"Semua wanita terlahir sempurna, hanya saja terkadang kamu yang kurang bisa menerima."
Seblak_Rasa
____________________________Sinar mentari menyelusup melewati tirai putih yang melambai tertiup angin. Seorang gadis masih tertidur lelap dengan posisi 'cicak' di dinding, dering jam welker di sampingnya tak berhenti berbunyi seakan berteriak membangunkan.
"Astagfirullah, anak gadis jam segini masih belum bangun."
Wanita paruh baya itu berteriak sambil masuk ke dalam kamar yang bak kapal pecah itu.
Handuk basah yang menggantung di gagang pintu, baju dan celana yang berserakan di lantai, juga sampah dari sisa-sisa makanan yang bertebaran.
Ia menggoyang-goyang tubuh yang masih terdampar di atas kasur "Echa, bangun. Solat subuh dulu."
"Bu, Echa masih ngantuk."tubuhnya menggeliat serupa dengan ulat.
"Bangun, Echa. Keburu ayam berkokok."
Ia menyusut air harum yang berada di sudut bibirnya "Udah Echa kasih tau kok si Japan kalo berisik bakal Echa opor."
Tiba-tiba terdengar suara berbisik di telinganya "Kalo gak solat kamu yang nanti di opor di neraka."
Ia langsung terperanjat membuka mata dan bangun dari tidurnya.
Nampak wanita itu terkekeh melihat gadis dengan rambut acak-acakan dan muka bantalnya.
"Ibu, banguninnya gitu amat." dahinya berkerut.
Sarifa terkekeh "Lagian kalo di bangunin susah banget."
Satu persatu baju di lantai kamar anak gadisnya itu di pungut olehnya.
"Atagfirullah, Echaaa...!"
Lagi-lagi suara ibunya memaksa nyawa Echa harus kumpul semua dengan cepat "kenapa, Bu?"
"Ini 'beha' kamu taro deket mie, liat talinya masuk ke mie kuah."
Wanita itu mengangkat 'beha' berwarna peach yang talinya berubah warna menjadi merah karena cabai dari kuah mie.
"Ibu melahirkan anak perempuan kan? kenapa kok kelakuannya Masyaallah." ujarnya sambil geleng-geleng kepala.
Muachhh....
Satu ciuman mendarat di pipi yang sudah tak kencang lagi itu "Sorry bu, itu kecelakaan."
Mata Sarifa membulat "Malu tuh di liatin sama pacar halu kamu." ujarnya sambil menunjuk poster yang terpampang besar di atas ranjang.
"Stttt.... jangan keras-keras, Bu. Aku malu." ia menempatkan jari telunjuk di depan bibirnya.
Wanita paruh baya itu hanya mampu menghela nafas dengan semua tingkah laku anak semata wayangnya itu.
"Aku wudhu dulu, nanti takut jadi opor." ucapnya sambil mencium sebelah lagi pipi ibunya.
_____________________Gadis itu keluar kamar dengan rambut yang meskipun di ikat masih terlihat acak acakan karena ikatan yang asal-asalan menyerupai sarang burung.
Ia duduk di kursi dengan kaki kanan naik sebelah di atasnya.
"Echa, kaki kamu itu loh. Anak gadis yang sopan atuh, Neng." suara itu terdengar seperti menahan emosi.
Dheesa hanya terkekeh "hehe, maaf bu. Kakinya pengen naik terus."
"Pantesan belum ada satupun lelaki yang kamu kenalin ke ibu. " omelnya sambil menuangkan sayur di atas mangkuk dari dalam panci.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadheesa
عاطفية[ USAHAKAN FOLOW DULU SEBELUM BACA !! ] "Nikah sama gue ya?" "Gila lo!!" "Lagian kakak gue udah nikah kan? lo gak bakal bisa dapetin dia lagi." ujarnya tak mau menyerah. "Enggak." "Gue siap jadi pelampiasan lo." ia menyenggol lengan gadis di samping...