Bab 36 : Baikan

1K 65 7
                                    


◦•●◉✿HAPPY READING✿◉●•◦

"Hubungan tak akan pernah berjalan dengan mulus, jika salah satu di antara kita tak ada yang mau mendengarkan penjelasan dari salah satu pihak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hubungan tak akan pernah berjalan dengan mulus, jika salah satu di antara kita tak ada yang mau mendengarkan penjelasan dari salah satu pihak."

_Stella Maharani_










"Kak Reza mau bawa aku kemana?" tanya Stella. Pasalnya, jalan yang ia lewati tidak mengarah ke rumahnya. Lantas, kemana Reza akan membawanya.

Gadis itu menoleh pada laki-laki di sampingnya, ia ingin bertanya kembali. Akan tetapi, kala melihat raut wajah Reza, ia mengurungkan niatnya.

Sesampainya di tempat yang Reza tuju, ia menghentikan mobilnya di basement apartemen. Ya! Pemuda itu membawa gadisnya ke apartemen miliknya. Cowok itu turun dari mobil, lalu membukakan pintu mobil untuk Stella.

Fahreza menarik tangan gadis itu, sedangkan Stella berusaha melepaskan tangan Reza yang memegang tangannya. Akan tetapi, tenaganya tak sebanding dengan tenaga laki-laki itu.

"Kak lepasin, kakak mau bawa aku kemana?"

"Bisa diam gak?" ucap Fahreza dengan nada tinggi.

Air mata gadis itu kembali jatuh di pipi mulusnya saat mendengar bentakan cowok yang baru saja ia putuskan. Stella menurut! Mengikuti langkah pemuda itu dengan terpaksa.

Mereka memasuki lift. Keduanya diam di dalam lift tersebut dengan Reza masih memegang tangan gadis itu. Pintu lift terbuka, dengan cepat Reza menarik tangan Stella membawanya ke dalam apartemen miliknya. Fahreza mendudukan gadis itu di sofa ruang tamu. Setelah duduk mereka sama-sama diam, tak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun. hanya suara isakan tangis gadis itu yang terdengar di telinga Reza. Ia melirik ke arah Stella.

Fahreza menggeser tubuhnya, kemudian duduk di dekat gadis itu, tangannya terulur untuk mengusap punggung Stella.

"Kak Reza jahat." lirih Stella terisak. Gadis itu mendongak, melihat wajah lelaki di sampingnya.

"Kenapa kak Reza ngelakuin ini ke aku? Kalau kak Reza belum move on dari kak Viona, kenapa harus aku yang di jadiin pacar kakak, kenapa harus aku?"  Air matanya terus berjatuhan, Fahreza menggelengkan kepalanya saat  mendengar ucapan gadis itu. Sungguh, ia tidak ada niat sedikit pun untuk menyakiti gadisnya.

Fahreza memeluk gadisnya dengan erat, matanya berkaca-kaca." Kamu salah paham, aku dari pagi nungguin kamu, nunggu kabar dari kamu. Tapi kamu sama sekali gak ngabarin aku, bahkan pesan yang aku kirim pun kamu gak bales." ujar Fahreza mulai menjelaskan. Lelaki itu sama halnya dengan gadis yang ada di pelukannya, sama-sama menangis.

"Sampai malam tiba, aku masih nunggu kabar dari kamu. Aku telpon kamu, tapi kamu gak pernah angkat telpon dari aku. Sampai ada yang ngetok pintu kamar aku, aku pikir itu Mama. Jadi aku gak bukain pintu, tapi pintu kamar aku selalu di ketuk, akhirnya aku buka. setelah aku buka, aku gak liat wajahnya, dia nyembunyiin wajahnya di balik buket bunga yang dia bawa."

"Reflek aku langsung peluk dia karena aku pikir itu kamu." lanjutnya lagi. Gadis yang ada di dekapannya semakin terisak.

"Jangan putusin aku. Aku cinta kamu, Ay. Aku gak mau jauh dari kamu" ujar Fahreza menjelaskan, Stella menghentikan isakannya. Kemudian  melepaskan pelukannya sembari menatap manik mata cowok itu, mencari kebohongan di sana. Akan tetapi, dia tak menemukannya hanya ada tatapan tulus di sana.

"Please, jangan putusin aku." Fahreza memegang tangan gadis itu sembari menggelengkan kepalanya.

"Maaf." Satu kata yang terlontar dari mulut gadis itu. Stella menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah karena telah salah paham kepada lelaki itu.

Reza mengangkat dagu gadisnya agar menatapnya. " Kamu gak salah Ay, wajar kalo kamu marah." Fahreza tersenyum ke arah gadis itu sembari menghapus air matanya. Ia mengambil tangan Stella dan mengecupnya lama.

"Gak jadi putus kan, Ay?"  Fahreza bertanya sembari menatap mata gadisnya. Hal itu membuat Stella memalingkan wajahnya, jantungnya berdegup sangat kencang. Apalagi, Fahreza memanggilnya dengan sebutan Ay.

"Ay, aku nanya loh? Kok gak di jawab?"

"Ay! gak jadi putus kan?" Stella mengangguk pelan, lalu memberanikan diri untuk menatap wajah laki-laki itu, walaupun jantungnya masih sama.

"Tapi aku gak suka, kakak bentak-bentak aku kaya tadi." Gadis itu mengerucutkan bibirnya yang terlihat lucu di mata Fahreza.

"Gak lagi-lagi Ay, maafin aku." ujarnya memeluk gadis itu dengan erat.

"Kangen banget sama kamu" ucapnya  melepaskan pelukannya, kemudian menatap wajah polos gadisnya. Ia mendekatkan wajahnya, matanya tertuju pada bibir tipis gadis itu. Stella yang mengerti apa yang Reza inginkan, gadis itu memejamkan matanya.

Detik berikutnya kedua benda kenyal itu menempel, yang awalnya hanya menempel kini sudah menjadi lumatan. hanya  lenguhan dan decapan yang terdengar di ruangan tersebut.

Di rasa gadisnya butuh pasokan udara, Fahreza melepaskan pangutannya. Kemudian bibirnya berpindah ke leher gadis itu. "Aakhh..." desah gadis itu saat merasakn bibir lembut sangat kekasih menyapu lehernya, tangan Fahreza tak tinggal diam, tangan nakalnya mulai masuk kedalam kaos yang di pakai gadis itu.

Stella yang tersadar apa yang mereka lakukan itu salah, kini menghentikan tangan laki-laki itu. Dan tangan Fahreza berhenti kemudian menatap gadis itu.
Stella menggelengkan kepalanya. Fahreza yang mengerti pun, menganggukan kepalanya. Lalu menjauhkan wajahnya dari gadis tersebut.

Cowok mengusap tengkuknya sesekali melirik Stella. Hampir saja mereka kebablasan kalau saja, gadisnya itu tak menghentikannya. "Mau nginap di sini?" tanya Fahreza sedikit gugup. Stella mengedarkan pandangannya melihat ruangan apartemen milik sang kekasih.

"Ini di mana? Apartemen kakak?" tanya Stella yang di balas anggukan oleh kekasihnya.

"Aku mau pulang." pinta gadis itu.

"Tapi aku masih kangen Ay..." rengek Fahreza, kemudian berbaring di paha gadis itu. Stella tersenyum mengelus rambut kekasihnya itu.

"Yaudah, tiga puluh menit lagi anterin aku pulang. " Fahreza menganggukan kepalanya, lalu memejamkan mata.

"Kak."

"Hm?"

"Mau cerita."

"Cerita apa?"

"Ayah sama kak Farah udah baik Sama aku, mereka gak benci lagi sama aku." ucapnya tersenyum, mengingat ayah dan kakaknya sudah mau menerima kehadirannya. membuat Stella merasa bahagia, yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Fahreza yang semula memejamkan matanya, kini membuka matanya menatap gadis yang ada di depan matanya itu.

"Benarkah?" tanya Fahreza sembari menggenggam tangan gadisnya.

"Iya, aku bahagia... Banget. Akhirnya, setelah sekian lama. Aku bisa ngerasain  pelukan ayah,  bisa ngerasain kasih sayang dari ayah." Fahreza tersenyum senang mendengar penuturan gadis itu.

Tangannya terulur mengusap pipi gadis itu. "Bahagia terus cantiknya aku." Stella tersenyum, lalu mendekat kan wajahnya untuk  mengecup kening laki-laki itu.

"Kakak juga harus bahagia."

"Kebahagiaan aku ada di kamu."


*Bersambung*

Jangan lupa vote and coment
Follow ig.stela16931
Tiktok.author_w


STELLA MAHARANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang