Nadeleine adalah seorang putri tunggal yang tinggal di pinggiran desa kecil bernama desa Svajone, sebuah desa yang hanya berisi sepuluh kepala keluarga.
Tidak ada yang pernah pergi dari kota ini, hanya orang-orang terpilih yang boleh pergi melewati hutan lebat berkabut dan pergi ke kota untuk membeli berbagai macam kebutuhan manusia yang tinggal di dalam desa ini.
Nadeleine melewati hari-harinya hanya dengan mengerjakan pekerjaan rumah, berbincang-bincang dengan orang-orang sekitar yang bahkan ia sendiri tahu kapan dan apa yang mereka lakukan setiap harinya.
Setiap keluarga di desa ini hanya memiliki satu orang anak yang seumuran dengannya, 7 anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Sejak kecil hanya bertemu dengan orang yang sama sehingga membuat mereka memiliki hubungan layaknya satu keluarga.
Nadeleine bersama dengan anak-anak di desa ini akan merayakan ulang tahun yang ke 17 besok, tidak sabar dengan janji orang tua mereka yang akan membawa mereka keluar dari desa ini untuk pertama kalinya.
Gaun yang telah 17 tahun terpajang cantik di dalam lemari akhirnya dapat ia kenakan besok, sepanjang malam Nadeleine hanya duduk memandangi gaun terusan berwarna hitam yang hanya boleh ia kenakan besok.
Ibunya bilang jika dirinya hanya boleh mengenakan gaun itu saat berumur 17 tahun, setiap kali ia berusaha membujuk ibunya pasti menolak dengan alasan gaun itu akan kotor dan rusak nanti.
Tanpa lelah Nadeleine terus tersenyum sembari membayangkan banyak makanan enak yang belum pernah ia coba diluar sana. Tetapi entah mengapa hanya para anak-anak yang berbahagia dan tidak sabar akan hari besok.
Para orang tua murung sejak kemarin dan menjadi lebih sering terdiam dengan tatapan kosong, entah apa yang mereka pikirkan. Padahal anak-anak mereka akan segera berumur 17 tahun.
Pintu kayu itu terbuka menampakkan ibu Nadeleine yang tersenyum rapuh berusaha kuat di depan anaknya.
"Ibu?" Panggil Nadeleine saat menoleh kebelakang dan mendapati ibunya yang berdiri menatapnya dengan sayu.
Ibunya pun berjalan perlahan mendekati Nadeleine, "Tak terasa putri ibu akan berumur 17 tahun besok" Ucap ibu Nadeleine dengan pelan seraya mengelus kepala putrinya dengan pelan.
Nadeleine yang mendengarnya pun tersenyum lebar lalu memeluk ibunya dengan erat, "Ibu" Panggil Nadeleine lagi masih dalam posisi memeluk ibunya.
"Hm?" Jawab ibunya
"Kenapa ibu dan ayah terlihat sedih? Padahal aku akan pergi ke kota besok" Akhirnya Nadeleine memberanikan dirinya untuk bertanya kepada ibunya.
Evara terdiam sejenak memikirkan bagaimana ia harus menjawab pertanyaan dari putrinya tersebut, "Ibu berharap Nadeleine akan kembali kesini dan tidak meninggalkan ibu dan ayah setelah melihat kemewahan kota dan kerajaan" Ujar Evara lalu tersenyum tipis.
Mendengar jawaban ibunya Nadeleine pun mengangkat jari kelingkingnya dan menautkannya dengan jari kelingking milik Evara, "Aku berjanji akan kembali kesini dan tidak akan meninggalkan ayah dan ibu" Balas Nadeleine dengan senyuman lebar, lalu kembali memeluk ibunya.
Evara pun membalas pelukan Nadeleine, ia hanya bisa berharap putrinya tidak terpilih dan benar-benar kembali dengan selamat.
Tibalah hari yang sangat dinantikan oleh Nadeleine dan anak yang lain. Sejak pagi mereka bangun tidur dengan senyuman yang menempel pada wajah mereka, mereka akan kembali ke desa ini minggu depan. Menikmati dan merasakan bagaimana perkotaan sebelum kembali ke desa ini dan tidak kembali lagi ke kota.
Nadeleine mengenakan gaun berwarna hitam yang menutupi setiap inci kulitnya yang putih pucat, tidak lupa ia mengenakan tudung transparan yang juga berwarna hitam dengan brukat yang juga berwarna selaras. Sulit untuk melihat wajah Nadeleine dengan jelas jika dari luar.
Pada saat tengah hari terdengar suara kereta kuda dari luar yang sangat ramai mendatangi desa mereka, Nadeleine yang penasaran pun membuka jendela kamarnya dan betapa terkejutnya saat melihat terdapat banyak pasukan berkuda dengan pakaiannya yang terbuat dengan besi? Ntahlah Nadeleine tidak mengetahuinya dengan pasti.
Nadeleine pun menghitung ada berapa banyak kereta kuda yang datang, dihitungnya satu persatu dengan teliti. Baru saja mencapai hitungan ke 6 pintu kamarnya terbuka dan menampakkan ibunya yang berlari dengan panik ke arahnya, lalu menutup dengan cepat jendela kamarnya yang terbuat dari kayu tersebut.
"Diam disini dan jangan melakukan apapun tanpa izin dari ibu, mengerti?" Perintah Evara sedikit menaikan suaranya.
"B-baik." Jawab Nadeleine sembari menatap ibunya dengan bingung. Kemudian Evara pun pergi kembali meninggalkan kamarnya, entah apa yang ia lakukan diluar sana.
"Apa mereka dari kerajaan?" Batin Nadeleine bertanya kepada dirinya sendiri.
Tidak lama kemudian pintu kamarnya kembali terbuka, menampakkan ibu dan ayahnya yang membantunya membawa beberapa barang bawaan Nadeleine selama seminggu disana.
"Ayo nak" Ucap Evara pelan tidak ingin menatap wajah Nadeleine, begitu pula dengan ayahnya.
Nadeleine tidak berani menanyakannya, ia hanya mengikuti mereka dari belakang dan menatapi punggung mereka. Keluar rumah, Nadeleine melihat teman-temannya mengenakan gaya berpakaian yang sama dengannya hanya saja berbeda warna. Ada yang hitam sepertinya, ada juga yang putih, namun hanya satu yang mengenakan pakaian berwarna emas.
Nadeleine mengenalinya meskipun wajahnya ditutupi oleh tudung, dia adalah sahabatnya Eloise. Muncul pertanyaan dibenak Nadeleine "Mengapa dia mengenakan pakaian yang berbeda?"
Nadeleine bisa melihat semua anak termasuk dirinya tersenyum didalam tudung mereka, kecuali Tanner. Tanner nampak gugup dan gemetar? Apa yang terjadi padanya? Apa yang ia takutkan? Nadeleine hanya mengangkat kedua bahunya tidak ingin memikirkan Tanner, lagipula Tanner adalah anak lelaki yang paling nakal diantara mereka semua dan sangat sering mengganggu anak-anak yang lainnya, termasuk dirinya.
Nadeleine tidak dapat melihat sedikit pun wajah maupun kulit dari para prajurit, semua bagian tubuh mereka tertutup oleh zirah. Setiap kereta kuda dibukakan pintunya oleh seorang prajurit lalu mempersilahkan mereka untuk masuk, setiap kereta kuda hanya boleh diisi oleh satu orang.
Kereta kuda pun berjalan meninggalkan desa, karena merasa mulai bosan Nadeleine pun melihat-lihat dan menyadari jika kereta kuda yang ia duduki ini tidak memiliki jendela. Hanya sebuah lubang angin dibagian atap kereta kuda yang bisa membuat udara didalam dapat bersirkulasi dengan baik.
Entah sudah berapa lama ia berada didalam kereta kuda ini dan entah sudah berada dimana ia sekarang, namun setelah beberapa lama ia termenung akhirnya ia menyadari jika suara disekitarnya bukan lagi suara yang berasal dari gesekan antara kereta kuda dan kerikil.
Yang ia dengar saat ini adalah suara orang-orang yang bersorak-sorai dengan riang seperti menyambut kedatangannya, "Arcelia datang!".
Arcelia? Nadeleine mengerutkan alisnya bingung dengan yang apa yang dimaksud oleh orang-orang ini. Nadeleine pernah menguping pembicaraan ibunya dengan ayahnya yang membahas Arcelia dan ia mendengar jika Arcelia itu berarti "Perubah langit".
~
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL CURSE [ON GOING]
Fiksi SejarahNadeleine seorang wanita yang hidup sebagai harapan satu-satunya yang ibunya miliki, harus melewati setiap harinya dibalik kain tipis yang menutupi wajah cantiknya itu. Sampai suatu hari cinta datang padanya dan membuatnya memiliki harapan untuk hi...