Bab 1 : Awal Penderitaan Stella

5.6K 260 214
                                    

◦•●◉✿Happy Reading✿◉●•◦

"Disaat orang lain menganggap cinta pertama mereka adalah seorang Ayah, maka aku menganggap cinta pertama ku adalah sosok yang ku sebut kakak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Disaat orang lain menganggap cinta pertama mereka adalah seorang Ayah, maka aku menganggap cinta pertama ku adalah sosok yang ku sebut kakak."
_Stella Maharani_

Gadis cantik yang duduk di balkon kamar, memandangi bintang-bintang yang menghiasi langit di malam hari.
Gadis yang sedang termenung sendirian, meratapi nasibnya. Dia adalah Stella Maharani. Anak bungsu Tuan Firdaus Dirgantara dan Nyonya Lisa Yunifa.

"Sampai kapan ayah membenciku?" monolognya sembari menghapus buliran bening yang jatuh di pipinya.

Di perlakukan tidak adil oleh sang ayah, membuatnya menangis setiap malam.

"STELLA!" Suara keras sang Ayah, membuatnya menoleh, dia beranjak pergi untuk menemui Ayahnya. Kalau tidak segera di hampiri, Ayahnya itu akan mengamuk.

Saat menuruni anak tangga satu persatu, gadis itu melihat ayahnya berdiri di dekat tangga. Tatapan tajam sang ayah membuatnya menunduk takut.

"Ada apa Ayah? " Stella bertanya, saat ia berada di hadapan Pria paruh baya itu.

"Dimana Kakakmu? mengapa sampai saat ini belum pulang?" tanya Firdaus dengan nada tinggi. Stella menggeleng, tanda bahwa dia tidak tau, dimana keberadaan kakaknya.

"Anak kesayangan Ayah itu, pergi Ke clubbing." Bukan Stella yang menjawab, melainkan Samuel. Anak pertama Firdaus, sekaligus kakak Stella.

Mendengar penuturan putranya, tatapan tajam itu kembali ia berikan pada Stella.

"Ini pasti kamu kan, yang menyuruh Farah pergi?" Bukannya menyusul anaknya, Firdaus malah menuduh Stella.

Ini bukan pertama kali untuk Stella, tuduhan dan kekerasan sudah menjadi makanan sehari-harinya.

"Ayah, Kenapa malah menuduh Stella?" Kakak pertamanya itu tidak terima, jika adiknya di tuduh seperti ini. Ayahnya itu seolah lupa kebisaan Farah saat ini.

Keluyuran tiap malam, bahkan tidak pulang. Dan Ayahnya tidak pernah menegur Farah, sedangkan Stella yang tidak tau apa-apa akan disalahkan jika Farah pulang larut malam.

Tidak adil bukan? Tapi, itulah ayahnya. Stella sudah kebal dengan itu semua, di perlakuan tidak adil di anggota keluarganya sendiri. Kalau bukan kakaknya yang memaksa dirinya untuk tinggal di rumah ayahnya. Mungkin, Stella akan bahagia hidup bersama kakek dan neneknya di bandung.

"Diam kamu Samuel, kamu selalu saja membela anak yang tidak berguna ini."
bentak Firdaus pada anak sulungnya.

"Anak tidak berguna? justru anak kesayangan ayah yang tidak berguna."balas Samuel dengan emosi tertahan.

Mendengar ucapan Samuel membuat emosi ayahnya memuncak. Pria paruh baya itu beralih menatap Stella. "Cepat bawa pulang Farah, jika kamu masih mau ku anggap anak." ucap Firdaus, lalu pergi dari hadapan kakak beradik itu.

"Kakak." Stella menatap kakaknya dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipinya. Hanya kakaknya yang begitu tulus menyayanginya. Selain Samuel, ada kakek dan neneknya. yang saat ini berada di Bandung.

Saat usianya beranjak 13 tahun, Stella di ajak tinggal bersama kakek dan neneknya di Bandung. dikarenakan Nenek Sofia tidak tega melihat cucunya selalu di siksa oleh Firdaus.

Namun saat Stella duduk di bangku SMA kelas XI, Stella terpaksa di ajak pulang oleh sang kakak ke tanah kelahirannya di jakarta. Karena Samuel tidak ingin, adiknya masih bertemu dengan mantan kekasih Stella yang membuat Stella menangis sehingga tidak masuk sekolah selama satu bulan.

"Sudah, biar kakak bantu cari anak kurang ajar itu." ujar sang kakak menenangkan adiknya, dengan memeluknya.

Stella menganggukan kepalanya sembari membalas pelukan kakaknya.

"Ayo, kita cari Farah." Samuel melepaskan pelukannya lalu beranjak pergi menggandeng adiknya. untuk mencari Farah, mereka masuk ke mobil.

"Kakak tau dari mana kalau kak Farah ada di Clubbing?" tanya Stella, saat Samuel sudah menjalankan mobilnya.

"Tadi teman kakak bilang, kalau dia liat Farah ada disana? "ucap Samuel fokus pada jalanan.

"Clubbing itu apa kak?" tanya Stella.
Samuel menoleh lalu tersenyum mengelus rambut sang Adik, dia memilih tidak menjawab pertanyaan adiknya itu.

Tidak membutuhkan waktu lama mereka sampai di sana.

"Eh eh, kamu mau ngapain?" tanya Samuel saat melihat Stella yang hendak turun dari mobil.

"Mau turun."jawab Stella.

"Gak boleh, kamu tunggu di sini biar kakak yang ke dalam cari Farah." ucap samuel keluar dari mobil.

"Tapi kak_ "

"Udah kamu di sini aja."ujar samuel menutup pintu mobil.

"Yaudah." ucap Stella pasrah, dia menatap kakaknya yang mulai masuk ke dalam. Tak lama Samuel keluar dari dalam sana menggendong Farah, Stella yang melihat kakaknya pun langsung keluar dari mobil.

"Kakak, kak Farah kenapa?" tanya Stella cemas.

"Buka pintu mobilnya dek, " titah Samuel pada adiknya. Stella menurut, adik bungsunya itu membuka pintu mobil. Samuel merebahkan tubuh Farah di mobil, kemudian ia masuk yang di susul oleh Stella.

"Kak, kenapa kak Farah pingsan?" tanya Stella, yang sudah duduk di jok samping, dia menoleh kearah Farah. "Dia mabuk."Jawab Samuel yang mulai menjalankan mobilnya.

"Kenapa bisa mabuk?" pertanyaan Stella kali ini tak di jawab oleh Samuel, ia memilih fokus pada jalanan.

Sekitar tiga puluh menit mereka sampai dirumah.

Samuel langsung menggendong Farah menuju kamar adik keduanya itu.

Sang Ayah yang sedari tadi menunggu mereka pulang pun menghampiri mereka yang ada di kamar Farah. Dia melihat Farah sedang tidur di ranjang.

Lelaki paruh baya itu menatap putrinya dengan cemas.

"Nak kamu kenapa? "tanya Firdaus yang ikut naik ke kasur anaknya dan mengelus rambut putrinya itu.

Samuel yang melihat perlakuan ayahnya pada Farah itu pun langsung menatap ayahnya malas dan langsung membawa Stella pergi dari sana.

"Dek ayo, kita pergi dari sini." ajak Samuel merangkul adiknya dan sesekali melirik sang ayah yang sedang mengelus kepala Farah.

"Ayo masuk ke kamar, besok sekolah kan? "ujar Samuel yang sudah berada depan pintu kamar Stella.

Stella mengangguk, sembari tersenyum manis menatap kakaknya.

"Ya udah masuk sana, ingat kata kakak jangan begadang." ucap Samuel mengelus rambut adiknya.

"Iya kak."jawab Stella.

"Dadah kakak, good night." kata Stella mulai menutup pintunya.






Stella & Samuel

Stella & Samuel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
STELLA MAHARANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang