itu udah bagus."

Yura tersenyum manis, mengangguk semangat dan menyimpan kertas ulangan nya. Senyum nya kembali cerah, tangan kecilnya terus memegang tangan Rean.

" Yura, habis ini ke rumah ya? Mamah kangen sama lo."

" Loh, bunda cleo ga jadi pergi keluar kota?"

Rean menggeleng, menyelipkan anak rambut Yura pada telinga gadis itu. "Cuma papa yang pergi, mamah sakit."

" Yah? Yaudah, nanti Yura mampir!"

" Makasih sayang."

" Ish Rean!"

•|•

" Yuraa pulangg! Bunda?"

Mila menoleh, tersenyum manis menatap putrinya sembari memasak. Wanita cantik paruh baya itu mengecup kening sang anak. "Tumben pulang awal? Ada acara apa?"

Yura terkikik geli, mendudukkan pantatnya pada salah satu kursi makan di dapur. Tangannya meraih sebuah apel merah di piring, memakan nya dengan senyum kecil yang lucu.

" Gurunya males, makanya di pulangin cepet. HAHAHAHA."

Mila menggelengkan kepalanya dengan seulas senyum tipis, tangannya membenarkan letak rambut Yura dengan lembut.

" Sayang, nanti ayah mau bicara sama kamu. Jam 7 habis makan malam, paham?"

Yura tersenyum dan mengangguk patuh, gadis itu segera menarik tasnya menuju kamar, tak sabar ingin segera berkutat dengan ponselnya.

Sesampainya di kamar, Yura tersenyum. Tubuhnya di rebahan begitu saja dengan tangan yang sudah membuka aplikasi hijau, WhatsApp. Gadis itu memberi pesan singkat pada lawan bicaranya di sana.

Aslan

Gue blg apa, jangan deketin uler nya.

Terserah, wle

Usai membalas pesan itu, Yura berdiri. Bersiap mandi dam menunggu ayahnya di ruang makan. Apa sih yang ingin ayahnya sampaikan? Yura kan jadi deg degan begini.

•••

" Wah! Bunda masak opor ayam... Enak banget baunya."

Mila terkekeh gemas, mengambilkan sepiring nasi untuk suaminya, Andri. Andri, selaku ayah Yura itu menggeleng pelan, tak jarang putri tunggalnya ini menanyakan ayam, karena seorang Yura memang sepatutnya menjadi maniak ayam.

Finally TulipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang