Misi Keenam

111 38 10
                                    


Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu?

Yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang

Tak terpikirkan olehmu, hatiku hancur karenamu

Tanpa sedikit alasan, pergi tanpa berpamitan

Takkan ku t'rima cinta sesaatmu

	Sultan saat ini hanya sedang mengusap-ngusap ponselnya selama satu jam terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sultan saat ini hanya sedang mengusap-ngusap ponselnya selama satu jam terakhir. Ini semua karena sang pujaan hati belum membalas pesannya sejak tadi pagi. Hal itu tentu saja membuatnya khawatir. Namun, yang hanya bisa ia lakukan adalah menghubungi manajernya. Andai hubungan mereka tidak backstreet, mungkin sudah ia kunjungi rumah Winaria sekarang juga.

Firasatnya mengatakan ada yang sedang tidak beres dengan Winaria. Tapi ia coba lagi untuk mensugestikan dirinya bahwa Winaria baik-baik saja di kediamannya sendiri. Hubungan mereka cukup sehat menurut Sultan. Jadi seharusnya ia tidak perlu segelisah sekarang. Bukankah biasanya kesibukan masing-masing sudah menjadi makanan sehari-hari, lantas kenapa seolah ada yang berbisik bahwa mereka mungkin akan menjauh. Entahlah, ia hanya berdoa, semoga itu semua hanya firasat yang tak berdasar.

Sebenarnya, Sultan tidak khawatir akan keselamatan Winaria saat ini. Tapi media sosial begitu ramai dengan berita kepulangan Miss Indonesia 2013, Chatalis Hadiraja. Sudah tidak ada rahasia lagi diantara Sultan dan Winaria, sehingga ia sudah tahu bagaimana hubungan sang kekasih dengan kakak kandungnya. Sultan mulai merasa bersalah, bagaimana bisa ia membiarkan Winaria menghadapi masalahnya seorang diri. Ia merasa menjadi tidak berguna seketika. Selama apapun Sultan yang masih berstatus sebagai kekasihnya, Winaria tidak akan membiarkan Sultan mencampuri urusan keluarganya. Karena Sultan masih berstatus sebagai kekasih belum menjadi suaminya. So, saat Winaria tidak menutupi apapun tentang masa lalu ataupun masalah yang sedang dihadapinya kepada dirinya, sudah membuat Sultan bersyukur.

Otak Sultan saat ini seperti sedang dipacu untuk berpikir keras. Pikirannya mulai bercabang kemana-mana. Padahal waktu masih menunjukan jam sembilan pagi artinya, bukan saatnya jam-jam overthinking yang biasa terjadi pada malam hari. Banyak pertanyaan yang mulai menggerogoti isi kepalanya. Apalagi saat tidak sengaja paparazi memperlihatkan potret seorang anak laki-laki yang kira-kira berusia lima tahun lebih sedang digendong oleh seorang pria. Batinnya mulai berperang, apakah Winaria berbohong atau memang ia sendiri tidak mengetahui fakta tersebut.

'Bukankah Winaria bilang anaknya sudah tidak ada. Tapi ...'

*****

Semua orang di kediaman Hadiraja sudah kembali pada aktivitasnya masing-masing. Reino dan Moreno sudah pergi untuk berkuliah ke kampus mereka masing-masing. Sedangkan Pak Gusti Hadiraja, sang kepala keluarga sudah pergi ke kantor untuk bekerja. Bu Ginta Hadiraja, sang istri sedang ada agenda pengajian di kediaman temannya. Lantas Alice yang sedang sibuk dengan beberapa panggilan yang sejak tadi membuat dirinya tidak pernah lepas dari telepon genggamnya sendiri. Kehadiran dirinya yang sudah terendus media sepertinya membuat mereka rindu akan sosok tersebut kembali kelayar kaca. Sehingga, banyak sekali berbagai tawaran untuk dirinya mengisi acara di berbagai platform media. Sementara di taman belakang, sedang terjadi deep talk antara Miko dan Winaria.

Orang yang melihat mereka mengobrol mungkin tidak akan terlihat heran, karena mereka tahu bahwa Winaria dan Miko adalah adik dan kakak ipar. Tapi mereka akan heboh jika tahu bahwa kini mereka sedang mengobrol sebagai Ayah dan Ibu kandung dari seorang Yunan Gyudam Hadiraja yang sedang bermain bersama ketiga kucing persia milik keluarga Hadiraja.

Mereka sedang duduk di kursi taman dan terhalang oleh meja kecil yang diatasnya terdapat dua cangkir teh. Mata mereka tidak saling bertatap, namun memiliki objek yang sama untuk ditatap. Keadaan cukup hening dan membuat keduanya sedikit canggung walau tawa Yunan terdengar sebagai penghangat suasana. Untung saja anak itu berada cukup jauh dari kedua orang dewasa tersebut. Seperti anak-anak kebanyakan, Yunan bisa dihibur setelah kejadian mengharukan barusan.

"Saya kira kamu akan marah dan maki-maki saya tadi," Miko memulai obrolan untuk mencari tahu apa yang ada di kepala Ibu dari anaknya tersebut.

"Harusnya seperti itu, tapi urung saya lakukan. Yunan tidak boleh melihat sosok ibunya seperti monster saat pertama kali bertemu," Winaria ambil secangkir teh tersebut dan meminumnya secara perlahan.

"Saya minta maaf sudah membohongimu selama ini, tapi semua ini saya lakukan karena—"

"Ayah pasti yang suruh kamu buat tutup mulut soal keberadaan anak kitakan?" Miko secepat kilat menoleh saat mendengar kata anak kita dari mulut Winaria. "Saya sudah curiga saat ayah bilang anak yang saya lahirkan itu meninggal saat masa observasi. Sedangkan, dokter bilang bayi itu sehat dan normal saat keluar dari rahim saya. Bahkan saya ingat betul, bagaimana kencangnya tangisan Yunan saat bersentuhan dengan kulit saya."

Winaria kini memusatkan atensinya pada orang disampingnya. "Ayah bilang bayi saya sudah dikuburkan. Padahal saat saya melahirkan dipagi hari dan kemudian tertidur untuk istirahat. semua itu bahkan hanya berselang enam jam, tapi bayi kecil saya sudah menghilang," Miko hanya bisa menyimak. Dari nada bicaranya saja Miko sudah bisa merasakan ada kesedihan mendalam yang ada di dalam diri Winaria. "Saya ga kepikiran kalau ayah akan memberikan anak itu ke kamu. Karena saya ingat betul bagaimana Ayah menghajar kamu habis-habisan saat tahu saya hamil."

"Semua kejadian ini sepertinya sudah menjadi bagian dari skenario sang pencipta. Saat kami memutuskan pindah ke Jepang, Alice merasa posisinya terancam. Ia bilang, ingin punya anak juga. Mungkin karena takut saya akan menceraikannya," Miko sedikit tersenyum miris saat harus mengingat bagaimana pahitnya awal pernikahan mereka.

"Alice ternyata awalnya divonis dokter sulit untuk memiliki keturunan karena kebiasaan yang sering merokok dan meminum alkohol ... Tapi ibumu menyarankan satu solusi yang cukup manjur. Selain pengobatan, Ibu bilang kita harus memiliki anak pancingan. Oleh sebab itu, Alice mau merawat Yunan." Miko jeda sejenak perkataannya dan melihat ke arah Yunan yang sedang asyik memberi makan kucing di kandangnya.

"Sebuah kesempatan emas bagi saya saat dianugerahi kepercayaan oleh keluarga kalian untuk bisa merawat darah daging saya sendiri. Meskipun kalau boleh jujur, saya merasa bersalah atas—"

"Non Wina maaf, ada tamu laki-laki yang nyariin di depan," itu suara Bi Surti, ART keluarga Hadiraja yang menginterupsi obrolan keduanya. Saat Winaria hendak menghampiri Bi surti yang berteriak dari arah dapur. tangannya ditahan oleh Miko.

"Seandainya kamu berniat menikah dalam waktu dekat. Boleh saya lihat dulu calon suamimu? saya hanya ingin tahu bagaimana calon ayah Yunan kelak,"

 Boleh saya lihat dulu calon suamimu? saya hanya ingin tahu bagaimana calon ayah Yunan kelak,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf yah mungkin sepuluh Chapter pertama masih tentang Winaria dulu

Jangan lupa juga buat terus dukukng karyaku yang lainnya yah. vomen as alwayas when you read

Jatah Mantan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang