Pangling

16 6 6
                                    

10 tahun yang lalu, saat diriku masih duduk di bangku sekolah dasar, kala pundakku terasa begitu berat.

Kutatap tali tambang itu, yang tergantung dilangit-langit kamar dengan mata sembab penuh air. Sembari tersentuh embus angin, suara tangisku mengalun di udara, isaknya memang kecil, namun perihnya begitu menyakitkan dihati.

Masa kecilku menyedihkan, menjadi santapan bully-an teman-teman nakal. Lantaran tidak memiliki ayah. Aku seorang piatu yang ditinggal ayah yang lebih dulu berpulang. Bukankah anak seperti diriku seharusnya menerima banyak kasih sayang, dari banyak orang?

Setiap hari cemoohan kotor mereka menghampiriku, setiap katanya singgah dalam pikiran, menggerogoti hatiku yang masih lembut bak kue moci-polos dan mudah hancur.

Sepanjang malam, aku hanya akan berakhir di dalam kamar, sendirian. Memandangi tali bundar berukuran pas dengan kepalaku. Lalu berpikir rumit hingga benangnya menjadi ruwet. Tidak ada yang mau meminjamkan bahu 'tuk bersandar, tidak ada yang menawarkan bantuan, untuk membantuku mencari jalan keluar.

Ingin semuanya berakhir, ingin semua penderitaan itu hilang. Tolong, pundak kecilku sudah tidak larat memikulnya sendiri. Sampah dalam pikiranku tidak bisa membuangnya sendiri. Aku ingin hidup normal, kembali bermain layang-layang. Tentunya bersama teman-teman.

Akan tetapi, di hari percobaan bunuh diriku, bulan bersinar begitu terang dan tampak menghangatkan. Ia jauh tapi terasa dekat, sampai-sampai menyentuh dalam lubuk hatiku yang hampa. Entah kenapa, rasanya ia menarikku keluar, dari bayang juga tekanan yang membuat kebahagiaanku menghilang.

Aku tidak akan melupakan malam itu, malam di mana bulan memelukku lewat cahayanya yang cantik. Sampai kapan pun, bahkan sampai detik ini-di mana aku sudah tumbuh dewasa. Dengan batin sehat, tapi tidak sepenuhnya, sebab kenangan lalu yang tidak akan bisa terhapus.

Jalan keluar telah kutemukan dan telah kutelusuri. Di akhir, kunci serta pintunya terpampang antusias menyambut. Perjuangan itu mencapai kesuksesan tersendiri. Aku merdeka dari budak kesengsaraan. Kebahagiaan datang. Pundakku kembali ringan.

Lalu teman-teman, aku hadapi mereka satu-persatu. Kuajak mereka berbincang sekaligus berdamai. Walau awalnya sangat sulit, tapi lambat laun cemoohan mereka itu menghilang. Mungkin, karena mulut mereka 'ku sumpal, dengan kue donat bertabur gula.

...

Sinar bulan memberi celah kecil, bagi lumut dari hasil air mataku untuk tumbuh, menjadi sesuatu yang baru, yang dipastikan membuat semua orang terpana akan ke-pangling-an-nya.

Lumutku menjadi bunga yang cantik, yang berkelopak cerah dan memiliki manis madu.

~ Cirebon, 05 Mei 2023

...

Note: Cerita ini di ambil dari kisah nyata, yang dialami langsung oleh MR. Aku mengambil kisahnya karena ingin merubah ending dari kisah adik MR.
Link news: https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6601933/siswa-sd-bunuh-diri-imbas-di-bully-pemerhati-anak-guru-sekolah-tak-peka

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sinar Bulan || One Short Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang