04.BAIK-BAIK SAJA

124 104 38
                                    

Ceklekk...

Pagi telah tiba. Pintu kamar terbuka dan Disya meregangkan otot-ototnya. Para pelayan dan orang yang berlalu-lalang melihat dengan tatapan aneh kepadanya.

"Nona! Kau baik-baik saja?"

"Mengapa?" Tanyanya sambil mengangguk.

"Tadi malam sepertinya pangeran terlalu kasar hingga membuatmu berteriak seperti itu"

"What? Otak lo nggak beda jauh sama Ziva, Ras"

"Baiklah. Kau benar-benar berani"

Jlebb!

"Akkhhh!"

Pangeran Cheng mengeluarkan pisau dari balik punggungnya. Dengan cepat ia tancapkan disebelah mata Disya.

"Ingat...kau disini hanyalah selir. Jaga sikap dan jangan permalukan saya" Titihnya dengan penuh penekanan.

"Biarkan gue pergi gue mau pulang!" Disya ketakutan setelah pisau itu menancap sempurna disampingnya.

Pangeran pun pergi meninggalkan Disya sendirian.

"Oh, ternyata seperti itu... Ah, iya nona. Mulai sekarang saat di kediaman Cheng nona harus memakai hanfu. Ini perintah dari pangeran"

"Ok"

...

"Pangeran, Dewi Anjani telah bangun dan dia sedang bermain di taman" Ujar Luo Luo sambil membungkuk. Luo Luo adalah orang kepercayaan pangeran.

"Awasi dia. Anjani memiliki motif untuk balas dendam di kerajaan ini"

"Kaisar Qing mengundang untuk menghadiri perjamuan di istana, pangeran"

"Baiklah"

...

"Nona! Nona!"

Laras menghampiri Disya yang sibuk memakan kacang polong sambil mengangkat kakinya.

"Apa?"

"Pangeran meminta anda untuk bersiap ke istana untuk perjamuan"

"Fiuhh... Disana pasti mamerin harta bendanya sedangkan gue cuma kere disini. Bilangin kalau gue nggak ikut"

"Tapi nona ini-"

"Pesenin gue mekdi"

"Mekdi itu benda apa, non?"

"Mekdi itu benda ajaib"

"Benda ajaib?"

"Iya. Disitu bisa mengenyangkan perut dalam lima menit"

Menurut Disya percuma ia ngomong dengan cewek polos di depannya itu. Laras tidak tahu apapun. Bahkan tentang dirinya.

"Sebenarnya gue bukan nona"

"Apa maksudnya?"

Disya menyuruh Laras duduk di sampingnya lalu memegang kedua tangannya.

"Gue bukan Anjani. Gue Disya"

"Disya?"

"Pasti lo sadar belakangan ini sikap gue aneh. Sebenarnya kepala gue nggak terbentur"

Air mata Laras tiba-tiba turun. Ia tidak menyangka bahwa orang yang ia rawat beberapa hari ini bukan nonanya.

"Kalau lo mau ninggalin gue nggak papa kok"

"Lalu dimana nona?"

"Gue nggak tahu. Tiba-tiba pas bangun udah ada ditubuh Anjani ini"

"Hamba tidak melayani orang selain nona Anjani"

Disya melepaskan tangan Laras. Ia tahu maksud gadis itu tidak akan melayaninya lagi.

"Nggak papa kok kalau mau pergi" Disya menunjukkan senyum terbaiknya.

"Tetapi tubuhmu adalah tubuh nonaku. Aku tidak akan pergi meninggalkan nona maupun kau nona Anjani ataupun Disya. Hamba akan tetap melayani nona"

Disya menatap kedua mata tulus milik pelayannya itu. Ia menangis terharu. Selama ini memang cuma Laras yang setia menjaga dan melindungi Disya.

"Dari awal cuma lo yang selalu ada. Gue nggak punya siapa-siapa lagi"

"Nona..."

Mereka saling berpelukan dan melepaskan kasih sayang. Disya benar-benar merasa beruntung memiliki Laras.

"Kalau begitu coba ceritakan tentang nonamu"

"Nona Anjani sangat baik dan ramah. Ia memiliki hati yang lembut. Nona sangat pandai menyulam dan memainkan alat musik. Ia diadopsi oleh Raja Kertanegara karena tidak memiliki orang tua. Oleh karena itu Nona Anjani tidak pernah membantah perkataan Yang Mulia Raja. Ia bahkan rela meninggalkan cinta pertamanya dan menikahi pangeran Chang"

Disya mengangguk. Jadi Anjani tidak pernah memikirkan hidupnya? Ia hanya berbakti kepada Raja? Sungguh menyedihkan.

"Lalu apakah Yang Mulia Raja memiliki anak?"

"Yang mulia raja memiliki empat orang anak perempuan yaitu Sri Parameswari Dyah Dewi Tribunaneswati, Sri Mahadewi Nanendraduhita, Sri Dyah Dewi Prajnaparamita, dan Sri Dyah Dewi Gayatri. Mereka semua sudah menikah. Diantar keempat mereka Dewi Anjani paling dekat dengan Dewi Gayatri"

"Ooo... Jadi raja menikahkan gue dengan pangeran Cheng karena gue sendiri yang belum nikah? Lalu siapa cinta pertama Anjani ini?"

"Pangeran pertama bangsa Mongol"

"What? Jadi kakaknya pangeran Cheng?"

"Em. Sebelum Kerajaan Singasari dijajah sebenarnya Dewi Anjani sudah menjalin hubungan dengan pangeran pertama selama delapan bulan. Semenjak penjajahan dilakukan Dewi Anjani mencoba bunuh diri dengan menyeburkan diri ke danau karena dikhianati oleh pangeran pertama dan dijodohkan dengan pangeran kedua"

"Ck...ck...ck... Ngenes banget Anjani"

"Nona pangeran kedua datang!" Ujar Laras menarik kaki Disya kebawah.

"Anjir pelayan nggak tahu diri"

Pangeran Cheng duduk dengan anggun dihadapan Disya lalu menyuruh semua pelayan disini untuk pergi.

"Dewi Anjani ini beberapa persyaratan perjanjian pernikahan kita yang sudah saya tulis" Ujar pangeran Cheng menyerahkan buku kepada Disya.

Disya membuka buku itu dan mendadak buta huruf. Huruf kotak-kotak dan garis-garis tidak bisa terbaca yang pertama kali ia lihat.

"Tulisan apa ini?"

"Saya tahu kau tidak bisa membaca bahasa Mandarin"

"Terus ngapain nulis ginian tolol"

Pangeran menatap Disya dengan dingin dan tajam.

"Sorry-sorry hehe..."

Punya suami ganteng galak bener anjir

"Tentang malam pernikahan kita"

GREATNESS OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang