BAB 1

26 3 0
                                    

Azriel membuka matanya dengan napas yang memburu, mimpi buruk tentang masa lalunya terus saja hadir. Bagaimana Azriel bisa sembuh jika bayang-bayang Bianca dan lelaki selingkuhannya itu masih terus menjadi hantu paling menakutkan di sepanjang hidupnya. Azriel meraih segelas air dan meneguknya hingga habis, laki-laki itu melirik jam di atas nakas, pukul sepuluh pagi, waktu terlalu lama berputar untuk jam kerjanya hari ini. Jadwal penerbangannya sore dan Azriel tak tahu harus melakukan kegiatan apa sekarang. Laki-laki itu beranjak dari tempat tidur dan memilih untuk memasak sesuatu untuk sarapan paginya, saat Azriel membuka lemari pendingin, ia sadar bahwa ia tak punya bahan untuk di masak.

Laki-laki itu duduk sambil menghela napas berat, diraihnya roti tawar dalam bungkusan yang tinggal tiga lembar dan selai coklat yang isinya hampir habis. Azriel mengolesnya dan memakannya dengan pikiran yang menerawang jauh. Mungkin benar kata kedua orang tuanya, ia butuh istri agar kehidupan apartemennya jauh lebih berisi, tapi siapa yang mau menikah dengan lelaki tampan yang kejantanannya mati?

Azriel memutuskan untuk mandi dan pergi ke supermarket terbesar di kotanya, hari ini ia berniat belanja bulanan. Troli yang hampir penuh itu ia dorong sendirian, biasanya ia melakukan itu bersama Vanilla, tapi semenjak gadis itu berpacaran dengan berondong yang belum lulus kuliah, Vanilla jarang melakukan kegiatan yang biasa mereka lakukan bersama. Aneh, Azriel sempat berpikir bahwa Vanilla tidak waras, kenapa ia mau berpacaran dengan laki-laki yang belum mapan, sedangkan Vanilla sendiri bahkan sudah sukses. Azriel sempat khawatir dengan hubungan kedua manusia itu, tapi melihat Vanilla terlihat bahagia bersama Xavier, Azriel mulai mengenyahkan pikiran buruknya.

"Sendirian aja, Capt?"

Azriel menoleh dan betapa terkejutnya ia melihat seorang gadis dengan warna baju pink-putih dan sepatu sneakers senada di kakinya, perpaduan yang begitu cocok di tubuhnya. Gadis itu tak lain adalah partner kerjanya, dia seorang pramugari yang mencuri perhatiannya sejak pertama kali mereka bekerja.

"Hi, are you looking for something?"

"Iya, aku lagi cari buah. Capt juga pasti mau cari buah."

"Eh, kok tau?"

"Soalnya kita lagi di stand buah," ucap gadis itu terkekeh geli. Azriel yang menyadari hal itu pun mendadak salah tingkah. Semua itu jelas karena ia bertemu Selina, gadis cantik yang mencuri perhatiannya.

"I really like avocado, and this one is so fresh," Azriel kembali tersadar dari lamunannya, ia tak mendengar apa yang diucapkan Selina baru saja. Sial sekali, mengapa ia mengabaikan gadis secantik Selina, agaknya kecantikan Selina kali ini memang berlebihan untuk Azriel.

"Sorry?"

"Aku bilang aku suka avocado, Capt lagi cari buah apa?"

"Kebetulan juga lagi cari avocado, boleh minta tolong pilihin yang bagus?"

"Boleh," ucap Selina dengan senyum mengembang di bibirnya. Azriel berani bersumpah ia telah mabuk oleh pembawaan Selina, suaranya yang lembut dan tutur katanya yang sopan, kapan lagi ia menemukan gadis elegan seperti Selina. Bagi Azriel, Selina adalah karakter film-film historical romance yang ia idamkan selama ini.

"Habis ini Selina mau ke mana?" tanya Azriel sambil mendorong troli bersama Selina, kali ini mereka menuju rak bumbu-bumbu dapur. Selina tampak serius memilihkan bumbu dengan merk terbaik untuk Azriel.

"Kayaknya sih buat bumbu dapurnya udah cukup Capt, atau Capt butuh sesuatu lagi?"

"Oh saya terserah kamu, saya nggak tahu soal bumbu dapur."

"Sepertinya sudah cukup," ucap Selina sambil terus memperhatikan tiap deret dari bumbu dapur, gadis itu takut ada sesuatu yang terlewat.

"Selina, tadi saya tanya kamu, nggak mau di jawab?"

MY POSSESSIVE CAPTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang