┆2┆

97 11 2
                                    

’Indekos Kim Sajang’

Younghoon ingat pasti, bagaimana dirinya yang merupakan bagian dari kepolisian bisa berakhir di indekos yang lampu papan penunjuknya itu sudah mati dua huruf. Bukan cerita yang menarik, hanya konflik teman sekamar yang terlalu menyebalkan hingga si detektif muda itu memutuskan untuk menyewa indekos yang lokasinya lumayan dekat dari kantor.

“Oh? Hyung yang detektif itu, ya? Salam kenal! Namaku Kim Sunwoo!”

Dan bisa dibilang, satu mahasiswa yang ramahnya luar biasa ini tidak terlalu mengganggu Younghoon jika dibandingkan dengan rekan di asramanya dulu.

“Iya, aku Kim Younghoon, yang detektif itu.” dengan ramah, si Detektif muda menjawab, menimbulkan senyum lebar terlihat kemudian di wajah si mahasiswa itu, menampilkan giginya yang tidak rapi.

“Wah, hyung berarti menyelidiki kasus Yongma Land juga, ya? Aku penasaran sekali, apakah yang di berita itu benar? Bahwa kemungkinan kasus ini akan beku?”

Younghoon terdiam sesaat, tidak menyangka bocah yang baru saja memperkenalkan diri itu bisa dengan mudah dan percaya diri menanyakan mengenai kasus yang baru saja diberitakan itu.

“Maksudku— aku mahasiswa kriminologi, hyung! Aku ingin tahu lebih banyak!” Sunwoo berujar panik kemudian ketika menyadari tatapan sangsi dari si Detektif.

“Jika hasil dari tim forensik menunjukkan tidak ada apapun, maka kami hanya menemui jalan buntu lagi. Lagi pula, jenazahnya dibakar oleh pelaku. Aku sudah pesimis.” jawab Younghoon kemudian.

“Jangan pesimis begitu, hyung. Aku yakin, hyung bisa menemukan pelakunya nanti!” dengan riang si bocah itu menanggapi jawaban pesimis Younghoon, menimbulkan senyum tipis di wajah suram Younghoon.

“Benarkah? Menurutmu begitu?”

Sunwoo mengangguk yakin, helai ujung surai rambutnya yang panjang itu ikut bergerak-gerak seolah ikut antusias.

“Tentu saja! Hyung detektif Kim yang pernah diberitakan sanggup mengejar pelaku yang hampir saja transit ke luar negeri itu, kan? Tentu saja, kasus begini tidak akan ada apa-apanya! Hyung pasti bisa!”

Younghoon tersenyum lebar kemudian, mengingat kembali awal karirnya yang dipenuhi ambisi untuk dikenali. Tangannya kemudian bergerak dengan sendirinya untuk mengusak helaian rambut hitam Sunwoo, dan si pemilik rambut nampak tidak terganggu sama sekali.

“Terima kasih, ya?” ucapnya tulus, dan Sunwoo tersenyum menanggapi.

“Hyung akan menemukan orangnya, aku yakin itu.” Sunwoo kembali membalas dengan nada yang sama, dan yang Younghoon rasakan saat itu hanyalah semangatnya seolah kembali dinyalakan.

•••

“Wah, pulang malam lagi, hyung?”

Setelah malam itu, Younghoon menemukan dirinya dan Sunwoo sering bertemu di dapur indekos mereka. Semangkuk ramyun yang tidak dingin dan tidak panas, pas untuk dimakan juga selalu tersaji di meja, dan Sunwoo selalu menawarinya yang tidak pernah ditolak oleh si Detektif.

“Masak ramyun lagi, Sunwoo? Itu tidak baik untuk kesehatan, kau tahu itu, kan?” Younghoon dengan lembut menasehati, dan Sunwoo hanya menanggapi dengan cengiran.

“Hehehe, aku mau ke luar untuk membeli selain ramyun juga malas, hyung. Menjadi mahasiswa yang bekerja juga melelahkan sekali ya ternyata? Tidak ada yang memberitahuku begitu.” keluhnya sembari mencebikkan bibir, membuat senyum kasihan timbul di bibir Younghoon.

“Kau bekerja juga, Sunwoo? Wah, keren sekali bisa mengatur waktu begitu.” pujinya, membuat semburat merah muda muncul di pipi Sunwoo.

“Tidak juga ... aku harus bersyukur pekerjaanku tidak sesulit itu, hyung.” balasnya malu-malu sembari menggaruk tengkuknya.

“Oh ya? Kau kerja di mana memangnya, Sunwoo?” tanyanya penasaran, ramyun di meja makan mendadak tidak lagi terlalu menarik.

“Aku butcher hyung, mereka sedang kekurangan pekerja dan kebetulan aku juga butuh pekerjaan yang tidak memberi terlalu banyak persyaratan.”

Wah, anak ini menarik sekali, pikir si Detektif. Younghoon mengangguk mengerti sebagai respons, dan suara alat makan dan kecapan dari keduanya saja yang terdengar setelahnya.

“Hyung, kau masih mengerjakan kasus Yongma Land?” pertanyaan Sunwoo tepat ketika ramyun sudah habis dan Younghoon menawarkan diri untuk membersihkan kekacauan setelah makan.

“Iya. Kau sendiri kan yang bilang, kau yakin aku akan menemukan pelakunya.” Younghoon menjawab santai, dan senyum tipis timbul di wajah Sunwoo.

“Hyung bersemangat sekali, ya. Aku jadi ingin seperti hyung. Kalau aku punya semangat dan tekad sebanyak itu, mungkin aku akan punya tujuan hidup yang lebih tertata seperti hyung.”

Younghoon yang masih mengeringkan tangan setelah selesai mencuci piring kotor dan lain-lainnya yang mereka gunakan tadi sesaat terdiam, kehilangan kata-kata untuk sejenak ketika mendadak kilas balik kehidupannya hadir begitu saja.

“Aku hanya hidup dalam dendam, Sunwoo. Kehidupanku tidak semenarik itu kendati aku selalu terlihat tahu pasti mengenai apa yang kulakukan. Jujur saja, aku tidak.”

Sunwoo mengerutkan keningnya ketika mendengar jawaban si Detektif itu, dengan penasaran di pandangnya lekat-lekat muka si Detektif itu.

“Kalau begitu, mungkin kita tidak jauh berbeda. Aku juga begitu, hidup dalam dendam.” tanggapan Sunwoo kontan membuat Younghoon tertarik, ingin tahu lebih banyak.

“Ah, sudah malam. Besok aku ada kelas pagi! Hyung, aku duluan, ya. Sampai jumpa besok!” tapi baru saja mau bertanya, si Mahasiswa itu sudah kabur lebih dahulu ke kamarnya, menyisakan Younghoon yang terdiam di dapur, bertanya-tanya mengenai apa makna di balik perkataan Sunwoo.

Sedikit yang Younghoon tahu, tidak lama lagi, dia akan mengetahui dengan jelas dan presisi secara pasti, maksud dari perkataan Sunwoo.

• 𝑃𝑒𝑟𝑓𝑒𝑐𝑡 𝐽𝑢𝑠𝑡𝑖𝑐𝑒 •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang