01.

24 4 0
                                    


'PAPA!'

Seorang anak kecil menubruk kan badannya ke arah sang ayah. Dengan sigap, sang ayah menggendong anaknya yang hampir jatuh ke lantai. Dia mengelus kepala anaknya dan menyatukan kedua hidung mereka.

Sang anak terkekeh geli mendapat perlakuan seperti itu dari sang ayah. Dia memeluk tengkuk leher sang ayah. Menanamkan kepalanya di perpotongan leher sang ayah.

'Lele, ada apa sayang?'

Chenle Adiputra Winjaya, dia adalah anak dari pengusaha sukses yang bernama Mark Waluh Winjaya. Umur Chenle kini sudah beranjak delapan tahun. Sedangkan Mark, sudah berumur dua puluh delapan tahun.

'Papa, lele tidak apa-apa. Lele hanya kangen dengan papa. Papa sudah tiga hari tidak pulang karena selalu pacaran dengan bertumpuk kertas di sana.'

Mark mengusap bahu sang anak. Mengecup puncuk rambut sang anak. Mark sangat tau seberapa manjanya Chenle di sampingnya.

'Maafin papa ya nak. Lele sekarang tidur ya sayang. Kan baru pulang sekolah. Pasti capek. Nanti kita pulang bareng ya jagoannya papa.'

Chenle mengangguk pelan. Dia mulai mengantuk dalam pelukan Mark. Dan tak lama pun, kedua matanya terpejam rapat untuk menikmati dunia mimpi.

Mark merasakan tak ada penggerakan dari sang anak. Dia kembali duduk di kursi kerjanya. Tetap mengelus pundak sang anak menggunakan satu tangannya. Dan satu tangan yang menganggur dia gunakan untuk mengerjakan tugasnya. Sesekali Mark menciumi puncuk kepala Chenle.

Tak terasa sudah tiga jam. Chenle masih tertidur pulas di pangkuan Mark. Pekerjaan Mark kini sudah tuntas. Dia membereskan barang-barang dan menggendong kembali Chenle dengan pelan. Tidak ingin anaknya terusik dalam tidurnya sedikit pun.

Di lorong, banyak karyawan yang menyapa Mark. Entah itu menghormati atasnya, atau hanya sekedar mencari muka saja.

Di mobil, Chenle di dudukan di kursi samping pengemudi. Tak lupa seat belt yang di pakaikan oleh sang ayah. Keamanan yang utama, katanya.

Kaca mobil tiba-tiba di ketuk oleh seseorang. Mark membuka jendela mobil. Tapi tak lama dia kembali menutup kaca tersebut. Dia menyalakan mesin dan berjalan begitu saja, tanpa memedulikan orang tadi.

'HEY BANG MARK! KERJAAN MU BELUM SELESAI! JANGAN KABUR!'

Mark membuka jendela mobil dan mengeluarkan kepalanya, menghadap orang yang meneriakinya.

'ADIK KU TERCINTA, SELAMAT TINGGAL. TOLONG URUS KERJAAN KU YA!'

Mark kembali fokus menyetir. Dia tertawa melihat reaksi sang adik sekaligus sekretaris nya dari kaca spion. Wajah kesal yang sangat tertara, membuat Mark semakin tertawa. Beomgyu Arifta Winjaya, adik bungsu Mark.

Di rumah, Mark dan Chenle menghabiskan waktu bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di rumah, Mark dan Chenle menghabiskan waktu bersama. Dari menonton tv, bermain lego, memasak bersama, dan masih banyak lagi.

Sekarang mereka sedang duduk di ruangan tv. Tidak, bukan menonton, tapi mengerjakan tugas sekolah Chenle bersama. Mark membimbing, serta mengajari Chenle dengan sabar. Tak ada bentakan sedikitpun yang keluar dari mulut nya.

'Papa, soal ini bagaimana?'

'Ini seperti yang tadi sayang. Coba di inget, kalau tumbuhan sedang fotosintesis, dia akan menghasilkan apa? Papa sudah jelasin ini tiga kali loh ke lele.'

'ummm... kemampuan dalam menghasilkan makanan?'

'Bener! Pintarnya anak kesayangan ayah!'

Mark memeluk Chenle dari samping. Mengusap kepala Chenle. Sungguh, dia sangat bangga mempunyai anak seperti Chenle.

Jam sudah menentukan puku setengah sepuluh. Sudah batas maksimal anak-anak harus tidur. Chenle kini sudah rapih di atas ranjang empuknya itu. Mark berada di pinggiran kaur Chenle sambil membacakan dongeng. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk melakuan kegiatas seperti ini.

Aku Cumen Punya PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang