Bab 37: Kebersamaan

1.3K 74 24
                                    

"Tak ada yang indah selain kebersamaan keluarga dan sahabat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tak ada yang indah selain kebersamaan keluarga dan sahabat."

_Stella Maharani_

_________________________









Tiga puluh menit berlalu. Fahreza yang awalnya tidur di paha kekasihnya, kini sudah bangun dan pergi ke kamar untuk mengambil jaket. Karena dari rumah, ia hanya menggunakan kaos oblong polos berwarna putih.

Lelaki itu keluar dari kamar, menghampiri Stella yang menunggunya di Sofa. "Ayok!" ajak Fahreza mengulurkan tangannya untuk di genggam. Stella menerima uluran tangan itu, dan bangkit dari duduknya.

Baru satu langkah mereka menuju pintu apartemen tiba-tiba..

DUAARRR!

Terdengar suara petir yang mengagetkan keduanya. Stella yang memang takut dengan suara petir, langsung memeluk erat laki-laki itu. Ia menyembunyikan wajahnya di dada bidang Fahreza.

"Kak, aku takut!" Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya, Fahreza yang merasakan tubuh gadisnya bergetar langsung mengusap punggung Stella.

"Gak usah takut Ay! Ada aku di sini." ucapnya menenangkan gadis itu. Tak lama hujan pun turun, dan suara petir kembali terdengar. Pelukan itu semakin erat, dan tubuh gadisnya juga semakin bergetar.

"Jadi pulang atau mau di sini aja?" tanya Reza masih setia mengusap punggung gadisnya.

"Mau pulang, tapi takut!"  Perlahan Stella melepaskan pelukannya walau tak sepenuhnya lepas, ia mendongak melihat laki-laki yang sedang memandanginya.

"Gendong ya kak, sampai ke mobil. Aku takut!" pintanya menunjukan puppy eyes, yang terlihat gemes di mata cowok itu.

"Takut apa modus?" Fahreza bertanya sembari tersenyum jail, Stella yang mendengar penuturan sang kekasih langsung melepaskan tangannya yang berada di pinggang laki-laki itu. Ia menjauh, mengerucutkan bibirnya menatap Fahreza kesal.

Sementara Fahreza terkekeh melihat tingkah lucu kekasihnya itu.

" Yaudah, aku pergi sendiri." Walau takut, gadis itu melangkahkan kakinya. Belum lima langkah, suara petir kembali terdengar. Sontak, hal itu membuat ia berlari ke arah Fahreza dan langsung melompat ke pelukan pemuda itu.

Dengan cepat Fahreza menagkap Stella dan menggedongnya ala koala.

"Katanya mau pergi sendiri?"

"Takut kak!" rengeknya manja, lalu menenggelamkan kepalanya di ceruk leher kekasihnya.

Fahreza tersenyum lalu melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen, mereka pun pergi dari sana.

Sekitar tiga puluh menit, mereka sampai di Rumah gadis itu. Fahreza menghentikan mobilnya di halaman rumah Stella. Pemuda itu menoleh ke arah gadis yang sedang duduk di sampingnya saat ini. Ia tersenyum kala melihat Stella tertidur.

STELLA MAHARANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang