Yoo Jonghyuk sangat tahu jika dia terlambat walau sebentar saja untuk menemukan Kim Dokja dua minggu yang lalu, dia akan kehilangan pria itu selamanya. Tidak mudah, nyaris mustahil bisa menerima betapa parahnya luka yang diderita Kim Dokja akibat pengeroyokan para jenderal brengsek ditempat yang tidak terjangkau matanya. Seumur hidup, Yoo Jonghyuk tidak akan pernah melupakan setiap detik yang terlewati pada kejadian itu.
Mengusap dahinya dengan jemari, Yoo Jonghyuk lantas menutup buku laporan dan mengarahkan pandangan pada ruangan diseberang. Hanya terpisahkan dari kaca tebal yang disertai peredam suara jernih, dia bisa melihat wajah Dokja yang serius berbicara dengan beberapa jenderal lain terkait misi penyelamatan J7.
Yoo Jonghyuk membiarkan Dokja mengambil alih kendali untuk memuaskan sedikit kekesalan pria itu, jadi meskipun dia pastinya hanya ingin Kim Dokja duduk manis beristirahat dengan sehat tanpa perlu memikirkan hal rumit mengenai skema kemiliteran, dia harus mengalah dengan keinginan keras kepala Dokja dalam menyelesaikan masalah yang dia buat.
Lagipula jika dia menolak, Kim Dokja akan marah lagi padanya.
“Yo, boss. Lihat, lihat, sudah kubilang, meski aku sudah menambahkan obat tidur pada suntikan pereda demamnya, dia tetap akan melihat kebusukan yang sedang kau pertontonkan.” Suara Han Sooyoung yang menjengkelkan mengudara usai suara derit pintu dibuka terdengar.
Yoo Jonghyuk hanya menatap dingin kedatangan Han Sooyoung yang dengan santai duduk di sofa dekat meja kerja, ketidakpedulian tergambar jelas di seluruh wajahnya.
“Dan juga, pasien bernama Kim Dokja itu sangat tidak taat. Dia kabur dari pemeriksaan pagi dan lari ke sini. Hahaha maaf aku tidak bisa menghentikannya, padahal kau sudah berusaha untuk tidak cepat ketahuan.” Ejekan dalam nada suara wanita dengan jas putih itu sangat kentara.
“Tidak masalah.” Suara datar Yoo Jonghyuk akhirnya muncul. “Setidaknya mayat busuk itu tergantung seharian penuh.”
“Dasar bajingan,” Sebenarnya ada rasa kagum ketika Han Sooyoung memaki, “Hati nuranimu sudah dimakan babi.” karena pria itu bisa mengekspresikan rasa cintanya lewat perlakuan semacam ini.
Sooyoung akan melakukan hal yang sama jika dia adalah Yoo Jonghyuk, mungkin lebih keji.
Oleh karena itu dia setuju membantu mengulur waktu dan menghalangi Dokja mengetahui apa yang tengah Yoo Jonghyuk lakukan. Obat tidur yang digabungkan dengan obat pereda demam bukanlah kebetulan, pemeriksaan pagi juga seharusnya menjadi salah satu cara untuk mengunci Kim Dokja di gedung perawatan militer sehingga setidaknya kabar penggantungan Jang Shinju akan diketahui dua sampai tiga hari kemudian.
“Aku akan memberikan obat pada Kim Dokja secara langsung jika saja dia benar-benar mengikuti pemeriksaan pagi.”
Sepasang mata tajam Yoo Jonghyuk akhirnya berpindah atensi pada Sooyoung sepenuhnya.
Wanita itu menyadari tatapan Jonghyuk dan dengan serius berkata, “Dia harus mengkonsumsi obat yang kubawa sekarang. Tetapi kau jangan mengatakan apapun. Serahkan saja padanya nanti dan pastikan dia meminumnya. Kita tahu seharusnya Dokja mengetahui keadaannya lebih baik daripada kita dan mengapa ia tidak mengatakannya. Terlepas dari sikapnya yang selalu menyembunyikan beberapa hal, memicu kekhawatiran, kurasa dia tetap akan menyadari bahwa kali ini dia tidak bisa menutupi apapun.”
Keahlian medis Kim Dokja bukanlah omong kosong. Dia pasti tahu kalau ada masalah dalam kesehatannya akhir-akhir ini.
“Kau harus segera membawanya untuk pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit besar Seoul. Aku tidak mau mengambil risiko dengan tidak memeriksa masalahnya secara detail sampai akar, kau tahu?”
“Aku tahu.”
“Namun masih besar kemungkinan bahwa keadaannya tidak buruk. Aku akan terus memantau kesehatannya dan kau juga harus bertindak sama. Tapi kapan kau akan membawanya ke Seoul?” Alis Sooyoung berkerut. “Jadwal kalian padat sekali, dasar maniak perang. Apa darah dan bubuk mesiu di medan tempur terasa sangat enak sampai kalian ketagihan??”
KAMU SEDANG MEMBACA
M16 || Jongdok
Fanfiction"Rubah bahkan kalah licik, senyum manis macam apa itu, yang kau berikan padaku?" "Hanya sebuah senyum pemikat untuk menggodamu." Kim Dokja menatap dengan kesembronoan yang tampak penuh hasrat, jenis tatapan ekspresif mendalam dimana telah terukir is...