Selama tujuh tahun mereka bersama, Yoo Jonghyuk selalu mencintai Kim Dokja dengan caranya sendiri.
Menurutnya, cinta yang Kim Dokja inginkan adalah kebahagiaan tak berujung dimana mereka yang saling menyayangi dan mencintai berkumpul bersama seperti apa yang pernah Dokja ucapkan setelah dia bercerita betapa sering kedua orang tuanya saling menyakiti dan ketidakbahagiaan menyertai sampai keduanya meninggal.
Cinta yang Kim Dokja inginkan adalah kepercayaan, saling memiliki seutuhnya dan saling melindungi, seperti apa yang pernah Dokja ucapkan setelah Jonghyuk bercerita bahwa kedua orangtua beserta adiknya tewas dibantai habis oleh orang yang begitu dia percaya dan sayangi.
Cinta yang Kim Dokja inginkan adalah kedamaian seluruh dunia tanpa adanya kebencian, pertumpahan darah bahkan kejahatan yang melukai orang tak bersalah, seperti apa yang pernah Dokja ucapkan setelah melihat pertempuran yang tak ada habisnya. Yoo Jonghyuk langsung secara gila berusaha menjadi prajurit yang sempurna dalam pelatihannya di akademi militer, ingin mewujudkan dunia tanpa pertempuran ketika lulus dan menjadi jenderal tinggi, seperti yang diinginkan Kim Dokja.
Jika Yoo Jonghyuk menyebutkan apa saja yang ia dengar dari Kim Dokja tentang bagaimana itu cinta, sepanjang hari akan habis hanya untuk menjelaskan, tetapi pada intinya, Yoo Jonghyuk belajar dan mengenal apa itu cinta dari Kim Dokja sehingga dia berpikir bahwa semua yang dia katakan adalah cinta yang Kim Dokja inginkan. Yoo Jonghyuk berusaha keras menciptakan berbagai hal yang diinginkan Kim Dokja lewat intuisinya.
Dan Kim Dokja merasa bahwa hal itu benar adanya.
Semua cinta yang dikumpulkan Yoo Jonghyuk seperti bintang di langit, dia seolah gila untuk mencapai angkasa, meraih satu persatu bintang dan menyerahkan setiap keping hanya pada Kim Dokja. Tanpa bertanya apa dia menginginkan hal itu dan berpikir apa imbasnya meraih semua bintang hanya untuk diberikan pada satu orang berdasarkan kepentingan pribadi.
Bintang adalah penerangan malam setelah bulan, bulan sendiri tidak bisa memancarkan sinar secara menyeluruh sedangkan seluruh makhluk bumi membutuhkan cahaya ketika malam tiba, bagaimana cahaya bisa sampai pada makhluk lain jika semuanya diambil?
Yoo Jonghyuk memang tahu apa itu cinta, apa yang Kim Dokja inginkan dan bahkan mempersembahkan semuanya, tetapi dia tidak bisa mengerti apa sebenarnya itu cinta.
Tujuh tahun lalu, ketika mereka berdua pertama kali bertemu di akademi militer karena ketidaksengajaan, Kim Dokja sedang mengelus kucing kecil berwarna kecoklatan ketika melihat Yoo Jonghyuk memukuli sesama murid akademi yang mabuk parah dan menodongkan pistol entah darimana pada setiap orang. Pembelaan Yoo Jonghyuk begitu intens hingga nyaris mematahkan leher Si pemabuk, menarik perhatian Kim Dokja untuk menghentikan perkelahian dengan melemparkan kucing ke tengah kegiatan baku hantam seraya berkata, “Berani memukul kucingku, kalian mati.”
Arah amarah Si pemabuk lekas berubah dibawah suara meremehkan dari pemuda yang kurus dan berkulit pucat seperti wanita, hingga berakhir Kim Dokja ikut memukuli dan dipukuli. Untungnya pistol yang dibawa hanya memiliki satu peluru, sehingga ketika Si pemabuk mulai menembak ditengah kerusuhan, hanya satu korban yang jatuh dengan luka di betis kiri. Pertempuran tiga orang segera menjadi masalah pada hari pertama dibukanya tahun ajaran baru akademi.
Sejak saat itu, Yoo Jonghyuk tidak bisa berhenti memikirkan Kim Dokja yang menyelamatkannya dari tembakan, memperhatikan dari jauh dan merasakan sensasi yang tidak pernah dia rasakan. Dia melihat bahwa Kim Dokja yang ceria dan baik hati itu secara bertahap mulai membuat kumpulan orang bernama teman disekelilingnya, menjadi orang paling berbanding terbalik dengan dirinya yang selalu sendiri dan suram seperti apa yang orang lain bicarakan.
Waktu yang berjalan cukup cepat sampai pada titik dimana keduanya bertemu lagi, “Yo, pahlawan tak kenal ampun yang tampan, bagaimana kabarmu?”
Kim Dokja memakai seragam murid akademi yang ketat, menampilkan lengkungan cantik dari pinggang kecil penuh daya tarik. Yoo Jonghyuk berpikir begitu karena saat pertama kali melihatnya, selain menatap wajah lembut dan putih pucat dibawah teriknya mentari, pinggang tersebut menjadi atensi yang mengejutkan. Mungkin hanya dia satu-satunya prajurit pria yang memiliki perawakan semacam ini sampai terlintas pertanyaan apa sebenarnya dia salah mendaftar akademi?
KAMU SEDANG MEMBACA
M16 || Jongdok
Fanfic"Rubah bahkan kalah licik, senyum manis macam apa itu, yang kau berikan padaku?" "Hanya sebuah senyum pemikat untuk menggodamu." Kim Dokja menatap dengan kesembronoan yang tampak penuh hasrat, jenis tatapan ekspresif mendalam dimana telah terukir is...