┆3┆

72 9 0
                                    

’TIDAK DITEMUKAN BUKTI, KASUS YONGMA LAND KEMBALI DIBEKUKAN.’

Kalau saja pimpinan kantor tidak berada di sana, Younghoon yakin sekali umpatannya yang sudah berada di ujung lidah itu pasti akan keluar dengan mudah.

Tidak masuk akal, Younghoon yakin sekali ada yang salah di sini.

“Sudah kubilang, Detektif Kim. Kau tidak perlu terlalu pusing untuk kasus yang satu ini. Lagi pula, pembunuhnya hanya membunuh mantan narapidana kok. Artikel yang menyebutnya Blind Justice Hero mungkin saja tidak berlebihan. Hukum di negara ini terlampau tidak adil lagipula.” ujar seniornya ketika melihat wajah masam si Detektif muda, menimbulkan decihan dan lirikan sinis dari yang bersangkutan.

“Kalau begitu, menurut anda, hukum yang adil itu yang bagaimana, Senior? Jika memang membunuh orang untuk mengadili perilaku mereka adil, lantas untuk apa hukum di negara ini? Saya benar-benar perlu mempertanyakan itu.” balasnya dengan datar, membuat seniornya kontan terdiam tanpa menjawab lagi.

Semua orang yang menyimak pembicaraan keduanya pun ikut terdiam, membuat suasana yang tadinya penuh dengan campuran reaksi atas berita kasus beku lagi itu dikabarkan,  kini menjadi hening.

“Kantor polisi ini sama sekali tidak kompeten. Kalian terlalu meremehkan hukum.” ucap Younghoon final, lalu beranjak pergi dari sana.

Yongma Land, Younghoon akan menyusuri sendiri apa yang membuat tempat itu dipilih oleh pelaku untuk menunjukkan kebengisannya.

• • •

Sesuai dengan ingatan terakhirnya mengenai taman hiburan yang terbengkalai, ketika kakinya memijak tanah Yongma Land, Younghoon dengan cepat mengerti kenapa banyak sekali yang mengatakan tempat ini berhantu.

Kendati tidak mempercayai eksistensi ‘mereka’, Younghoon sendiri merasakan bulu kuduk di sekujur badannya merinding membayangkan bahwa tempat ini, dengan wahana yang tidak lagi dipakai ini, adalah saksi dari pembunuhan kejam yang dilakukan seseorang atas nama mengadili.

Sekitaran tanah lapang yang masih tersisa abu bekas pembakaran ditelisiknya dengan teliti, begitu juga sudut-sudut komidi putar yang berada di dekatnya, berharap menemukan satu atau dua barang yang mungkin dilewatkan oleh tim forensik.

Tidak ada. Secara aneh dan menyebalkan, tidak ada.

TKP tempat pertama kalinya turun untuk menelusuri lapangan kemarin adalah tanah lapang di depan komidi putar adalah tempat pelaku membakar jenazah, dan secara lucu, semuanya mendadak hilang setelah jenazah diangkat dan diautopsi. Tidak ada lagi yang tersisa selain bekas gosong di beberapa sudut komidi putar.

“Mana pemantiknya? Cepat, kita tidak punya banyak waktu!”

“Bodoh, lagi pula ide siapa merokok di sini? Kenapa pula kalian tidak cukup sabar untuk menanti sekolah selesai baru kita mencari tempat lain untuk melakukan ini?”

“Resikonya terlalu tinggi, bodoh. Tidak ada yang peduli dengan tempat ini setelah kasus itu, dan kurasa pihak kepolisian juga tidak terlalu peduli dengan kasus itu. Tempat ini adalah satu-satunya tempat yang aman!”

Pendengaran Younghoon yang tajam mendadak mendengar percakapan dari balik kios penjaga tiket, kumpulan siswa-siswi dengan seragam sekolah dan rokok di tangan kontan membuatnya geram.

“Apa yang kalian lakukan di sini?”

Kebetulan, seragam polisinya masih dikenakan dan Younghoon kebetulan lagi sedang malas konfrontasi para pelanggar aturan itu kendati menghubungi kepolisian daerah terdengar menarik sekali.

Anak-anak itu berlarian ketika melihat sosoknya, tidak meninggalkan apapun di belakang dan kembali membuat si Detektif berpikir ulang mengenai perbincangan mereka.

Mungkinkah, kasus ini tidak pernah menemui ujungnya karena tidak ada yang benar-benar peduli?

• 𝑃𝑒𝑟𝑓𝑒𝑐𝑡 𝐽𝑢𝑠𝑡𝑖𝑐𝑒 •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang