3 - Melodi Mengetahui Sesuatu

48 5 0
                                    

Dhisya melirik suaminya yang tengah sibuk bermain smartphone, padahal saat ini laki-laki itu sudah berbaring di atas ranjang.

Sedari tadi suaminya itu hanya diam saja dan sibuk berbalas pesan entah dengan siapa, Dhisya tidak tahu itu.

"Mas ... kerjaan kamu nggak bisa ditunda? Ini sudah malam lho, kamu harus istirahat. Nanti kamu sak ...."

"Jangan ganggu, Sya." Bara memotong kata-kata Dhisya dengan segera, sepertinya ia malas untuk mendengar suara Dhisya lebih banyak lagi.

Dhisya mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia hanya bisa diam menatap suaminya yang sangat sibuk dengan smartphone-nya itu.

Dulunya Dhisya dan Bara tidak berpacaran. Bara dan orang tuanya melamar Dhisya dengan begitu saja, istilah lainnya, ta'aruf.

Orang tua Bara adalah donatur tetap di panti asuhan yang mengasuh Dhisya, dan Bara sendiri sering berkunjung ke panti menemani orang tuanya. Dari sanalah Bara mengenal sosok Dhisya.

Menurut pengakuan Bara kepada Dhisya, laki-laki itu jatuh cinta kepada Dhisya pada pandangan pertama. Entahlah, Dhisya tidak tahu kata-kata Bara itu sungguhan atau hanya gombalan semata. Yang jelas, selama lebih kurang empat tahun pernikahan, Bara sangat menyayangi Dhisya. Hanya dua tahun terakhir ini saja Bara berubah.

Dhisya rindu masa-masa indahnya dulu. Dulu, walupun ia berada di lingkungan keluarga yang membencinya, akan tetapi ada Bara yang selalu mencintainya.

Dulu setiap Widuri atau yang lainnya tengah membully dirinya, Bara selalu hadir bak pahlawan. Bara membelanya dan meminta kepada sang pembully-nya untuk berhenti. Tapi kalau sekarang, Bara akan diam saja begitu melihat Dhisya dibully.

Yang paling sadis membully Dhisya adalah Ghebi, adik Bara. Ghebi tak segan-segan main fisik. Terkadang Dhisya ditendang, dijambak, hingga pernah diludahi.

Untunglah saat ini Ghebi tengah kuliah di luar negeri dan jarang pulang, jadi Dhisya bisa sedikit bernafas lega. Kalau hanya pembully-an secara verbal, ia masih sanggup menghadapi.

Dhisya tidak tahu ada apa dengan ibu mertuanya, dulu waktu ibu mertuanya itu melamar dirinya, beliau sangat manis sekali. Namun setelah ia menikah dengan Bara, ibu mertuanya itu langsung berubah mengerikan.

Sedangkan almarhum ayah mertuanya, berbanding terbalik dengan ibu mertuanya. Almarhum ayah mertuanya sangat baik sekali.

"Mas," panggil Dhisya saat Bara sudah meletakkan smartphone-nya di atas nakas.

"Hmmm."

Bara hanya menyahut dengan deheman saja, ia seolah enggan berbicara dengan Dhisya.

"Aku salah apa? Kalau aku ada salah, kamu ngomong aja, biar aku bisa perbaiki diri. Aku capek kamu diemin kayak gini terus," lirih Dhisya sambil meremas ujung selimut, ia tengah menahan air matanya agar tidak keluar.

"Aku ngantuk, Sya. Mau tidur. Setiap hari aku harus kerja cari nafkah buat kamu, buat Melodi. Aku butuh istirahat," sahut Bara sambil menutup wajahnya menggunakan bantal.

"Maaf," sesal Dhisya.

Memang selama ini Bara selalu memberinya banyak uang, jumlahnya bisa ratusan juta setiap bulannya, dan itu tidak pernah berkurang sejak dulu. Akan tetapi, Dhisya tidak mau hanya diberi uang, Dhisya ingin kasih sayang juga. Uang tidak melulu membuatnya bahagia.

Merindu Tanpa Tahu Malu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang